Pada awal tahun 1960-an, situasi sosial politik negara sedang memanas. Posisi politis kaum agama mulai tersudutkan oleh gerakan kaum komunis yang biasa juga disebut sebagai gerakan golongan merah. Kaum komunis nampak sekali berambisi hendak memberangus gerakan organisasi-organisasi berbasis keagamaan di Indonesia. Organisasi gerakan Islam Muhammadiyah juga tidak luput dari ancaman gerakan politik radikal kaum komunis tersebut. Maka, beberapa pemuda Kauman Jogyakarta kemudian berinisiatif mendirikan perguruan beladiri Tapak Suci. Salah satu yang terbentang dalam benak mereka pada saat itu adalah “menantang” gerakan merah komunis dengan menggunakan seragam merah-merah pula untuk menandingi lambang keberanian kaum komunis yang merah tersebut. Kenapa pakaian seragam Tapak Suci berwarna merah, bukannya hijau sebagaimana ciri pada umumnya pergerakan kaum muslim berwarna hijau. Karena warna merah memberi arti sebagai sikap berani menantang merahnya komunis. Oleh karena itu, hingga kini Tapak Suci tetap mempertahankan seragam merah – diluar kelaziman seragam pencak silat yang umumnya berseragam hitam – karena memiliki latar belakang pemikiran filosofis, ideologis, dan politik pergerakan zaman itu, yaitu merepresentasikan lambang Bela Agama dari ancaman gerakan merah kaum radikal komunisme tersebut.
Bila dilihat hari kelahiran Tapak Suci tahun 1963, dapat dibayangkan, bagaimana suasana kenegaraan pada waktu itu, saat-saat yang amat menegangkan. Sebagaimana diketahui, gerakan komunis di Indonesia telah semakin menjadi-jadi di seluruh pelosok negeri. Kaum komunis melakukan intimidasi terhadap kaum muslim dan menggerogoti kesatuan bangsa. Kondisi ini terjadi pula di kampung Kauman Jogyakarta, sebagai pusat gerakan dakwah Islam Muhammadiyah. Tak sedikit warga Kauman yang diganggu, sekalipun Kauman menjadi perkampungan Muslim. Maka kehadiran Tapak Suci memberi rasa aman bagi kaum Muslim di Kauman. Pada masa-masa perjuangan Tapak Suci tersebut merupakan babagan awal perlawanan menghadapi gerakan komunis yang dikenal memiliki massa rakyat kuat pada zaman itu. Oleh karena itu, pada saat itu, konsentrasi Tapak Suci secara otomatis diarahkan untuk menghadapi kekuatan komunis.
Gerakan melawan komunis itu juga diikuti oleh kelompok-kelompok pemuda lainnya yang kemudian membentuk sel-sel kekuatan tersendiri di kampung-kampung di Jogyakarta, seperti Benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkasa di Kampung Suronatan, termasuk gerakan yang dipimpin Moh Djuraimi yang di kelak kemudian membentuk perguruan Eka Sejati di kampung Karangkajen, yang seolah sebagai sel dari gerakan muslim di Kauman Jogyakarta.
Pada tahun 1966, Tapak Suci bersama kesatuan aksi dan organisasi massa Islam lainnya saling berinteraksi, yakni ikut mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari upaya rongrongan komunisme yang hendak menghancurkan eksistensi RI. Tapak Suci menjadi salah batu benteng gerakan umat Islam untuk melawan setiap usaha yang ingin menghancurkan persatuan dan kesatuan umat, bangsa dan negara tercinta Indonesia. Pada waktu itu, pergaulan para anggota Tapak Suci nampak tidak terbatas hanya pada segelintir kelompok seprofesi atau sepersyarikatan Muhammadiyah saja, tapi banyak pula orang-orang Tapak Suci yang aktif di berbagai organisasi kepemudaan lainnya, terutama yang berhimpun bersatu melawan komunis. Maka tak heran Tapak Suci, banyak bergaul dengan orang-orang HMI (Himpunan Mahasiswa Indonesia) yang kerap disebut “anak Umat”. Oleh surat kabar PKI “Harian Rakyat”, Tapak Suci dikatakan sebagai onderbow dan tukang pukulnya HMI, dikarenakan Tapak Suci membina hubungan kedekatan dengan HMI dan sering tampil dalam kegiatan HMI.
Disebutkan pula dalam riwayat perjuangan politik ideologis menghadapi PKI waktu itu, ada salah seorang pahlawan Ampera dari Jogyakarta bernama Aris Margono adalah seorang anggota Tapak Suci dari aktivis HMI. Ia gugur ketika bergabung dalam kesatuan KAMI/KAPPI di Jogyakarta dalam sebuah aksi demonstrasi massa yang memperjuangkan Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera). Namanya pun kemudian diabadikan oleh para pejuang Ampera sebagai Laskar Aris Margono.
Gerakan pemuda-pemuda Tapak Suci yang menggalang kekuatan dalam melawan kaum komunis di Jogyakarta, ternyata juga banyak diikuti oleh daerah-daerah lainnya di hampir seluruh pelosok Indonesia. Terlebih jika daerah itu merupakan kampung umat Muhammadiyah, atau karena Tapak Suci dibawa oleh para aktivis perguruan keluar daerah, sehingga permintaan untuk dibuka cabang latihan Tapak Suci semakin meningkat dari daerah-daerah. Hal inilah yang kemudian telah mendorong lahirnya Tapak Suci di daerah-daerah.
Setelah meletus Gerakan 30 September 1965 /Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI), Tapak Suci kembali berkonsentrasi pada pengembangan organisasi olahraga beladiri. Di tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan pimpinan daerah perguruan Tapak Suci yang tersebar di Indonesia. Pada saat itu berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan nama Tapak Suci dikembangkan menjadi sebuah pergerakan yang melembaga. Setelah mengalami perubahan nama berkali-kali, maka terakhir disebutnya Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar