Jumat, 31 Agustus 2012

pidato pada upacara wisuda di Coxsackie-Athens High School di New York




Sebuah selingan sebelum kita melanjutkan topik debt based money
Berikut adalah cuplikan pidato pada upacara wisuda di Coxsackie-Athens
High School di New York baru-baru ini. Disampaikan oleh wisudawan yang
lulus dengan nilai terbaik pada tahun ini, Erica Goldson



Saya lulus.
Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang
menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya.
Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya
memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya
katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan
apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem
yang ada.




Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi
ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang
diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang
mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.




Tetapi
saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup –
bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan,
seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya
telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya
melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang
lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat,
saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut
ujian yang terhebat.




Saat
anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik
membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR
saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil
ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran,
apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas
menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa
yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi
pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam
kehidupan saya?




Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini.
Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah
pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap
subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja,
sekarang saya mulai ketakutan.......”




Walaupun kebanyakan
orang tidak tahu seperti apa rasanya menjadi lulusan terbaik, tetapi
saya rasa hampir setiap orang yang pernah sekolah sedikit banyak bisa
memahami apa yang sedang dirasakan oleh “lulusan terbaik” ini.



Kalau
Anda renungkan, sekarang setelah tidak lagi perlu membaca buku
pelajaran sekolah, apa yang Anda rasakan tentang institusi yang
dinamakan sekolah dan universitas? Apa yang sebenarnya telah Anda
pelajari selama di sana? Karakter-karakter umum apa yang dimiliki oleh
mayoritas penduduk, setelah belasan tahun di-training di dalam institusi itu?



Entah
bagaimana menjawabnya. Yang pasti, salah satu persamaan umum di antara
mereka mungkin adalah kemampuan dan insting untuk mengikuti instruksi…



Lakukan apa yang disuruh.
Percayai apa yang diajarkan.

Jangan menyimpang dari text book.




Tentu,
segala sesuatu memiliki dua sisi. Membina sebuah generasi menjadi orang
yang patuh mengikuti sistem ada baiknya (bagi orang-orang tertentu),
dan ada juga sisi tidak baiknya (bagi orang-orang yang lain).



Anyway,
ini hanya selingan untuk Anda renungkan, hari ini kita tidak akan
membahas terlalu jauh tentang sekolah & universitas. Tetapi
sebelumnya, sebuah pertanyaan untuk Anda, pernahkah Anda pikirkan
mengapa selama belasan tahun orang di sekolah sampai menjadi the so called sarjana, mayoritas orang tidak pernah diajarkan tentang mekanika penciptaan uang?



Dalam
pelajaran ekonomi di mayoritas sekolah, yang mereka bahas adalah
bagaimana menangani berbagai akibat dari masalah, atau bagaimana bekerja
dan menjadi budak yang lebih efisien, bukannya membahas penyebab dari
masalah (debt based money system).



Ok, hari ini kita lihat-lihat kembali hal-hal mendasar dari debt based money system dan efeknya di sebuah populasi. Tetapi, pertama-tama, Anda harus paham dahulu darimana sistem kredit ini bermula...



Imajinasikan ini:

Katakanlah
total emas di Republik Balon adalah 1000 keping. Rokiburger, yang
memiliki modal 100 keping emas, memutuskan untuk menjadi pedagang uang
dengan menagih 20% atas pinjamannya ke masyarakat setiap tahun. Dan laju
pertambahan emas dari pertambangan sang Raja kurang lebih adalah 2,5%
setiap tahunnya.



Sekarang mari kita lihat simulasinya. Tentu
saja, angka-angka dan rentang waktu di bawah ini agak disederhanakan,
tetapi tidak mengubah gambaran besarnya:








Uang
berbeda dengan komoditas yang lain. Tidak ada pedagang komoditas
manapun yang mungkin mengisap habis semua uang yang ada di sebuah
populasi, karena barang dagangan mereka hanyalah sebagian dari kebutuhan
populasi itu. Tetapi tidak demikian dengan pedagang uang. Uang adalah
kebutuhan setiap orang di seluruh populasi. Bisnis pengadaan uang bisa
memasuki lingkup hidup setiap individu di dalam populasi itu.






Sekarang coba lihat angka-angka di
atas. Hanya dalam waktu 15 tahun, Pedagang uang akan mengumpulkan semua
uang di dalam sistem. Itupun dengan asumsi hanya ada 1 pedagang uang. Di
tahun ke-15, uang yang diperlukan di dalam sistem adalah 1541 keping
emas, tetapi yang tersedia hanya 1448 keping emas.



Anda paham?



Sistem suplai uang di Republik Balon akan collapse
kalau tidak ditemukan alternatif uang yang lain. Pada dasarnya, inilah
inti sejarah jatuh-bangun finansial dari semua peradaban dan kekaisaran
yang pernah dan akan ada, selain suplai energi yang sanggup mereka
kumpulkan (bahan pangan, kayu, batubara, minyak dll).



Jadi apa
solusi yang kemudian diciptakan Rokiburger di tahun ke-15? Ya, Anda
sudah membaca puluhan kali, berkat kemajuan teknologi, suplai emas fisik
yang kurang tidak lagi menjadi masalah untuk dijadikan alasan robohnya
sistem megaprofit dia. Paper money
(kredit), yang katanya dibacking oleh emas di ruang besinya, akan
menggantikan emas fisik di peredaran. Dan beberapa generasi kemudian,
setelah semua orang sudah terbiasa dengan paper money, tidak ada lagi orang yang benar-benar peduli berapa sebenarnya jumlah emas yang ada di lemari rahasianya.



Yang berkuasa mengatakan inilah uang, maka inilah uang. You are either with him, or against him. Sama seperti saat Raja terdahulu mengatakan kepada populasi bahwa emasnya adalah uang. You are either with him, or against him.



Mulai
tahun ke-15, suplai uang akan diedarkan lewat sistem kredit, bunga yang
didapat akan diputar kembali oleh Rokiburger untuk dipinjamkan kembali
ke populasi. Yang diperlukan untuk mendominasi suplai uang sebuah
populasi, sekalipun kepada mereka yang menggunakan the so called “uang sejati” adalah penagihan bunga pinjaman di atas tingkat pertumbuhan suplai uang mereka. Dengan berlalunya waktu, kekuatan bunga-berbunga akan mengalahkan “kesejatian” apapun.



(Di
masa sebelum ditemukannya uang kertas, uang logam (emas atau perak)
bisa dikurangi porsinya dengan digantikan oleh logam lain yang lebih
murah. Dan kalau sudah tidak bisa lagi didevaluasi dengan logam lain
yang lebih murah, peradaban populasi itu akan mulai collapse. Setahap
demi setahap, kerajaan / kekaisaran mereka akan mengalami kemunduran.
Dan setelah cukup banyak money slave terlikuidasi dalam proses
kemunduran itu, sisa populasi yang masih bertahan hidup akan melanjutkan
siklus berikut dan penciptaan peradaban yang baru. Yin followed by
Yang. Yang followed by Yin. Siklus demi siklus…)






Apa
perbedaan kredit Rokiburger dengan emas sang Raja? Hehe, bukan material
yang saya maksudkan kawan. Emas di era Raja terdahulu diedarkan
langsung oleh kerajaan tanpa proses penerbitan surat hutang, jadi uang
itu muncul bukan sebagai hutang siapapun. Sedangkan kredit bank
Rokiburger, uang itu muncul setelah proses pengajuan hutang seseorang
kepada banknya.



Emas Vs Kertas? Bagaimana kalau seorang Raja
mengedarkan uang sendiri dalam bentuk uang kertas? Ya, kalau demikian
maka uang kertas bukan lagi surat hutang. Sebaliknya, bagaimana kalau
bank Rokiburger mengedarkan kredit dalam bentuk emas? Ya, emas akan
menjadi instrumen hutang.






Bagaimana uang diedarkan ke publik, perhatikan prosesnya, bukan material darimana uang itu dibuat.
Sentimen negatif orang-orang tertentu kepada uang kertas, ataupun
respek berlebihan orang-orang tertentu terhadap emas, terbentuk (atau
dibentuk?) atas ketidaktahuan mereka mengenai bagaimana uang diciptakan
dan diedarkan ke tangan publik.



Bagaimana caranya Rokiburger
memastikan Raja tidak akan mengambil hak penciptaan kredit darinya? Ya,
ini pertanyaan yang rumit, ada seribu jalan ke Roma… Coba posisikan Anda
di pihak Rokiburger, apa yang akan Anda lakukan?



Pertama dan
utama, sistem kerajaan perlu diubah. Bukan gagasan yang baik memiliki
sebuah monarki yang berkuasa di depan Anda. Sistem tata negara perlu
dimodifikasi. Gagasan pertama adalah kalau Rokiburgerlah yang menjadi
Raja, tetapi ini akan sangat beresiko, kalau publik mengetahui apa yang
dia lakukan, mereka akan menggulingkannya. Pilihan yang paling baik
adalah ciptakan ilusi kalau publiklah yang berkuasa, padahal hal-hal
penting apapun tidak berada dalam kendali mereka. Administrasi negara
sebaiknya dijalankan oleh orang-orang pilihan Rokiburger (pion) yang
seolah-olah dipilih oleh publik.



Raja harus digulingkan dengan
cara apapun juga. Dan kalau sebuah kerajaan tidak bisa dihancurkan dari
luar, maka harus dipikirkan bagaimana dia bisa dihancurkan dari dalam.
(Manual terbaik dari teknik penggulingan dan manipulasi publik mungkin
adalah protocol of zion, cobalah membacanya).



(Omong-omong, pernahkah Anda mendengar kalau "negara" Amerika adalah sebuah korporasi? Coba cari The Act of 1871. Saya penasaran apakah ada negara-negara lain yang juga demikian)



Setelah
berhasil, saatnya mencari pion. Siapa pion-pion itu? Ya, pertama-tama,
pion adalah orang-orang populer yang disukai publik. Tidak perlu pintar,
atau lebih tepatnya sebaiknya jangan terlalu pintar, korup, dan kalau
bisa memiliki beberapa sisi gelap dan kebiasaan buruk yang bisa
dijadikan sebagai alasan pemerasan. Itu sifat-sifat yang terbaik.



Dari rakyat… Oleh rakyat… Untuk rakyat…

Suara rakyat, suara Tuhan…



Secara
periodik penduduk akan memilih politisi idaman mereka, yang mayoritas
memiliki ciri khas yang mirip, yang mewarisi sifat-sifat “terbaik” di
atas. Uang kampanye dan pemilu akan datang darimana? Sebagian akan
datang dari pajak, sebagian lagi bisa datang dari permintaan calon
politisi yang meminta langsung ke lapangan. The sheeple are financing their own demise. Hehe…



Rokiburger
dan ratusan grup-grup afiliasinya sendiri, mereka juga akan menyediakan
dana kampanye kepada berbagai partai dan politisi level atas. Jadi,
siapapun yang memenangkan pemilu, kepentingan grup mereka akan tetap
terwakili.



The Top don’t speculate. They only win.



Sekali-kali
memang ada politisi yang jujur. Tetapi, jumlah mereka tidaklah besar.
Bagaimanapun, orang jujur jarang yang suka berpolitik. Ini realita.
Politik adalah arena yang membutuhkan kesabaran ekstra panjang, intrik
dan kemunafikan di dalamnya sangatlah memuakkan bagi orang-orang yang
ingin hidup dalam kesederhanaan.



Jadi, pion administrasi yang
disebut pemerintah pun terpilih silih berganti. Siapapun boleh berjuang
menjadi presiden, siapun boleh berjuang menjadi pejabat negara. Yang
penting, hal yang paling mendasar -sistem penciptaan uang-, tidak
diganggu-gugat.



Setelah ratusan tahun, setelah sistem “demokrasi”
tersebar di seluruh dunia, dan saat tidak ada lagi negara baru yang
perlu ditaklukkan, apa yang perlu dilakukan grup Rokiburger hanyalah
pemantapan dan penyempurnaan sistem.



Bagaimana kalau orang-orang tertentu melawan? Well,
maka orang-orang tidak beradab itu adalah “teroris.” Rokiburger akan
memerintahkan beberapa pion yang lain untuk “menegakkan demokrasi” dan
menghabisi mereka.




Hanya
ada satu hal yang akan menghentikan sistem uang kredit Rokiburger ini
bekerja, yaitu saat populasi tidak sanggup lagi mengajukan pinjaman dan
meminta bank Rokiburger memproduksi uang lebih daripada yang mereka
bayarkan.



Melanjutkan Money Supply 101…



Sebelum melihat hutang rakyat negeri Balon, kita lihat dulu tahap 1 dari proses kreasi uang mereka, Hutang Pemerintah.



Misalnya
Republik Balon menerbitkan surat hutang 100 milyar, didanai oleh kredit
yang diciptakan bank sentral mereka. Asumsikan bunga atas surat hutang
ini 8% untuk 10 tahun, maka total pembayaran adalah 145,6 milyar rupis.
Darimana 145,6 milyar rupis untuk membayar surat hutang ini akan
berasal?







Jawab:

1. Pajak

2. Surat hutang tambahan

3. Tak perlu dilunasi, saat jatuh tempo, 100M ini di-rolling saja oleh bank sentral. Yang penting ditemukan 45,6 milyar untuk membayar bunga.



Coba
Anda tanyakan bahkan kepada anak SD, masuk akalkah proses ini? Mengapa
menarik pajak kepada populasi untuk membayar bunga hutang ini, apalagi
menarik pajak untuk melunasi seluruh hutang ini, kalau uang ini diciptakan dengan niat awal untuk dijadikan sebagai suplai uang rakyat negeri Balon?



Mengapa
tidak sejak awal dicetak saja 100 milyar sebagai uang dan tidak perlu
membayar bunga darinya, dan tidak perlu juga ada masa jatuh tempo atas
uang ini?



Perhatikan kosakata ini:

Uang Vs Kredit



Kredit
berfungsi sebagai uang, tetapi dia bukan uang. Kredit perbankan adalah
medium transaksi yang diberikan kreditur kepada debitur, dengan masa
jatuh tempo dan bunga tertentu. Saat kredit dilunasi, medium transaksi
ini pun menghilang di dalam sistem. Yang tersisa hanyalah bunga kontrak
kredit yang akan menjadi modal sang kreditur.



Bila
sebuah negara bisa menerbitkan surat hutang, maka dia juga bisa
menerbitkan mata uang. Elemen yang membuat sebuah surat hutang baik,
juga akan membuat mata uangnya baik… Benar-benar gila mengatakan sebuah
negara bisa menerbitkan 30 juta dolar surat hutang tetapi tidak boleh
menerbitkan 30 juta dolar mata uang. Dua-duanya adalah janji untuk
membayar, tetapi yang satu menguntungkan si pemberi riba, satunya lagi
menguntungkan rakyat banyak
.”


-Thomas Alfa Edison-



Hal yang paling sulit dimengerti di dunia adalah pajak penghasilan.”


-Albert Einstein-



Ok,
itu untuk tahap 1. Sekarang kita lihat lebih lanjut tentang kolam
suplai uang (kredit) yang dilakukan oleh penduduk Republik Balon.



Misalkan pada suatu waktu, suplai kredit mereka sampai di posisi seperti ini:

Hutang pemerintah : 5 trilyun

Total kredit populasi : 20 trilyun



Dan setelah melewati beberapa generasi, tanda-tandanya populasi mereka sudah mencapai peak credit dan akan memasuki proses deflasi (20 trilyun itu akan mulai menyusut).



Rata-rata
bunga hutang pemerintah setiap tahun misalnya adalah 8% x 5T = 400
milyar. Artinya, pemerintah harus menarik pajak sebesar 400 milyar +
anggaran untuk membayar biaya operasional pegawai dan perusahaan
pemerintah, misalnya saja total 2T setiap tahun.



Lalu bagaimana
dengan hutang konsumen di bank komersial? Sebelumnya Anda harus ingat
lagi satu kalimat paling penting di artikel sebelumnya:



“Kredit, yang muncul dari udara kosong, (saat dikembalikan) akan kembali ke udara kosong”



Saat
pembayaran cicilan hutang, hutang pokok akan menghilang di dalam
sistem, yang tersisa di pembukuan hanyalah bunga yang statusnya sudah
menjadi modal bank.



Mari kita sedikit bersimulasi lagi… Kita lihat sebuah hal menarik mengenai suku bunga dalam sistem ini:



Misalnya
rata-rata kredit pada 20T ini adalah berupa pinjaman 10 tahun dengan
bunga 20%, maka di akhir tahun ke 10, total pembayaran adalah 46,38T.
20T akan back to thin air, sisa
26,38T sebagai sisa suplai uang yang sekarang adalah modal ditahan
bank. Pertumbuhan suplai uang adalah 26,38 / 20 = 31,9%



Misalnya
rata-rata kredit pada 20T ini adalah berupa pinjaman 10 tahun dengan
bunga 16%, maka di akhir tahun ke 10, total pembayaran adalah 40T. 20T
akan back to thin air, sisa 20T sebagai sisa suplai uang yang sekarang adalah modal ditahan bank. Pertumbuhan suplai uang adalah 0 / 20 = 0%



Misalnya
rata-rata kredit pada 20T ini adalah berupa pinjaman 10 tahun dengan
bunga 10%, maka di akhir tahun ke 10, total pembayaran adalah 31,7T. 20T
akan back to thin air, sisa 11,7T sebagai sisa suplai uang yang sekarang adalah modal ditahan bank. Pertumbuhan suplai uang adalah -8,3 / 20 = -41,5%



Untuk mencegah penurunan suplai uang, populasi harus mengajukan kredit baru. Semakin kecil suku bunga, semakin besar volume kredit baru yang harus diajukan populasi untuk mencegah penurunan itu.



Mengapa
volume kredit harus membentuk kurva parabolik di negara manapun juga?
Karena hanya itulah satu-satunya cara untuk mempertahankan suplai uang
sambil membayar bunga yang diperlukan sistem.



Pada dasarnya Anda bisa kiss good-bye
dengan angin surga semacam reservasi lingkungan atau gaya hidup
konservatif (tidak banyak berhutang) lainnya. Menghadapi bunga atas
medium transaksi adalah sebuah masalah, menghadapi bunga-berbunga (compounding interest) akan melipatgandakan masalah.



Jauh
sebelum sebuah populasi selesai membayar kredit mereka, anggota-anggota
populasi di dalamnya harus segera mengajukan kredit baru, dalam hal ini
aktifitas apapun dari mereka secara langsung atau tidak langsung akan
berhubungan dengan eksploitasi lingkungan.



Sebuah catatan lain tentang suku
bunga… Suku bunga dalam sistem yang normal sebenarnya ditentukan oleh
volume hutang populasi tersebut. Semakin lama interest debt based money berjalan, semakin berkurang daya berhutang mereka. Di luar mini boom & bust
setiap beberapa tahun, Anda bisa perhatikan, sebenarnya suku bunga
jangka panjang di negara yang ekonominya sudah mapan akan cenderung
menurun, membentuk lower high dan lower low. Pasarlah yang lebih dominan membentuk suku bunga, bukan the so called rapat bank sentral.














Mengapa cenderung menurun? Karena peak credit
yang semakin lama semakin dekat. Daya berhutang para budak semakin lama
semakin mendekati limit maksimum mereka. Mereka tidak lagi pergi ke
bank komersial dan meminta lebih dari yang mereka bayarkan. Semakin lama
waktu berlalu, semakin mereka tidak sanggup membayar dengan tingkat
bunga sebelumnya. Generasi yang satu selalu sedikit lebih miskin
dibanding generasi sebelumnya.






You can’t have your cake & eat it too...



Anda
tidak bisa menyimpan sebuah kue sambil memakannya… Jadi salah satu
pilihan harus mengalah. Antara Anda terus mengeksploitasi lingkungan
dengan kecepatan eksponensial atau Anda berhenti mengeksploitasi
lingkungan dengan kecepatan eksponensial.



Kalau pilihan pertama yang dipilih, maka interest debt based money
harus terus dilanjutkan. Kalau pilihan kedua yang dipilih, maka majikan
tidak bisa lagi mengambil lebih dari yang mereka dapatkan.



Tetapi apa fondasi debt based money system?



Majikan
akan memberikan apapun yang budak inginkan (uang), selama budak
memberikan apa yang majikan inginkan.(profit / bunga atas uang). Bila
budak tidak bisa memberikan apa yang majikan inginkan, tidak ada alasan
majikan memberikan kepada budak apa yang budak inginkan.




Jadi
jangan bertaruh untuk pilihan kedua. Setidaknya dalam jangka panjang.
Saat bunga sudah turun mencapai limit rendahnya, dan volume kredit yang
diperlukan sistem tidak kunjung datang, cepat atau lambat Majikan harus
melikuidasi budak tak berguna mereka.



Bukankah Jepang sudah lama menerapkan suku bunga dekat 0% dan negara itu belum collapse?
Jawabannya adalah karena mereka masih bisa mengimpor inflasi dengan
mengekspor ke konsumen seluruh dunia (terutama Amerika). Tapi bagaimana
kalau konsumen USA juga collapse? Hm…






Kembali ke populasi tadi, katakanlah konsumen mereka telah mencapai peak credit. Nilai credit market turun dari 20T menjadi 18T setahun berikutnya.








Konsumen
tidak bisa lagi diandalkan untuk meniup balon hutang di dalam sistem,
jadi sekarang kita harus mengandalkan pemerintah. Hehe… Tapi ingat ini,
apapun yang pemerintah lakukan, ujung-ujungnya harus dibayar lewat
pajak, karena uang yang mereka himpun adalah lewat surat hutang. Hutang
harus dibayar!



Rencananya adalah menyuruh pemerintah berhutang
lebih banyak. Asumsinya pemerintah lebih jago dibanding pihak swasta
dalam mengelola uang. Dan setelah uang itu terkumpul, somehow
belanja pemerintah itu bisa menggerakkan kembali roda perekonomian, dan
balon hutang mereka bisa kembali naik. Misalkan pemerintah menambah
surat hutang 1T (yang beli biasanya adalah dana dari publik, dan kalau
tidak berhasil maka bisa dicoba monetisasi dari bank sentral).





Apakah
cara ini akan berhasil atau tidak, satu hal yang pasti, sekarang
pemerintah perlu menarik pajak untuk membayar hutang 6T nya, bukan lagi
5T.



Dan jangan lupa yang tadi, semakin besar volume hutang di
dalam sistem, semakin banyak aktifitas ekonomi yang harus dilakukan
untuk membayar ongkos sewa uang di dalam sistem, alias semakin besar
ekploitasi lingkungan yang harus terjadi.



Apapun cara yang
akhirnya dipakai, Anda perlu memahami ini... Pemerintah bukan
sinterklas, mereka tidak akan melempar uang dari langit… Ada mekanisme
di mana uang didistribusikan di dalam debt based money system.



Kita
tahu pemerintah bisa membangun proyek infrastruktrur, kita juga tahu
pemerintah memiliki sebuah pasukan besar yang dinamakan pegawai negeri,
polisi, atau tentara. That’s it, merekalah yang akan mendapatkan uang hasil penjualan surat hutang baru itu.



Anda
tidak berpikir bahwa deflasi suplai uang di seluruh populasi bisa
dilawan dengan memberikan uang kepada kontraktor pemerintah dan pegawai
negeri saja, bukan begitu?



Untuk meniup kembali balon fractional reserve banking, populasi itu harus memiliki kapasitas dan keinginan untuk meminjam (mengajukan kredit baru). Tetapi peak credit yang dialami populasi itu hanya sedikit terbantu oleh uang yang diterima oleh pasukan pemerintah yang tadi.



Jadi, apa langkah lainnya?



Yang paling mungkin adalah manipulasi social mood.
Dalam kondisi apapun juga, pemerintah, beserta media yang ada, harus
melaporkan proyeksi masa depan yang cemerlang, atau setidaknya lebih
baik daripada yang mereka tahu. Yang ada adalah kosakata inflation expectation, tidak ada kosakata deflation expectation.



Ketika
orang khawatir akan inflasi, mereka akan membelanjakan uang mereka
(menukar uang dengan barang), dan dengan demikian aktifitas ekonomi akan
lebih hidup (mencegah deflasi). Dalam batas-batas yang mungkin
dilakukan, pemerintah dan bank-bank dealernya juga harus berusaha agar
index saham, harga komoditi, dan harga perumahan tidak jatuh ke level
yang membuat orang panik.



Bagaimana kalau semua usaha reflasi ini
akhirnya gagal? Ya, berarti harus ada cara lain agar lebih banyak uang
bisa diinjeksi ke populasi. Apa jalur paling efektif untuk melakukan
itu?



Cara paling cepat adalah mengambil alih perbankan.
Bagaimanapun perbankan memang ditakdirkan untuk bangkrut di era deflasi.
Di saat simpton deflasi bekerja, banyak aset perbankan yang akan
mengalami penurunan nilai. Dengan besarnya rasio fractional reserve banking
yang mereka terapkan, modal perbankan dalam sekejap bisa terhapus.
Mereka memang harus dinyatakan bangkrut atau diambil alih institusi
lain.



Tiga gelombang debt based money system:

1. Inflasi dan turunnya nilai tabungan

2. Deflasi dan turunnya nilai ekuitas

3. Kebangkrutan massal dan konsolidasi kekuasaan



Dengan
menyuntik modal baru ke perbankan, bank tidak perlu ditutup (tentunya
bank-bank yang paling penting bagi grup Rokiburger, bank-bank skala
kecil-menengah silahkan ditutup). Mereka bisa menunggu proses deflasi
berakhir dan kemudian berharap siklus inflasi yang berikut bisa dimulai.
Pertanyaan di tahap itu adalah apakah pemerintahan itu benar-benar
sanggup menerbitkan surat hutang yang diperlukan sebagai modal untuk
disuntikkan ke perbankan.



Masalah berikut, sekali lagi,
pemerintah bukanlah sinterklas… Pemerintah bisa menyelamatkan perbankan
dengan menginjeksi modal ke dalamnya, tetapi bagaimana dengan perusahaan
swasta lainnya? Namanya juga peak credit,
perusahaan-perusahaan swasta itu tetap saja tidak sanggup mengajukan
kredit baru. Apakah pemerintah juga harus menyuntik modal ke perusahaan
itu? Mengambil alih dan menjadi pemegang saham di dalamnya?



Kalau
jawabannya adalah ya, maka pemerintah akan menjadi bos perusahaan
mobil, asuransi, restoran, pabrik pakaian, perumahan, pertanian,
perkebunan, dan manufaktur lainnya. Karl Max pasti terharu di liang
kuburnya... Hehe…



Pendirian sebuah bank sentral adalah 90% dari usaha mengkomuniskan sebuah negara.”


-Vladimir Lenin-



Anyway,
isme-isme tidaklah penting, mau disebut komunisme, sosialisme,
kapitalisme, atau apapun. Tidak masalah perusahaan pribadi Rokiburger
yang memegang kepemilikan, ataupun pemerintah, selama pemerintah hanya
berfungsi sebagai sebuah lembaga administratif sistem. Pekerjaan
politisi adalah memantapkan dan memelihara status quo, debt based money system. Saat masa jabatan pion selesai, poops… mereka bisa digantikan oleh pion-pion yang lain.



Next,
mungkin orang akan bertanya, kelihatannya penambahan atau pengurangan
suplai uang di dalam sistem berjalan secara relatif lambat. Lantas
darimana datangnya kisah hiperinflasi seperti yang terjadi di Weimar
atau Zimbabwe?



Harga barang kalau naik dari 100 menjadi 150 atau
200 masih bisa dibayangkan, tetapi bagaimana caranya harga naik dari 100
menjadi 1 juta? Mungkinkah pemerintahan mereka sedemikian dungunya
mencetak 1.000T atau 10.000T di dalam ekonomi yang skalanya hanya 20T?



Negeri
manapun tidak akan mengalami hiperinflasi ala Weimar kalau uang mereka
tetap beredar di negara mereka sendiri (tidak ada defisit perdagangan
yang akut), atau kalau mereka tidak memiliki hutang dalam mata uang yang
tidak bisa mereka cetak sendiri. Pemerintahan negeri balon tidak
mungkin menerbitkan surat hutang 1.000T, 10.000T, apalagi 100.000T rupis
tanpa alasan di dalam ekonomi yang hanya berskala 20T. Sesederhana itu.



Tetapi
begitu mereka berhenti menjadi masyarakat yang produktif (mampu
membiayai impor dengan mengekspor barang / jasa yang memiliki nilai
setara), atau mereka terjerat dalam hutang mata uang yang tidak bisa
mereka kontrol, ceritanya akan berbeda.



Pinjam X bayar X, plus bunga X.

Pinjam Y bayar Y, plus bunga Y

Pinjam Z bayar Z, plus bunga Z



Kalau
sebuah negara meminjam X, tetapi saat jatuh tempo tidak punya cukup X
untuk membayar (X + bunga X), apa yang akan mereka lakukan?



Pertama,
secepatnya memproduksi barang atau jasa dan jual ke negara X, atau jual
ke negara lain yang memiliki mata uang X. Dalam kasus di mana langkah
ini tidak bisa dilakukan, maka terpaksa melakukan langkah kedua, pinjam
uang (hutang), gali lubang tutup lubang. Dan kalau masih tidak bisa,
maka lakukan langkah terakhir, print money.



Pendudukmu
mau impor minyak tetapi tidak punya uang? Ya, cetaklah surat hutang dan
biarkan bank sentralmu membelinya. Serahkan uang itu kepada juragan
minyak. Tetapi, mereka tidak butuh rupis. Jadi, tawarkan suku bunga
rupis yang lebih tinggi agar mereka tertarik. Oo… Tetapi minyak akan
habis bulan depan. Tenang.. Berikan saja rupis-rupis baru ke mereka.
Tetapi, mereka tidak butuh rupis. Jadi, tawarkan lagi suku bunga yang
lebih tinggi lagi agar mereka kembali tertarik. Tetapi minyak akan habis
lagi bulan depan. Tenang.. Berikan lagi rupis-rupis baru ke mereka.
Tetapi mereka tidak perlu rupis. Jadi, naikkan lagi suku bunga rupis
agar mereka kembali tertarik lagi…




Booms… Lakukan cukup lama, & you are finished.



Ini
bukan lagi masalah inflasi-deflasi yang dihasilkan oleh konsumen di
pasar kredit internal mereka. Uang terus mengalir ke luar dan tidak
kembali lagi ke populasi itu. Mereka boleh memilih deflasi dan kelaparan
atau memilih hiperinflasi dan menunda sebentar waktu kelaparan. Pada
akhirnya, yang akan terjadi tetap akan terjadi, kelaparan.



Perundingan Bretton Woods memutuskan bahwa US dolar adalah medium transaksi internasional. Sampai sekarang pun, dolar system masih belum berubah. Sedikit modifikasi dari apa yang diputuskan pada tahun 1944 hanyalah nilai dolar tidak perlu lagi di-peg ke dalam emas sejak 1971. Tentu saja tidak di-peg, tidak ada cukup emas di dunia untuk memenuhi kebutuhan compounding interest di dalam sistem. Ini skenario yang sama yang dipakai leluhur Rokiburger saat memperkenalkan sistem kredit.



From money to debt backed by money.

From debt backed by money to debt backed by debt.



Semua negara harus mengikuti dollar system. Mengapa? Sederhana saja, karena yang berkuasa mengatakan demikian.






You are either with him, or against him.



Dunia dan manusia tetap tidak berubah setelah sekian ribu tahun…



Perusahaan
Anda mau mengimpor gula? Mau mengimpor minyak? Mau mengimpor benang?
Atau mau mengekspor pakaian? Mau mengekpor kabel? Atau mau mengekpor
beras? Well, dalam mayoritas transaksi Anda akan menggunakan US dolar.





Darimana datangnya dolar? Ya, dari konsumen Amerika. Dolar adalah medium
transaksi (federal reserve note ataupun ekuivalen elektroniknya) yang
muncul saat seorang konsumen mengajukan kredit ke bank komersial ataupun
monetisasi pemerintah Amerika (yang dijamin dengan pajak yang akan
mereka tagihkan ke rakyat mereka). Sederhananya, dolar adalah instrumen
hutang rakyat Amerika. Sama seperti Yen, Euro, Rupiah, Renminbi, dll,
adalah instrumen hutang rakyat negara bersangkutan.



Semua negara
harus menjual ke Amerika, atau menjual ke negara lain yang menjual ke
Amerika. Tanpa melakukan itu, mereka tidak punya dolar untuk mengimpor
barang yang ingin mereka impor.



Anda sebaiknya berdoa quantitative easing the Fed bisa meniup kembali balon kredit dan menunda peak credit konsumen Amerika. Bila tidak, this show will end ugly… Very ugly



Atau segera dirancang medium transaksi internasional yang berikut, bagaimana transaksi antar negara dilakukan paska dolar system. Bila tidak, banyak orang di berbagai negara yang akan tenggelam bersama di dalam Titanic dolar system ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar