Senin, 02 April 2012
jual dvd beladiri pencak silat
kami dari dvdsilat.com menjual berbagai macam video beladiri pencak silat, kungfu, karate, jiu jutsu, wingschu, jet kundo, dll
Jumat, 30 Maret 2012
KISAH PERAHU NABI NUH DI ACEH
Pagi itu, becak motor yang membawa dua penumpang melaju santai di ruas jalan menuju tempat pendaratan ikan Lampulo, Kota Banda Aceh, Nanggroe Aveh Darussalam. Di sisi kiri jalan, puluhan unit kapal ikan bersandar di dermaga kayu pinggir Sungai (Krueng) Aceh yang airnya bewarna kecoklat-coklatan.
Beberapa nelayan yang bertelanjang dada asyik merajut jaring di atas kapal. Tidak ada aktivitas kapal berlayar di Krueng Aceh pada Ahad, 26 Desember 2010.
"Pak, kenapa tidak ada boat berlayar pagi ini, lazimnya aktivitas nelayan yang pulang atau pergi melaut untuk menangkap ikan pada pagi hari seperti di daerah lain," tanya penumpang becak motor yang mengaku dari Jakarta dan tengah mengisi liburan akhir tahun di Banda Aceh.
"Hari ini, para nelayan seluruh Aceh tidak melaut untuk mengenang kembali peristiwa tsunami enam tahun silam," kata Usman, pengemudi becak motor itu.
Mata wisatawan itu tertuju pada sebuah rumah yang di atasnya terdapat seunit perahu tidak beda dengan boat-boat yang bersandar di TPI Lampulo tersebut. "Kapal nelayan yang ada di atas rumah warga itu merupakan salah satu bukti tsunami dan orang-orang menyebutnya sebagai `perahu Nabi Nuh` yang terhempas gelombang laut enam tahun silam," kata Usman.
Saksi enam tahun lalu menyebutkan, 59 warga di atas kapal ikan nelayan yang terhempas ke daratan terselamatkan saat tsunami, 26 Desember 2004. Dan kisah para korban tsunami itu tertuang dalam sebuah buku saku yang ditulis oleh 10 dari 59 orang yang menjadi penumpang perahu nelayan tersebut, enam tahun silam. Buku saku itu berjudul Mereka Bersaksi.
Abasiah, salah seorang korban selamat, mengisahkan, saat tsunami menjangkau permukimannya di Lampulo dengan ketinggian lebih dari satu meter, tiba-tiba perahu nelayan itu muncul di hadapannya. "Waktu itu, kami sekeluarga yang masih berada di dalam rumah langsung ke luar, dan tanpa pikir panjang memanjat kapal yang sudah berada di hadapan kami," katanya.
Karena air laut yang mencapai daratan terus meninggi, sebagian warga keluar melalui atas rumah untuk mencapai kapal nelayan itu. "Itu kapal bersejarah dan telah banyak warga terselamatkan dari tsunami," kata Abasiah.
Abasiah, warga Lampulo yang rumahnya berdekatan dengan TPI itu menceritakan awal "perahu Nabi Nuh" tersebut bertengger di atas atap rumah permanen miliknya. "Awalnya, saya mengira perahu itu sengaja didatangkan untuk menyelamatkan orang-orang dari amukan air laut menerjang permukiman penduduk," katanya.
Di dalam rumah permanen yang kini masih bersemayam "perahu Nabi Nuh" itu, Abasiah tidak sendiri ketika tsunami sebab ada anak-anaknya yaitu Agin, Ghazi, Thoriq, Zalfa, dan seorang putri angkatnya, Yanti.
"Dari jendela lantai atas, saya melihat banyak boat ikan yang hanyut di depan rumah dengan kecepatan tinggi, seperti mobil-mobilan yang ditarik mundur lalu dilepaskan," ujar Abasiah.
Abasiah mengisahkan, saat itu mereka yang berada di lantai dua bangunan rumahnya, terus berdoa dan berzikir seraya saling meminta maaf karena "akan berakhirnya sebuah kehidupan". "Waktu itu tidak ada tangis, tapi wajah-wajah ketakutan sambil terus berdoa dan berzikir berharap hanya ada pertolongan dari Allah, jika memang kami masih diberi kesempatan untuk hidup," katanya.
Setelah semuanya berada di atas "perahu Nabi Nuh" itu, Abasiah dan orang-orang lainnya terus mengaji, berdoa, berzikir kepada Allah, selain menyaksikan kehancuran akibat diamuk tsunami, 26 Desember 2004. "Kami melihat kapal cepat yang membawa penumpang Pulau Sabang-Banda Aceh tidak bisa berlabuh dan helikopter terbang di atas," katanya.
Saksi peristiwa tsunami lain, Samsuddin Mahmud, mengaku bahwa ia dan beberapa orang tetangga merupakan rombongan pertama yang naik ke atas "perahu Nabi Nuh" itu. "Awalnya kami mengira bahwa perahu ini sengaja didatangkan oleh `malaikat` untuk menyelamatkan orang-orang," kisahnya.
Sebelum menaiki perahu itu, Samsuddin yang sudah berada di lantai dua rumah tetangganya mengaku ketinggian di lantai tersebut lebih satu meter dan bewarna hitam pekat. "Ketika saya sudah berada di lantai dua rumah milik tetangga, air sudah sebahu. Kemudian, tiba-tiba terlihat perahu itu dan kami langsung berebut menaikinya," katanya.
Kisah korban selamat lainnya, Erlina Mariana Rosada Sari, mengisahkan bahwa sewaktu dalam boat tersebut, sempat gelombang laut silih berganti menerjang daratan dan dalam waktu bersamaan guncangan gempa masih terasa. "Orang-orang di dalam perahu ini terus mengumandangkan azan dan berdoa. Hanya doa dan zikir yang bisa kami lakukan saat tsunami itu," katanya.
Erlina menyatakan, dari atas perahu itu menyaksikan rumahnya luluh-lantak dan daratan tanpa bekas karena sudah dipenuhi air keruh. Ibarat hamparan lautan yang luas.
"Perahu Nabi Nuh" yang tidak lagi berlayar dan tetap tegak bersandar di atas atap rumah Abasiah di gampong Lampulo. Bahkan, tidak bertuan. Kini, tempat itu dijadikan sebagai salah satu aset wisata peninggalan tsunami.
"Perahu itu menjadi salah satu objek wisata yang memiliki makna sebagai peringatan Allah, karena dengan melihat ini orang bisa berpikir tentang kekuasaan Sang Maha Pencipta yang tiada tara," kata Wakil Walikota Banda Aceh Illiza Sa`aduddin Djamal.
"Rumah boat" atau "Perahu Nabi Nuh" yang berjarak sekitar dua kilometer dari pusat Kota Banda Aceh itu saat ini menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan. Tidak hanya warga nusantara, tapi juga turis asing. Selain menyaksikan bukti fisik, para wisatawan juga bisa mendengarkan kisah-kisah unik dan ajaib dari peristiwa tsunami enam tahun silam dari korban selamat di "Rumoh Boat" atau "Perahu Nabi Nuh" itu.
Keusyik (Kades) Gampong Lampulo Alta Zaini mengatakan, warganya sudah siap menerima wisatawan yang akan berkunjung ke situs tsunami tersebut. "Perahu Nabi Nuh" yang kini bersemayam di lantai dua rumah Abasiah itu memiliki sekitar 18 meter, berkonstruksi kayu, dan kini telah dibangun tangga untuk mencapai bagian dalam boat tersebut.
Beberapa nelayan yang bertelanjang dada asyik merajut jaring di atas kapal. Tidak ada aktivitas kapal berlayar di Krueng Aceh pada Ahad, 26 Desember 2010.
"Pak, kenapa tidak ada boat berlayar pagi ini, lazimnya aktivitas nelayan yang pulang atau pergi melaut untuk menangkap ikan pada pagi hari seperti di daerah lain," tanya penumpang becak motor yang mengaku dari Jakarta dan tengah mengisi liburan akhir tahun di Banda Aceh.
"Hari ini, para nelayan seluruh Aceh tidak melaut untuk mengenang kembali peristiwa tsunami enam tahun silam," kata Usman, pengemudi becak motor itu.
Mata wisatawan itu tertuju pada sebuah rumah yang di atasnya terdapat seunit perahu tidak beda dengan boat-boat yang bersandar di TPI Lampulo tersebut. "Kapal nelayan yang ada di atas rumah warga itu merupakan salah satu bukti tsunami dan orang-orang menyebutnya sebagai `perahu Nabi Nuh` yang terhempas gelombang laut enam tahun silam," kata Usman.
Saksi enam tahun lalu menyebutkan, 59 warga di atas kapal ikan nelayan yang terhempas ke daratan terselamatkan saat tsunami, 26 Desember 2004. Dan kisah para korban tsunami itu tertuang dalam sebuah buku saku yang ditulis oleh 10 dari 59 orang yang menjadi penumpang perahu nelayan tersebut, enam tahun silam. Buku saku itu berjudul Mereka Bersaksi.
Abasiah, salah seorang korban selamat, mengisahkan, saat tsunami menjangkau permukimannya di Lampulo dengan ketinggian lebih dari satu meter, tiba-tiba perahu nelayan itu muncul di hadapannya. "Waktu itu, kami sekeluarga yang masih berada di dalam rumah langsung ke luar, dan tanpa pikir panjang memanjat kapal yang sudah berada di hadapan kami," katanya.
Karena air laut yang mencapai daratan terus meninggi, sebagian warga keluar melalui atas rumah untuk mencapai kapal nelayan itu. "Itu kapal bersejarah dan telah banyak warga terselamatkan dari tsunami," kata Abasiah.
Abasiah, warga Lampulo yang rumahnya berdekatan dengan TPI itu menceritakan awal "perahu Nabi Nuh" tersebut bertengger di atas atap rumah permanen miliknya. "Awalnya, saya mengira perahu itu sengaja didatangkan untuk menyelamatkan orang-orang dari amukan air laut menerjang permukiman penduduk," katanya.
Di dalam rumah permanen yang kini masih bersemayam "perahu Nabi Nuh" itu, Abasiah tidak sendiri ketika tsunami sebab ada anak-anaknya yaitu Agin, Ghazi, Thoriq, Zalfa, dan seorang putri angkatnya, Yanti.
"Dari jendela lantai atas, saya melihat banyak boat ikan yang hanyut di depan rumah dengan kecepatan tinggi, seperti mobil-mobilan yang ditarik mundur lalu dilepaskan," ujar Abasiah.
Abasiah mengisahkan, saat itu mereka yang berada di lantai dua bangunan rumahnya, terus berdoa dan berzikir seraya saling meminta maaf karena "akan berakhirnya sebuah kehidupan". "Waktu itu tidak ada tangis, tapi wajah-wajah ketakutan sambil terus berdoa dan berzikir berharap hanya ada pertolongan dari Allah, jika memang kami masih diberi kesempatan untuk hidup," katanya.
Setelah semuanya berada di atas "perahu Nabi Nuh" itu, Abasiah dan orang-orang lainnya terus mengaji, berdoa, berzikir kepada Allah, selain menyaksikan kehancuran akibat diamuk tsunami, 26 Desember 2004. "Kami melihat kapal cepat yang membawa penumpang Pulau Sabang-Banda Aceh tidak bisa berlabuh dan helikopter terbang di atas," katanya.
Saksi peristiwa tsunami lain, Samsuddin Mahmud, mengaku bahwa ia dan beberapa orang tetangga merupakan rombongan pertama yang naik ke atas "perahu Nabi Nuh" itu. "Awalnya kami mengira bahwa perahu ini sengaja didatangkan oleh `malaikat` untuk menyelamatkan orang-orang," kisahnya.
Sebelum menaiki perahu itu, Samsuddin yang sudah berada di lantai dua rumah tetangganya mengaku ketinggian di lantai tersebut lebih satu meter dan bewarna hitam pekat. "Ketika saya sudah berada di lantai dua rumah milik tetangga, air sudah sebahu. Kemudian, tiba-tiba terlihat perahu itu dan kami langsung berebut menaikinya," katanya.
Kisah korban selamat lainnya, Erlina Mariana Rosada Sari, mengisahkan bahwa sewaktu dalam boat tersebut, sempat gelombang laut silih berganti menerjang daratan dan dalam waktu bersamaan guncangan gempa masih terasa. "Orang-orang di dalam perahu ini terus mengumandangkan azan dan berdoa. Hanya doa dan zikir yang bisa kami lakukan saat tsunami itu," katanya.
Erlina menyatakan, dari atas perahu itu menyaksikan rumahnya luluh-lantak dan daratan tanpa bekas karena sudah dipenuhi air keruh. Ibarat hamparan lautan yang luas.
"Perahu Nabi Nuh" yang tidak lagi berlayar dan tetap tegak bersandar di atas atap rumah Abasiah di gampong Lampulo. Bahkan, tidak bertuan. Kini, tempat itu dijadikan sebagai salah satu aset wisata peninggalan tsunami.
"Perahu itu menjadi salah satu objek wisata yang memiliki makna sebagai peringatan Allah, karena dengan melihat ini orang bisa berpikir tentang kekuasaan Sang Maha Pencipta yang tiada tara," kata Wakil Walikota Banda Aceh Illiza Sa`aduddin Djamal.
"Rumah boat" atau "Perahu Nabi Nuh" yang berjarak sekitar dua kilometer dari pusat Kota Banda Aceh itu saat ini menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan. Tidak hanya warga nusantara, tapi juga turis asing. Selain menyaksikan bukti fisik, para wisatawan juga bisa mendengarkan kisah-kisah unik dan ajaib dari peristiwa tsunami enam tahun silam dari korban selamat di "Rumoh Boat" atau "Perahu Nabi Nuh" itu.
Keusyik (Kades) Gampong Lampulo Alta Zaini mengatakan, warganya sudah siap menerima wisatawan yang akan berkunjung ke situs tsunami tersebut. "Perahu Nabi Nuh" yang kini bersemayam di lantai dua rumah Abasiah itu memiliki sekitar 18 meter, berkonstruksi kayu, dan kini telah dibangun tangga untuk mencapai bagian dalam boat tersebut.
YANG DI TAKUTKAN SEKSUAL PADA PRIA
Tak hanya wanita yang memiliki ketakutan saat bersama pasangan. Kaum pria juga memiliki ragam ketakutan selama melakukan hubungan intim dengan pasangan. Seksolog dan psikolog Cekoslovakia menemukan ketakutan terbesar pria dalam hubungan seksual mereka.
Studi terhadap 1000 pria berusia 20-45 tahun, mengungkap enam ketakutan terbesar pria, yakni:
1. Mayoritas pria takut pasangan hamil tanpa direncanakan (83 persen).
2. Berhubungan dengan seseorang yang masih perawan menimbulkan ketakutan (70 persen).
3. Sebanyak 53 persen dari peserta survei mengatakan mereka takut untuk menyakiti pasangan mereka selama berhubungan seks.
4. Sebanyak 64 persen pria takut pasangan membandingkan mereka dengan mitra sebelumnya.
5. Hanya 45 persen responden mengaku bahwa mereka takut tidak dapat memuaskan pasangan.
6. Sebesar 36 persen pria takut mencoba hal-hal baru di tempat tidur.
Hasil survei dipublikasikan dalam jurnal Health, seperti dikutip dari Genius Beauty.
Studi terhadap 1000 pria berusia 20-45 tahun, mengungkap enam ketakutan terbesar pria, yakni:
1. Mayoritas pria takut pasangan hamil tanpa direncanakan (83 persen).
2. Berhubungan dengan seseorang yang masih perawan menimbulkan ketakutan (70 persen).
3. Sebanyak 53 persen dari peserta survei mengatakan mereka takut untuk menyakiti pasangan mereka selama berhubungan seks.
4. Sebanyak 64 persen pria takut pasangan membandingkan mereka dengan mitra sebelumnya.
5. Hanya 45 persen responden mengaku bahwa mereka takut tidak dapat memuaskan pasangan.
6. Sebesar 36 persen pria takut mencoba hal-hal baru di tempat tidur.
Hasil survei dipublikasikan dalam jurnal Health, seperti dikutip dari Genius Beauty.
12 CARA BERSENGGAMA YANG DISUKAI PRIA DICINTAI WANITA
12 CARA AJIP BERSENGGAMA YANG DISUKAI PRIA DICINTAI WANITA
Hubungan harmonis pria wanita dengan seks adalah kodrat. Dan seks tidak semata hubungan rutintitas belaka. Seks merupakan bagian dari seni yang membutuhkan penghayatan dan pemahaman. Kenikmatan seks akan diperoleh bila pasangan merasakan kepuasan. Untuk menghindari kejenuhan, setiap pasangan pria dan wanita harus bisa pandai menciptakan suasana baru. Lakukan teknik dan cara permainan yang berganti-ganti. Jangan pasrah dengan posisi bermain konvensional.
Negeri Tirai Bambu adalah suatu negeri yang memiliki akar budaya yang kuat dan prinsip keharmonisan yang tinggi, sehingga dalam seni berhubungan seks pun mereka tidak hanya melihat secara fisik, namun, lebih dari itu melihat dari sisi kehidupan, seni, alam, cinta dan etika. Sehingga tak pelak lagi apabila keharusan ini kemudian menuntut suatu kemapanan dan aturan yang penuh pernik dalam melakukan hubungan seks di istana. Terutama ; Dalam cara penyambutan selir pada sang pria Kaisar. Sikap sayang dan mempesona. Kesopanan membuka pakaian. Tata cara mempersilakan ke ranjang. Merangsang tanpa keraguan, namun tetap lembut. Memasuki coitus dengan vitalitas. Dan pemberian penutup badan serta membersihkan sisa sanggama.
Negeri Tiongkok memiliki banyak kitap rahasia ilmu seks yang disusun pada jaman kerajaan masa lampau. Kitab-kitab tersebut berisi dari berbagai macam detail mengenai seks yang banyak diikuti pada jaman modren sekarang, detail-detail ini terperinci menjadi bagian yang saling menyatu. Juga diperkenalkan berbagai teknik dan posisi dalam berhubungan seks. Berikut 12 posisi seks yang paling disukai pria dan teknik hubungan seks ala istana yang dapat menghindari pasangan dari kejenuhan dalam berhubungan seksual.
POSISI TELENTANG
Posisi telentang umum, juga disebut posisi "Lebah memetik sari kembang". Posisi ini wanita telentang sementara pria harus menopang pada kedua sikut dan lututnya.Si wanita lalu menarik kedua kaki sampai lutut dan mendekati kupingnya. Posisi ini akan mengembangkan vulna serta memberikan tancapan yang dalam, sehingga akan memcapai puncak kenikmatan.
POSISI TIDUR MIRING
Praktek posisi ini, wanita harus menahan kedua kakinya, sehingga pahanya berada di sudut, tegak lurus dengan badannya. Sementara posisi pria tudur menyamping tepat di belakang wanita. Variasi pada posisi ini akan memberikan kesan rileks dengan gerakan ringan. Bila pria berada disebelah kiri wanita, maka kaki kiri wanita diletakkan di atas kedua kaki pria. Posisi ini dilakukan kebanyakan untuk hubungan sesudah orgasme.
POSISI BERAYUN KAKI
Wanita duduk ditepi ranjang sambil mengayun-ayunkan kaki, sedangkan pria berdiri di depannya. Posisi ini bisa diatur sesuai selera. Kelebihan posisi ini, ketika wanita bersandar pada kedua tangan dan mendorong-dorong bagian vitalnya akan merasakan perangsangan yang nikmat. Sayangnya pada posisi ini tidak menguntungkan pria, pasalnya untuk mengalami orgasme pada posisi berdiri umumnya tidak disukai oleh pria.
POSISI KAKI DIBAHU
Posisi ini posisi sang pria harus tegak pada kedua tangannya. Ia harus tahu saat menekan. Dengan gerakan berulang akan menghasilkan gerakan pro. Tetapi variasi ini akan memberikan desakan pada bagian perut pria dan otot-otot panggul. Untuk mencapai puncak kenikmatan yang plus, posisi kaki wanita dapat direndahkan dengan menyilangkan kedua kakinya melalui pinggang sang pria, hingga sang wanita dapat mengunci, mempererat dekapannya menggunakan otot-otot kakinya. Dalam posisi ini juga dapat memperpanjang hubungan seks.
POSISI DUDUK DIKURSI
Permainan ini sebaiknya dilakukan didepan cermin, pasalnya bayangan akan terpantul yang menghasilkan dimensi baru pada rangsangan seks. Caranya posisi seks pria duduk dikursi yang tak berlengan, sementara wanita duduk dipangkuan berhadapan. Untuk mengatur gerakannya wanita halus memeluk erat tubuh pria sekaligus mengatur gerakannya. Sedangkan tugas pria hanya membelai dan mencium mesra pasangannya. Salah satu kelebihan dalam posisi ini adalah keduanya dapat melihat reaksi masing-masing di cermin.
POSISI BERJONGKOK
Posisi ini lebih mudah dilakukan, karena pasangan yang akan bersanggama tinggal jongkok untuk saling berhadapan. Posisi jongkoknya harus sedemikian rupa agar kelamin mereka saling bertemu. Dengan gerakan yang teratur dan terarah pria kemudian menyusupkan "rudal raksasanya" ke dalam liang sanggama pasangannya.
POSISI DUDUK DILANTAI
Pria duduk di lantai menghadap wanita dengan menjulurkan kaki di bawah kursi tempat duduk wanita, Kemudian sang pria menjulurkan tangan menarik wanita dari tempat duduknya secara perlahan, sehingga jatuh sedemikian rupa. Sang wanita dapat bersandar pada kursi dan menopangkan dirinya di atas kedua tangan dan sikunya. wanita juga dapat mempertinggi dan merendahkan posisinya pada orgasme yang saling berbalasan.
POSISI DUDUK
Pasangan pria-wanita duduk saling berhadapan dan saling berpelukan dibantu dengan kaki. Gerakan dilakukan dengan sangat perlahan dan berirama, berayun ke depan dan kebelakang, sehingga menghasilkan kenikmatan. Posisi ini terbilang jenaka dan pasangan harus betul-betul serius untuk menahan lawa sebelum posisi ini berlangsung lima menit. Bila saat orgasme dalam posisi ini, sebaiknya sang pria menarik sang wanita lebih dekat, sehingga tubuhnya saling menempel.
POSISI BANTAL BAWAH PINGGUL
Letakkan bantal tepat dibawah pinggul wanita, dalam posisi sedang telentang sehingga membentuk abjad V kebawah dan keluar. Kontak seks akan menjadi maksimal. Bila ingin menambah kenikmatan maka bantalnya bisa ditarik lebih kebawah pantat, sehingga sudut V akan berubah
melengkung keatas dan kedalam. Ini akan menjadikan posisi kelamin wanita tepat berhadapan organ seks pria. Posisi ini sangat ideal untuk wanita yang agak gendut atau pria yang berukuran vital pendek.
POSISI PRIA TELENTANG
Pria melipatkan kedua kakinya pada lutut, tapi kedua ujung kakinya tetap menginjak tempat tidur, sementara wanita meletakkan tubuhnya diatas kedua paha pria dan harus menopang tubuhnya pada kedua tangan dan lutut. Setelah itu wanita berbaring menelungkup diatas tubuh pria. Pada posisi ini lebih romantis, karena wanita dapat membelai dan mencium pasangannya.
POSISI BERSILANG
Pada posisi ini pasangan yang bersanggama duduk bersama diranjang. Wanita duduk di atas kaki pria. Kaki mereka direntangkan sehingga kaki sang pria berada di bawah kaki sang wanita. Kemudian kaki wanita ditekankan ke perut pria agar "kunci pusaka menemukan lubang gerbang". Dengan gerakan maju mundur kunci pusakanya tersebut dapat keluar masuk gerbang istana kenikmatan.
POSISI BERLAWANAN ARAH
Posisi seks ini paling rileks, pasalnya kepala pria berada diatas kaki wanita. Pasangan bisa saling melihat organ intim pasangannya. Gerakan posisi berlawanan arah ini dilakukan pria dengan mengencangkan dan mengendurkan punggungnya, sehingga memberi gerakan yang naik turun yang fleksibel pada wanita yang mendorong tercapainya kenikmatan yang luar biasa. Untuk mencapai kenikmatan yang lebih, wanita harus merendahkan tubuhnya ke belakang dengan perlahan-lahan sehingga ia terlentang diantara kedua kaki pria.
Hubungan harmonis pria wanita dengan seks adalah kodrat. Dan seks tidak semata hubungan rutintitas belaka. Seks merupakan bagian dari seni yang membutuhkan penghayatan dan pemahaman. Kenikmatan seks akan diperoleh bila pasangan merasakan kepuasan. Untuk menghindari kejenuhan, setiap pasangan pria dan wanita harus bisa pandai menciptakan suasana baru. Lakukan teknik dan cara permainan yang berganti-ganti. Jangan pasrah dengan posisi bermain konvensional.
Negeri Tirai Bambu adalah suatu negeri yang memiliki akar budaya yang kuat dan prinsip keharmonisan yang tinggi, sehingga dalam seni berhubungan seks pun mereka tidak hanya melihat secara fisik, namun, lebih dari itu melihat dari sisi kehidupan, seni, alam, cinta dan etika. Sehingga tak pelak lagi apabila keharusan ini kemudian menuntut suatu kemapanan dan aturan yang penuh pernik dalam melakukan hubungan seks di istana. Terutama ; Dalam cara penyambutan selir pada sang pria Kaisar. Sikap sayang dan mempesona. Kesopanan membuka pakaian. Tata cara mempersilakan ke ranjang. Merangsang tanpa keraguan, namun tetap lembut. Memasuki coitus dengan vitalitas. Dan pemberian penutup badan serta membersihkan sisa sanggama.
Negeri Tiongkok memiliki banyak kitap rahasia ilmu seks yang disusun pada jaman kerajaan masa lampau. Kitab-kitab tersebut berisi dari berbagai macam detail mengenai seks yang banyak diikuti pada jaman modren sekarang, detail-detail ini terperinci menjadi bagian yang saling menyatu. Juga diperkenalkan berbagai teknik dan posisi dalam berhubungan seks. Berikut 12 posisi seks yang paling disukai pria dan teknik hubungan seks ala istana yang dapat menghindari pasangan dari kejenuhan dalam berhubungan seksual.
POSISI TELENTANG
Posisi telentang umum, juga disebut posisi "Lebah memetik sari kembang". Posisi ini wanita telentang sementara pria harus menopang pada kedua sikut dan lututnya.Si wanita lalu menarik kedua kaki sampai lutut dan mendekati kupingnya. Posisi ini akan mengembangkan vulna serta memberikan tancapan yang dalam, sehingga akan memcapai puncak kenikmatan.
POSISI TIDUR MIRING
Praktek posisi ini, wanita harus menahan kedua kakinya, sehingga pahanya berada di sudut, tegak lurus dengan badannya. Sementara posisi pria tudur menyamping tepat di belakang wanita. Variasi pada posisi ini akan memberikan kesan rileks dengan gerakan ringan. Bila pria berada disebelah kiri wanita, maka kaki kiri wanita diletakkan di atas kedua kaki pria. Posisi ini dilakukan kebanyakan untuk hubungan sesudah orgasme.
POSISI BERAYUN KAKI
Wanita duduk ditepi ranjang sambil mengayun-ayunkan kaki, sedangkan pria berdiri di depannya. Posisi ini bisa diatur sesuai selera. Kelebihan posisi ini, ketika wanita bersandar pada kedua tangan dan mendorong-dorong bagian vitalnya akan merasakan perangsangan yang nikmat. Sayangnya pada posisi ini tidak menguntungkan pria, pasalnya untuk mengalami orgasme pada posisi berdiri umumnya tidak disukai oleh pria.
POSISI KAKI DIBAHU
Posisi ini posisi sang pria harus tegak pada kedua tangannya. Ia harus tahu saat menekan. Dengan gerakan berulang akan menghasilkan gerakan pro. Tetapi variasi ini akan memberikan desakan pada bagian perut pria dan otot-otot panggul. Untuk mencapai puncak kenikmatan yang plus, posisi kaki wanita dapat direndahkan dengan menyilangkan kedua kakinya melalui pinggang sang pria, hingga sang wanita dapat mengunci, mempererat dekapannya menggunakan otot-otot kakinya. Dalam posisi ini juga dapat memperpanjang hubungan seks.
POSISI DUDUK DIKURSI
Permainan ini sebaiknya dilakukan didepan cermin, pasalnya bayangan akan terpantul yang menghasilkan dimensi baru pada rangsangan seks. Caranya posisi seks pria duduk dikursi yang tak berlengan, sementara wanita duduk dipangkuan berhadapan. Untuk mengatur gerakannya wanita halus memeluk erat tubuh pria sekaligus mengatur gerakannya. Sedangkan tugas pria hanya membelai dan mencium mesra pasangannya. Salah satu kelebihan dalam posisi ini adalah keduanya dapat melihat reaksi masing-masing di cermin.
POSISI BERJONGKOK
Posisi ini lebih mudah dilakukan, karena pasangan yang akan bersanggama tinggal jongkok untuk saling berhadapan. Posisi jongkoknya harus sedemikian rupa agar kelamin mereka saling bertemu. Dengan gerakan yang teratur dan terarah pria kemudian menyusupkan "rudal raksasanya" ke dalam liang sanggama pasangannya.
POSISI DUDUK DILANTAI
Pria duduk di lantai menghadap wanita dengan menjulurkan kaki di bawah kursi tempat duduk wanita, Kemudian sang pria menjulurkan tangan menarik wanita dari tempat duduknya secara perlahan, sehingga jatuh sedemikian rupa. Sang wanita dapat bersandar pada kursi dan menopangkan dirinya di atas kedua tangan dan sikunya. wanita juga dapat mempertinggi dan merendahkan posisinya pada orgasme yang saling berbalasan.
POSISI DUDUK
Pasangan pria-wanita duduk saling berhadapan dan saling berpelukan dibantu dengan kaki. Gerakan dilakukan dengan sangat perlahan dan berirama, berayun ke depan dan kebelakang, sehingga menghasilkan kenikmatan. Posisi ini terbilang jenaka dan pasangan harus betul-betul serius untuk menahan lawa sebelum posisi ini berlangsung lima menit. Bila saat orgasme dalam posisi ini, sebaiknya sang pria menarik sang wanita lebih dekat, sehingga tubuhnya saling menempel.
POSISI BANTAL BAWAH PINGGUL
Letakkan bantal tepat dibawah pinggul wanita, dalam posisi sedang telentang sehingga membentuk abjad V kebawah dan keluar. Kontak seks akan menjadi maksimal. Bila ingin menambah kenikmatan maka bantalnya bisa ditarik lebih kebawah pantat, sehingga sudut V akan berubah
melengkung keatas dan kedalam. Ini akan menjadikan posisi kelamin wanita tepat berhadapan organ seks pria. Posisi ini sangat ideal untuk wanita yang agak gendut atau pria yang berukuran vital pendek.
POSISI PRIA TELENTANG
Pria melipatkan kedua kakinya pada lutut, tapi kedua ujung kakinya tetap menginjak tempat tidur, sementara wanita meletakkan tubuhnya diatas kedua paha pria dan harus menopang tubuhnya pada kedua tangan dan lutut. Setelah itu wanita berbaring menelungkup diatas tubuh pria. Pada posisi ini lebih romantis, karena wanita dapat membelai dan mencium pasangannya.
POSISI BERSILANG
Pada posisi ini pasangan yang bersanggama duduk bersama diranjang. Wanita duduk di atas kaki pria. Kaki mereka direntangkan sehingga kaki sang pria berada di bawah kaki sang wanita. Kemudian kaki wanita ditekankan ke perut pria agar "kunci pusaka menemukan lubang gerbang". Dengan gerakan maju mundur kunci pusakanya tersebut dapat keluar masuk gerbang istana kenikmatan.
POSISI BERLAWANAN ARAH
Posisi seks ini paling rileks, pasalnya kepala pria berada diatas kaki wanita. Pasangan bisa saling melihat organ intim pasangannya. Gerakan posisi berlawanan arah ini dilakukan pria dengan mengencangkan dan mengendurkan punggungnya, sehingga memberi gerakan yang naik turun yang fleksibel pada wanita yang mendorong tercapainya kenikmatan yang luar biasa. Untuk mencapai kenikmatan yang lebih, wanita harus merendahkan tubuhnya ke belakang dengan perlahan-lahan sehingga ia terlentang diantara kedua kaki pria.
Kelakuan Pengguna Blackberry vs Android vs Iphone
-Hp di tenteng sambil jalan
BB : Lagi nungguin bbm dari si ayang : (always bbm)
Android : Lagi sambil nge-restore, rom yang sebelumnya ga enak. (always ngoprek)
Iphone : Gpp, seneng aja megangnya. (always bangga)
-Di dalem cafe sendirian
BB : Wakaka, bego banget sih neh orang, broadcast ke yang laen ahh. (dengan suara kencang)
Iphone/Android : senyum2, baca tret di Forum. "ada ababil pake BB ketawa kenceng banget di cafe"
-Ngecharge hp tapi sambil dipake
BB : lagi tanggung neh, si A curhat seru banget di grup.
Iphone : lagi tanggung neh, bentar lagi level 200 selese gw.
Android : lagi tanggung neh, download rom baru, ga sabar pengen ngeflash.
-Notification sering bunyi
BB : "Aduh sori nih, abis update dagangan"
Iphone : "Ohh email dari kantor"
Android : "Anjrrrriiiittt, udah tinggal 10% lagi baterenya, dasar ROM suee..."
-Status busy di messaging
BB : ga bisa diganggu, lagi nyetir. (hanya nyetir yang bisa menghentikannya)
Iphone : busy. "ga sengaja ke sync itunes, ilang deh apps gw" (for jailbreak users only)
Android : not available, "lagi ngeflash rom" (almost all users)
-Lagi seneng
Android : Horeee, akhirnya Hp gw dapet ICS, download... download
Iphone : Horeee, akhirnya tamat juga neh game. Maen apaan lagi yah?
BB : Horeee, akhirnya keluar juga BB gw dari service center.
-Nyasar di jalan
BB :
A = BB user
T = temen yang nyupir
A : "bentar gw bbm temen gw yah... Oi ciiinnn, ke airport dari Jl. A lewat mana?".
T : "udah dibales belom, kok lama?".
A : "bentar lagi pending".
T : "hadeehhh...."
Iphone :
B = Iphone user
S = SIRI
B : "tenang ada SIRI".
S : "What can I helped you sir B".
B : "Show me the way to aerpot".
S : "Sorry sir B, I don't understand the meaning of Aerpot".
(pengucapan yang salah tidak akan dimengerti oleh SIRI)
Android :
C = Android User
T = Temen yang nyetir
C : "Tenang ada Google Maps.... oke dapet... 100 meter depan belok kiri".
T : "ohh oke... 100 meter kan... bukan belokan di depan berarti".
C : "ehh... loh.. kyknya yang itu deh".
T : "Lah katanya 100 meter?".
C :"Maap lagi dapet EDGE, Accuracy 1000 meter ".
(akurasi google maps tidak cukup hanya gps, butuh signal juga. Kecuali pake 3rd party seperti ndrive/papago)
-Applikasi
Iphone : Wah kayaknya keren neh aplikasi buat edit foto, cmn mahal juga yah 25 dollar. Nabung dulu deh. (menghargai hasil kerja orang lain)
Android : Wah kayaknya keren neh aplikasi buat edit foto, download ahh dari blapkmarket/pandaapp/apktop/4shared/filestube. (hidup petani)
BB : Wah kayaknya keren neh aplikasi buat edit foto, ada yang buat BB ga yah??
(so sorry to heard that)
-Game Online
Iphone : "Ayo coba lawan karakter Homerun 3D gw"
Android : "Sapa takut? buruan add gw."
BB : "Ya udah, gw kasih support aja deh buat kalian."
-Browsing
Android : "Beehh liat deh di website ini, keren euy"
Iphone : "yahh pake flash yah, ga nongol di gue"
BB : "ini web kok ngga muncul2 yah?"
-Youtube Streaming
Android : "Wakaka kocak neh video"
Iphone : "Mana2... apa judulnya?? Haha iya gebleg banget"
BB : "Berisik... boros pulsa tau...."
-Debat Device
A = Android freak
I = Iphone freak
B = Blackberry freak
A : android is the best
I : iphone lah lebih mantab
B : tapi kalian berdua kan ga punya BBM
A : tapi google maps gw paling lengkap petanya
I : gw juga punya google maps, game gw lebih banyak
A : ahh... game terkenal iphone bentar lagi juga ada di android, elo kan ga bisa dioprek sistemnya
I : gw bisa di jailbreak kok, tapi SIRI gw keren abis
A : lebih responsif juga google voice gw, elo kan ga bisa jalanin flash
I : ngapain flash kan berat, mending html5
A : kalo itu sih gw juga bisa, terus....
(dipotong oleh B)
B : tapi kalian berdua kan ga punya BBM
-Beli HP baru
Iphone : beli ini untuk 1-2thn kedepan (mencari efisiensi)
BB : ini BB gw yang terakhir (mencari-cari alasan)
Android : Anjriiittt, udah mau keluar lagi yang baru (mencari duit tambahan)
-Perjalanan HP
Iphone
2G : Pelopor Full touchscreen
3G : Pelopor smartphone tipis
3GS: Pelopor kenaikan IOS di dunia
4 : Pelopor HD Display
4S : Pelopor ganti iphone baru
Android
1.5 : Bener-bener pemain baru
1.6 : Benerin yang 1.5
2.1 : Bener-bener niat ngejar IOS
2.2 : Mesti banyak dibenerin
2.3 : Bener-bener ueeenaaakk dipake
3.0 : Bener-bener buat tab
4.0 : Bener-bener deh... masa device gw ga dapet
Blackberry
Pearl : Yang penting BB
Curve : Yang penting BBM
Bold : Yang penting Keren
Storm : Yang penting Touchscreen
Onyx : Yang penting buat kerja
Torch : Yang penting style dapet, touchscreen dapet
Dakota, Bellagio, Apollo : Yah ga penting-penting amat, yang penting BB baru
-Ibarat Pakaian
Iphone : ini baju, jas, celana bahan, sepatu bahan silakan dipake, anda siap bergaya kemana pun.
Android : ini baju, jas, celana, sepatu silakan di mix and match sesuai kebutuhan.
BB : ini baju, jas, celana, sepatu kayaknya udah waktunya disumbangin deh
-Music Player
Iphone user : enak ya android banyak musik playernya...
Android user: Wah tapi kualitas suara iphone juga top bgt tuh..secara bawaan dari ipod
BB user: Tapi Android sama Iphone ga bisa ngluarin bunyi ping!!
BB : Lagi nungguin bbm dari si ayang : (always bbm)
Android : Lagi sambil nge-restore, rom yang sebelumnya ga enak. (always ngoprek)
Iphone : Gpp, seneng aja megangnya. (always bangga)
-Di dalem cafe sendirian
BB : Wakaka, bego banget sih neh orang, broadcast ke yang laen ahh. (dengan suara kencang)
Iphone/Android : senyum2, baca tret di Forum. "ada ababil pake BB ketawa kenceng banget di cafe"
-Ngecharge hp tapi sambil dipake
BB : lagi tanggung neh, si A curhat seru banget di grup.
Iphone : lagi tanggung neh, bentar lagi level 200 selese gw.
Android : lagi tanggung neh, download rom baru, ga sabar pengen ngeflash.
-Notification sering bunyi
BB : "Aduh sori nih, abis update dagangan"
Iphone : "Ohh email dari kantor"
Android : "Anjrrrriiiittt, udah tinggal 10% lagi baterenya, dasar ROM suee..."
-Status busy di messaging
BB : ga bisa diganggu, lagi nyetir. (hanya nyetir yang bisa menghentikannya)
Iphone : busy. "ga sengaja ke sync itunes, ilang deh apps gw" (for jailbreak users only)
Android : not available, "lagi ngeflash rom" (almost all users)
-Lagi seneng
Android : Horeee, akhirnya Hp gw dapet ICS, download... download
Iphone : Horeee, akhirnya tamat juga neh game. Maen apaan lagi yah?
BB : Horeee, akhirnya keluar juga BB gw dari service center.
-Nyasar di jalan
BB :
A = BB user
T = temen yang nyupir
A : "bentar gw bbm temen gw yah... Oi ciiinnn, ke airport dari Jl. A lewat mana?".
T : "udah dibales belom, kok lama?".
A : "bentar lagi pending".
T : "hadeehhh...."
Iphone :
B = Iphone user
S = SIRI
B : "tenang ada SIRI".
S : "What can I helped you sir B".
B : "Show me the way to aerpot".
S : "Sorry sir B, I don't understand the meaning of Aerpot".
(pengucapan yang salah tidak akan dimengerti oleh SIRI)
Android :
C = Android User
T = Temen yang nyetir
C : "Tenang ada Google Maps.... oke dapet... 100 meter depan belok kiri".
T : "ohh oke... 100 meter kan... bukan belokan di depan berarti".
C : "ehh... loh.. kyknya yang itu deh".
T : "Lah katanya 100 meter?".
C :"Maap lagi dapet EDGE, Accuracy 1000 meter ".
(akurasi google maps tidak cukup hanya gps, butuh signal juga. Kecuali pake 3rd party seperti ndrive/papago)
-Applikasi
Iphone : Wah kayaknya keren neh aplikasi buat edit foto, cmn mahal juga yah 25 dollar. Nabung dulu deh. (menghargai hasil kerja orang lain)
Android : Wah kayaknya keren neh aplikasi buat edit foto, download ahh dari blapkmarket/pandaapp/apktop/4shared/filestube. (hidup petani)
BB : Wah kayaknya keren neh aplikasi buat edit foto, ada yang buat BB ga yah??
(so sorry to heard that)
-Game Online
Iphone : "Ayo coba lawan karakter Homerun 3D gw"
Android : "Sapa takut? buruan add gw."
BB : "Ya udah, gw kasih support aja deh buat kalian."
-Browsing
Android : "Beehh liat deh di website ini, keren euy"
Iphone : "yahh pake flash yah, ga nongol di gue"
BB : "ini web kok ngga muncul2 yah?"
-Youtube Streaming
Android : "Wakaka kocak neh video"
Iphone : "Mana2... apa judulnya?? Haha iya gebleg banget"
BB : "Berisik... boros pulsa tau...."
-Debat Device
A = Android freak
I = Iphone freak
B = Blackberry freak
A : android is the best
I : iphone lah lebih mantab
B : tapi kalian berdua kan ga punya BBM
A : tapi google maps gw paling lengkap petanya
I : gw juga punya google maps, game gw lebih banyak
A : ahh... game terkenal iphone bentar lagi juga ada di android, elo kan ga bisa dioprek sistemnya
I : gw bisa di jailbreak kok, tapi SIRI gw keren abis
A : lebih responsif juga google voice gw, elo kan ga bisa jalanin flash
I : ngapain flash kan berat, mending html5
A : kalo itu sih gw juga bisa, terus....
(dipotong oleh B)
B : tapi kalian berdua kan ga punya BBM
-Beli HP baru
Iphone : beli ini untuk 1-2thn kedepan (mencari efisiensi)
BB : ini BB gw yang terakhir (mencari-cari alasan)
Android : Anjriiittt, udah mau keluar lagi yang baru (mencari duit tambahan)
-Perjalanan HP
Iphone
2G : Pelopor Full touchscreen
3G : Pelopor smartphone tipis
3GS: Pelopor kenaikan IOS di dunia
4 : Pelopor HD Display
4S : Pelopor ganti iphone baru
Android
1.5 : Bener-bener pemain baru
1.6 : Benerin yang 1.5
2.1 : Bener-bener niat ngejar IOS
2.2 : Mesti banyak dibenerin
2.3 : Bener-bener ueeenaaakk dipake
3.0 : Bener-bener buat tab
4.0 : Bener-bener deh... masa device gw ga dapet
Blackberry
Pearl : Yang penting BB
Curve : Yang penting BBM
Bold : Yang penting Keren
Storm : Yang penting Touchscreen
Onyx : Yang penting buat kerja
Torch : Yang penting style dapet, touchscreen dapet
Dakota, Bellagio, Apollo : Yah ga penting-penting amat, yang penting BB baru
-Ibarat Pakaian
Iphone : ini baju, jas, celana bahan, sepatu bahan silakan dipake, anda siap bergaya kemana pun.
Android : ini baju, jas, celana, sepatu silakan di mix and match sesuai kebutuhan.
BB : ini baju, jas, celana, sepatu kayaknya udah waktunya disumbangin deh
-Music Player
Iphone user : enak ya android banyak musik playernya...
Android user: Wah tapi kualitas suara iphone juga top bgt tuh..secara bawaan dari ipod
BB user: Tapi Android sama Iphone ga bisa ngluarin bunyi ping!!
aset negara lain selalu di pakai di negara indonesia
Bangun tidur anda minum apa?
Aqua? (74% sahamnya milik Danone prsh Perancis) atau Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever Inggris. Minum susu SGM (milik Sari Husada yg 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda). Lalu mandi pake Lux dan Pepsodent (Unilever, Inggris). Sarapan berasnya beras impor Thailand (BULOG pun impor), gulanya jg impor (Gulaku). Santai abis ma...kan rokoknya Sampoerna ( 97% saham milik Philip Morris Amerika). Keluar rumah naik motor/mobil buatan Jepang, Cina, India, Eropa tinggal pilih. Sampe kantor nyalain AC buatan Jepang, Korea, Cina. Pake komputer, hp (operator Indosat, XL, Telkomsel smwnya milik asing; Qatar, Singapur, Malaysia). Yuk belanja ke Carefour, punya Perancis klo gitu ke Alfamart (75% sahamnya Carefour). Bgmn dg Giant? Ini punya Dairy Farm Internasional, Malaysia pemilik yg sm dg Hero. Malam2 iseng ke Circle K dari Amerika. Ambil ATM di BCA, Danamon, BII, Bank Niaga ah semuanya udh milik asing walaupun namanya msh Indonesia. Bangun rmh pake semen Tiga Roda Indocement skrg milik Heidelberg Jerman (61,70%). Semen Gresik milik Cemex Meksiko, Semen Cibinong punyanya Holcim (Swiss). Masih banyak lagi kalo mau diterusin. Btw BB andapun buatan Cina, beda tipis sm sy punya buatan Canada.
Sadarkah Indonesia saat ini sedang terjajah? Bahkan untuk hidup di negeri ini pun sulit.
Tenang, Minimal kita masih punya koruptor Asli Indonesia!!!
Mantap kan!
Aqua? (74% sahamnya milik Danone prsh Perancis) atau Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever Inggris. Minum susu SGM (milik Sari Husada yg 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda). Lalu mandi pake Lux dan Pepsodent (Unilever, Inggris). Sarapan berasnya beras impor Thailand (BULOG pun impor), gulanya jg impor (Gulaku). Santai abis ma...kan rokoknya Sampoerna ( 97% saham milik Philip Morris Amerika). Keluar rumah naik motor/mobil buatan Jepang, Cina, India, Eropa tinggal pilih. Sampe kantor nyalain AC buatan Jepang, Korea, Cina. Pake komputer, hp (operator Indosat, XL, Telkomsel smwnya milik asing; Qatar, Singapur, Malaysia). Yuk belanja ke Carefour, punya Perancis klo gitu ke Alfamart (75% sahamnya Carefour). Bgmn dg Giant? Ini punya Dairy Farm Internasional, Malaysia pemilik yg sm dg Hero. Malam2 iseng ke Circle K dari Amerika. Ambil ATM di BCA, Danamon, BII, Bank Niaga ah semuanya udh milik asing walaupun namanya msh Indonesia. Bangun rmh pake semen Tiga Roda Indocement skrg milik Heidelberg Jerman (61,70%). Semen Gresik milik Cemex Meksiko, Semen Cibinong punyanya Holcim (Swiss). Masih banyak lagi kalo mau diterusin. Btw BB andapun buatan Cina, beda tipis sm sy punya buatan Canada.
Sadarkah Indonesia saat ini sedang terjajah? Bahkan untuk hidup di negeri ini pun sulit.
Tenang, Minimal kita masih punya koruptor Asli Indonesia!!!
Mantap kan!
chrisye dan seluk beluknya
Chrismansyah Rahadi (lahir dengan nama Christian Rahadi di Jakarta, Indonesia, 16 September 1949 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 30 Maret 2007 pada umur 57 tahun) yang lebih dikenal dengan nama panggung Chrisye, merupakan seorang penyanyi dan pencipta lagu asal Indonesia.
Dilahirkan di Jakarta dari keluarga Tionghoa-Indonesia, Chrisye menjadi tertarik dengan musik saat masih muda. Waktu masih belajar di SMA, Chrisye main gitar bas dalam sebuah band yang dia membentuk bersama kakaknya, Joris. Pada akhir dasawarsa 1960-an dia menjadi anggota band Sabda Nada (yang kemudian hari berganti nama menjadi Gipsy). Pada tahun 1973, setelah mengambil cuti beberapa lama, dia mengikuti band tersebut ke New York untuk main musik. Setelah kembali ke Indonesia untuk waktu singkat, dia kembali ke New York dengan band lain, yaitu The Pro's. Sekembali ke Indonesia, pada tahun 1976 dia bekerja sama dengan Gipsy dan Guruh Soekarnoputra untuk merekam album indie Guruh Gipsy.
Setelah keberhasilan Guruh Gipsy, pada tahun 1977 Chrisye menghasilkan dua karya terbaiknya, yaitu "Lilin-Lilin Kecil" tulisan James F. Sundah, serta album jalur suara Badai Pasti Berlalu. Sukses kedua karya ini membuat Chrisye dirikruit oleh Musica Studios, dengan siapa dia merilis album solo perdananya, Sabda Alam, pada tahun 1978. Selama karirnya yang lebih dari 25 tahun panjangnya dia menghasilkan 18 album solo lain, serta main dalam satu film: Seindah Rembulan (1981). Chrisye meninggal di rumahnya di Jakarta pada tanggal 30 Maret 2007 setelah bertahun-tahun mengidap kanker paru-paru. Dia meninggalkan seorang istri, Gusti Firoza Damayanti Noor, dan empat anak.[1]
Dikenal untuk vokalnya yang halus dan gaya panggung yang kaku, Chrisye dianggap salah satu penyanyi Indonesia legendaris. Lima album yang termasuk karyanya dimuat dalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik oleh Rolling Stone Indonesia; lima lagunya (dan satu lagi yang dia mendukung) dimuat dalam daftar lagu terbaik oleh majalah yang sama pada tahun 2009. Beberapa albumnya disertifikasi perak atau lebih tinggi. Dia menerima dua lifetime achievement award, satu pada tahun 1993 dari BASF Awards dan satu lagi pada tahun 2007 dari SCTV. Pada tahun 2011, Rolling Stone Indonesia mencatat Chrisye sebagai musisi Indonesia terbaik nomor tiga sepanjang masa.
Kehidupan awal
Chrisye dilahirkan dengan nama Christian Rahardi di Jakarta pada tanggal 16 September 1949 di keluarga Laurens Rahadi, seorang wirausaha keturunan Betawi-Tionghoa, dan Hanna Rahadi, seorang ibu rumah tangga keturunan Sunda-Tionghoa.[2] Dia anak kedua dari tiga anak laki-laki yang dipunyai pasangan Kristen tersebut;[1][3] saudaranya bernama Joris dan Vicky. Setelah masa kecilnya dihabiskan di Jalan Talang, dekat Menteng, Jakarta Pusat, pada tahun 1954 keluarga itu berpindah ke Jalan Pegangsaan (di Menteng).[2]
Saat sekolah di SD GIKI, Chrisye berteman dengan anak-anak keluarga Nasution, yang menjadi tetangganya; dia paling akrab dengan Bamid Gauri, dengan siapa dia sering bermain bulu tangkis dan layang-layang.[4] Pada waktu itu dia juga mulai mendengarkan piringan hitam milik ayahnya; dia bernyanyi mengiringi lagu-lagu Bing Crosby, Frank Sinatra, Nat King Cole, dan Dean Martin.[2][5] Setelah lulus SD, Chrisye menghadiri SMPK III Diponegoro.[4]
Saat Chrisye duduk di bangku SMA PSKD Menteng, Beatlemania tiba di Indonesia. Ini membuat Chrisye lebih tertarik dengan dunia musik.[6] Menganggapi hendak Chrisye untuk bermain musik, ayahnya membeli sebuah gitar; Chrisye memilih gitar bas, sebab dia beranggapan bahwa gitar tersebutlah yang paling mudah dipelajari. Chrisye dan Joris belajar bermain musik dengan mengikuti lagu-lagu di radio dan piringan hitam ayah mereka; akibatnya, mereka tidak dapat membaca nota musik.[7][8] Mereka lama-kelamaan mulai main musik di acara sekolah, dengan Chrisye sebagai vokalisnya.[7] Juga waktu di SMA, Chrisye diam-diam mulai merokok; pada suatu saat, dia ditangkap kepala sekolah dan disuruh merokok delapan batang secara bersamaan di depan siswa-siswi lain, tetapi dia tetap terus merokok sehingga menjadi perokok berat.[7]
[sunting] Anggota band dan proyek awal (1968–1977)
Chrisye bermain bas pada tahun 1977. Dia berambut gondrong selama sebagian besar karirnya, hingga kemoterapi membuat semua rambutnya rontok.
Pada pertengahan dasawarsa 1960-an, keluarga Nasution membentuk sebuah band; Chrisye dan Joris menonton mereka main musik oleh Uriah Heep dan Blood, Sweat & Tears.[9] Pada tahun 1968 Chrisye mendaftar di Universitas Kristen Indonesia (UKI) untuk menjadi insinyur seperti yang dihendaki ayahnya. Sekitar tahun 1969, akan tetapi, Gauri mengundangnya untuk menjadi anggota band Nasution, Sabda Nada, untuk menggantikan pemain bas mereka yang sedang sakit, Eddi Odek.[8][10] Karena puas dengan kemampuannya, Nasution bersaudara mnta Chrisye menjadi anggota tetap. Sabda Nada bermain secara teratur di Mini Disko di Jalan Juanda serta untuk pesta ulang tahun dan pernikahan.[10] Ketika Chrisye diberi kesempatan untuk bernyanyi saat mereka menyanyikan lagu versi daur ulang, dia berusaha untuk menggunakan suara yang mirip penyanyi aslinya.[11]
Pada tahun 1969 Sabda Nada mengganti nama mereka menjadi Gipsy supaya terdengar lebih macho dan seperti band Barat.[1][8] Jadwal untuk band itu, yang tidak mempunyai manager, sangat padat karena bermain secara teratur di Taman Ismail Marzuki.[1][12] Akibatnya, Chrisye mengundurkan diri dari UKI; pada tahun 1970 dia masuk ke Akademi Pariwisata Trisakti karena mengganggap jadwalnya lebih fleksibel.[12]
Dua tahun kemudian, Chrisye ditawarkan kesempatan untuk main di New York. Biarpun dia senang sekali, Chrisye takut untuk menceritakan hal tersebut kepada ayahnya, yang dia merasa tidak akan menyetujui. Akhirnya dia jatuh sakit selama beberapa bulan, sementara Sabda Nada pergi ke New York.[13] Setelah Chrisye membahas kekhawatirannya dengan ibunya dan Joris, ayahnya pun menyetujui agar dia bisa mengundurkan diri dari kuliah dan pergi ke New York. Setelah kesehatannya sudah membaik, pada tengah tahun 1973 dia pergi bersama Pontjo untuk bertemu dengan Gipsy di Amerika Serikat;[14] pada tahun yang sama dia mengundurkan diri dari Trisakti.[8]
Selama di New York, Gipsy memanggung di Ramayana Restaurant,[1] yang milik perusahaan minyak Pertamina. Band itu, yang ditempatkan di suatu apartmen di Fifth Avenue, berada di New York untuk hampir satu tahun. Mereka menyanyikan lagu-lagu Indonesia serta versi daur ulang dari lagu Procol Harum, King Crimson, Emerson, Lake & Palmer, Genesis dan Blood, Sweat & Tears. Biarpun Chrisye merasa frustrasi karena tidak dapat mengekspresikan diri dengan musik orisinal, dia tetap bekerja.[15]
Setelah kembali ke Indonesia pada akhir tahun 1973, Gauri memperkenalkan Chrisye dengan penulis lagu Guruh Soekarnoputra, anak dari mantan presiden Soekarno. Sementara Nasution bersaudara bekerja sama dengan Guruh untuk menyiapkan proyek mereka, Chrisye mulai menciptakan lagu sendiri; karena menciptakan lagu sendiri dia bisa menyadari bahwa dia kesulitan dengan lirik yang mengandung konsonan keras, dan bisa menghindari bunyi tersebut.[16] Tahun berikutnya dia kembali ke New York dengan band lain, The Pro's. Pada pertengahan tahun 1975, dengan beberapa minggu tersisa di kontrak kerjanya, orang tuanya menelepon Chrisye dari Jakarta dan memberi tahu kalau saudaranya Vicky meninggalkan akibat infeksi lambung. Karena tidak dapat kembali langsung ke Jakarta, pikirannya jadi kacau. Saat kembali ke Indonesia, Chrisye "tak berhenti-henti menangis" dalam pesawat dan menjadi depresi.[17]
Setelah beberapa waktu tidak bermain musik, Chrisye dihubungi oleh Nasution bersaudara dan diundang untuk bergabung dengan Gipsy dan Guruh untuk sebuah proyek baru; Guruh juga menawarkan beberapa lagu untuk Chrisye menjadi vokalis utama, dengan lirik ditulis khususnya untuk dia. Setelah mengatasi rasa depresinya, Chrisye mengikuti latihan di rumah Guruh di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Mereka main sampai larut malam dan mencampurkan rock ala Barat dengan gamelan Bali.[1][18] Perekaman terjadi pada pertengahan tahun 1975, dengan hanya empat lagu terselesaikan dalam beberapa bulan pertama. Pada tahun 1976 album Guruh Gipsy diluncurkan dan diterima baik oleh para kritikus; ada sebanyak 5.000 keping yang diproduksi.[1][19] Berhasilnya Guruh Gipsy meyakinkan Chrisye bahwa dia dapat menjadi penyanyi tunggal.[20]
Gnome-mime-audio-openclipart.svg
Lilin-Lilin Kecil
Lagu Chrisye paling terkenal, "Lilin-Lilin Kecil" (versi 1977)
Kesulitan mendengarkan berkas ini? Lihat bantuan.
Pada akhir tahun 1976 Chrisye dihampiri oleh Jockie Soerjoprajogo, seorang pencipta lagu, dan Imran Amir, pemimpin Radio Prambors; mereka meminta agar Chrisye menjadi vokalis untuk Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors. Namun, Chrisye menolak. Beberapa hari kemudian Sys NS, yang pada saat itu bekerja di Prambors, mendekati Chrisye waktu penyanyi itu sedang berbincang dengan Guruh dan Eros Djarot. Sys menekankan bahwa Chrisye diperlukan untuk lagu "Lilin-Lilin Kecil" karya James F. Sundah. Setelah dia mendengar lirik lagu tersebut, Chrisye setuju.[21] Lagu ini direkam di studio Irama Mas di Pluit, Jakarta Utara[22] dan dimuat dalam sebuah album dengan pemenang lomba lain; awalnya, "Lilin-Lilin Kecil" dimuat di urutan kesembilan, tetapi akhirnya dipindahkan ke urutan pertama supaya lebih laris. Setelah itu, lagu ini menjadi terkenal;[21][23] album LCLR 1977 menjadi album paling laris tahun itu.[24]
Setelah sukses "Lilin-Lilin Kecil", di pertengahan tahun 1977 Pramaqua Records mendekati Chrisye dan menawarkan sebuah album, yaitu Jurang Pemisah. Bekerja sama dengan Jockie, Ian Antono, dan Teddy Sujaya, Chrisye merekam tujuh lagu untuk album tersebut; Jockie merekam dua lagu lain.[25] Biarpun Chrisye senang dengan hasilnya dan mempunyai harapan tinggi untuk Jurang Pemisah, Pramaqua memutuskan bahwa itu tidak bisa laris dan tidak hendak mempromosikannya sehingga album Chrisye berikutnya, Badai Pasti Berlalu, menjadi besar. Setelah itu, Chrisye berusaha untuk membeli semua stok album Jurang Pemisah dan menghentikan rilisnya, namun tidak berhasil. Album ini tidak laris di pasaran sebab banyak orang beranggapan kalau ini album lanjutan dari Badai Pasti Berlalu.[26] Walaupun rekaman ini sampai pada stasiun radio di seluruh Indonesia, menurut Chrisye penjualannya "hangat-hangat tahi ayam".[25][26]
Pada tahun yang sama, CHrisye dan beberapa artis, termasuk Eros dan Jockie, merekam musik untuk film Badai Pasti Berlalu dalam waktu dua bulan.[27] Setelah musik film tersebut mendapatkan Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1978, Irama Mas mendekati mereka untuk membuat album jalur suara untuk biaya tetap.[27] Dengan Chrisye dan Berlian Hutauruk sebagai vokalis, sebuah album jalur suara direkam di Pluit dalam kurung waktu 21 hari.[27][28] Album yang dihasilkan dirilis dengan judul yang sama dengan film, dengan gambar bintang film Christine Hakim di sampul.[28] Album ini memuat lagu ciptaan Chrisye yang pertama, "Merepih Alam".[23] Hasil penjualan di awal kurang lancar, tetapi setelah singel-singelnya mulai diputar album Badai Pasti Berlalu menjadi laris.[29]
[sunting] Karir solo awal dan film (1978–1982)
Suara Chrisye yang tenor serta kerjanya di Badai Pasti Berlalu memicu Amin Widjaja dari Musica Studios untuk memintanya menjadi artis Musica; Amin sebenarnya sudah lama mengamati Chrisye, sejak dirilisnya Guruh Gipsy. Chrisye setuju, asalkan dia diberikan kebebasan artistik; Amin terpaksa menyetujui syarat tersebut.[29] Chrisye langsung mengerjakan album perdananya dengan Musica pada bulan Mei 1978, yaitu Sabda Alam (Nature's Order). Dia memilih beberapa lagu karya artis lain dan menulis beberapa lain sendiri, termasuk lagu "Sabda Alam".[26][30] Dia merekam album itu setelah menguncikan diri dalam studio dengan sound engineer dan penata musik; biarpun Amin hendak melihat kemajuan mereka, Chrisye tidak mengizinkannya masuk.[30] Album yang dihasilkan, yang diilhami oleh Badai Pasti Berlalu dan menggunakan teknik double-recording yang dipelopori The Beatles, dirilis pada bulan Agustus.[30][31] Setelah beberapa lama promosi dengan TVRI dan stasiun radio, album ini laris; akhirnya lebih dari 400,000 kuping terjual.[32][33]
Tahun berikutnya, Chrisye merekam Percik Pesona bersama Jockie. Album ini, yang dibuat setelah kematian Amin, termasuk beberapa lagu yang ditulis oleh sahabat Chrisye, Junaidi Salat, serta Jockie dan Guruh. Judul album ini dipilih bersama. Album ini dirilis pada bulan Agustus 1979, gagal dalam mata kritikus dan pasar.[31][34] Chrisye, setelah diskusi dengan beberapa artis, beranggapan bahwa gagalnya album ini disebabkan miripnya dengan Badai Pasti Berlalu. Akibatnya, setelah beberapa waktu berkontemplasi, dia mulai mencari jenis musik baru.[34] Pada tahun yang sama, dia menjadi anggota juri LCLR Prambors, yang diadakan pada tanggal 5 Mei.[35]
Setelah memutuskan bahwa lagu pop yang romantis, dengan pengaruh easy listening, yang paling cocok untuk dirinya, Chrisye mulai merintis album berikutnya, Puspa Indah. Semua lagu kecuali satu ditulis oleh Guruh Sukarnoputra; album ini juga memuat lagu berbahasa Inggris "To My Friends on Legian Beach". Dua lagu dari album ini, "Galih dan Ratna" dan "Gita Cinta", digunakan dalam film tahun 1979 Gita Cinta dari SMA; dalam film tersebut, Chrisye mendapatkan kameo sebagai penyanyi. Dengan popularitas film tersebut, album Puspa Indah pun menjadi laris; lagu "Galih dan Ratna" dan "Gita Cinta", yang dijadikan singel, juga diterima dengan hangat.[36]
Pada tahun 1981 Chrisye mendapatkan peran dalam film Indonesia Seindah Rembulan.[1] Biarun awalnya enggan, dia dibujuk Sys NS sehingga akhirnya setuju. Namun, di kemudian hari dia menyesalkan keputusan ini karena beranggapan bahwa produksinya kurang profesional dan sering bertantangan dengan sutradara Syamsul Fuad. Pada tahun yang sama dia menghasilkan Pantulan Cinta, sebuah kolaborasi dengan Jockie. Setelah album ini gagal di pasaran, Chrisye memutuskan untuk mengambil cuti panjang.[37]
[sunting] Pernikahan dan gaya baru (1982–1993)
Biarpun disuka para groupie, Chrisye sampai awal tahun 1980-an jarang berpacaran.[38] Pada awal tahun 1981, akan tetapi, dia mulai mendekati sekretaris Guruh Soekarnoputra, yaitu Gusti Firoza Damayanti Noor (Yanti).[39][40] Yanti, yang mempunyai keturunan Dayak dan Minang, juga seorang penyanyi dan berasal dari keluarga musisi; dia sering membahas musik dengan Chrisye saat Chrisye menunggu Guruh, dan mereka juga bertemu saat Chrisye mengunjungi kakaknya, Raidy, yang merupakan salah satu temannya.[8][41] Saat Yanti pindah ke Bali untuk bekerja di hotel bintang lima selama beberapa minggu, Chrisye mengikutinya dan menyatakan bahwa dia siap menikahinya ketika Yanti kembali ke Jakarta; biarpun itu bukan lamaran resmi, Yanti menerima.[39] Pada tahun 1982 Chrisye masuk Islam, sebab Islam tidak mengizinkan pernikahan antara wanita Muslim dengan pria non-Muslim; pada saat itu, Chrisye sudah tidak puas dengan agama Kristen.[3] Pada tanggal 12 Desember 1982 Chrisye dan Yanti menikah di suatu acara bergaya adat Padang.[42]
Terdorong oleh keadaan finansialnya yang kurang baik, awal tahun 1983 Chrisye mulai menggarap album baru bersama Eros dan Jockie.[40][43] Aciu Widjaja, yang menjadi pemimpin Musica yang baru, mengusulkan bahwa mereka memerlukan gaya musik yang baru; dengan demikian,Chrisye, Djarot, dan Jockie mencampurkan art rock dengan pop romantis, serta menarik ilham dari The Police. Album yang dihasilkan, Resesi, dirilis pada tahun 1983. Album ini laris di pasar, dengan 350.000 kuping terjual dan akhirnya disertifikasi perak; singelnya sendiri, "Lenny", "Hening", dan "Malam Pertama", banyak diputar di radio.[43]
Setelah Resesi, Chrisye bekerja sama dengan Eros dan Jockie pada album Metropolitan tahun 1983. Album tersebut, yang dipengaruhi aliran new wave dan banyak membahas isu yang dihadapi para pemuda dan pemudi, diterima dengan baik oleh pasar sehingga diberi sertifikasi perak; singel "Selamat Jalan Kekasih" menjadi paling dominen. Pada tahun yang sama, Chrisye dan Yanti mendapatkan anak pertama mereka, Rizkia Nurannisa. Pada tahun berikutnya, Chrisye, Eros, dan Jockie bekerja sama lagi pada album Nona, yang memuat berbagai kritik sosial; album tersebut menghasilkan empat singel dan disertifikasi platinum. Biarpun Nona diterima baik oleh pasar, Chrisye mengambil keputusan untuk mencari suara baru dan memutuskan hubungan kerja dengan Eros dan Jockie di pertengahan tahun 1984.[22][44]
Tak lama kemudian, Chrisye mendekati Addie MS, seorang musisi muda, dan minta bantuannya untuk album berikutnya. Addie, biarpun merasa bahwa dia kurang bergengsi dibanding Eros dan Jockie, setuju; Addie lalu menyarankan agar mereka menggunakan melodi yang mirip dengan "Lilin-Lilin Kecil" dan Badai Pasti Berlalu. Album yang dihasilkan, Sendiri, memuat lagu yang ditulis oleh Guruh dan Junaidi Salat serta alat musik seperti harpa, obo, English horn, dan beberapa alat musik dawai. Album ini, yang melahirkan tiga singel,[45] laris dan mendapatkan penghargaan BASF Award untuk Chrisye.[46]
Pada akhir tahun 1984 Chrisye mendekati pencipta lagu muda lain, Adjie Soetama, yang dia mengajak bekerja sama untuk menyiapkan album berikutnya. Sebab beat ringan dan melodi ceria sedang populer, mereka menggunakan gaya yang ringan. Perekaman album baru ini, Aku Cinta Dia, mulai pada tahun 1985; selain Adjie, ada sumbangan lagu dari Guruh dan Dadang S. Manaf.[47] Lagu "Aku Cinta Dia" dipilih sebagai judul album setelah Aciu mendengar mereka bermain bersama dan memutuskan bahwa lagu itu layak dijagokan.[48] Oleh karena album ini memerlukan emosi yang lebih banyak, Chrisye – yang terkenal kaku – kesulitan dengan proses promosi, biarpun istrinya menyiapkan kostum warna-warni dan Alex Hasyim menjadi koreografer.[49] Setelah dirilis, Aku Cinta Dia terjualan ratusan ribu kuping pada minggu pertama dan akhirnya diberi sertifikasi emas. Pada tahun yang sama, Chrisye dan Adjie menghasilkan Hip Hip Hura, and suatu kolaborasi lain, Nona Lisa, dirilis pada tahun 1986; kedua album tersebut mempunyai beat dan irama yang mirip Aku Cinta Dia dan terjual laris, biarpun tidak selari kolaborasi pertama.[50] Pada 2 Maret 1986 Chrisye dan Yanti mempunyai anak perempuan, Risty Nurraisa.[51]
Biarpun tiga album itu laris di pasar, Chrisye dan keluarganya masih dalam keadaan finansial yang sulit, sehingga dua kali mereka harus menjual mobil mereka. Ini membuat Chrisye mempertimbangkan berhenti dari dunia musik, biarpun akhirnya memutuskan untuk lanjut.[52] Pada tahun 1988 merekam Jumpa Pertama, dan pada tahun berikutnya dia merilis Pergilah Kasih. Di kemudian hari dia mengenang bahwa kedua album itu mempunyai "sentuhan rasa yang indah."[53] Lagu yang digunakan untuk judul, "Pergilah Kasih", ditulis oleh Tito Sumarsono dan digunakan untuk video klip Chrisye pertama;[53] video klip perdana ini menjadi klip Indonesia pertama yang ditayangkan di MTV Asia Tenggara.[54]
Pada tanggal 27 Februari tahun berikutnya, Chrisye dan Yanti mendapatkan anak kembar, Randa Pramasha dan Rayinda Prashatya. Pada tahun 1992 Chrisye merekam versi daur ulang dari lagu Koes Plus bertajuk "Cintamu T'lah Berlalu", dengan penataan musik oleh Younky; video klip untuk lagu tersebut juga disiarkan di MTV Asia Tenggara dan menjadi video klip Indonesia pertama untuk masuk MTV Amerika.[8][11][55][56] Pada tahun berikutnya, Chrisye bekerja sama dengan Younky lagi untuk merekam Sendiri Lagi, sebuah proyek yang makan empat bulan untuk perancangan dan empat bulan untuk perekaman;[54][56] video klip ini pun beredar di MTV Asia Tenggara.[11]
[sunting] Konser dan kolaborasi dengan Erwin Gutawa (1994–2004)
Setelah berhasilnya konser Sendiri, Chrisye bekerja sama beberapa kali dengan Erwin Gutawa (foto dari 2004).
Biarpun Sendiri Lagi cukup laris, pada awal dasawarsa 1990-an Chrisye mulai merasa tekanan dari industri musik yang semakin mengutamakan penampilan dan meningkatnya jumlah artis muda.[54] Dia mulai mempertimbangkan meninggalkan dunia musik, sebab "merasa sudah sampai garis finish".[57] Biarpun Yanti menyatakan bahwa banyak musisi tetap laku sampai umur 60-an, Chrisye memperhatikan bahwa para artis senior sudah mulai dikesampingkan oleh pendatang baru.[57] Dalam keadaan depresi ini, Chrisye didekati oleh Jay Subyakto dan Gauri Nasution, yang menawarkannya sebuah konser tunggal di Plenary Hall di Jakarta Convention Centre, yang pada saat itu belum pernah mengadakan konser tunggal untuk artis Indonesia. Karena tidak yakin bahwa penggemarnya cukup banyak untuk mengisi hal tersebut, Chrisye mula-mula menolak.[57]
Setelah Chrisye diperkenalkan dengan Erwin Gutawa, yang diangkat untuk mempersiapkan konser, dan beberapa minggu ditekankan oleh Gauri,[58] akhirnya Jay Subyakto berhasil membujuk Chrisye dengan mengatakan bahwa itu mungkin kesempatan terakhir untuk menyelamatkan karirnya. Karena kekurangan uang, mereka mendekati RCTI untuk meminta sponsor. Akan tetapi, mereka ditolak dan bahkan diejek dengan saran agar mengadakan konser di Monumen Nasional. Karena tidak bersedia menelantarkan rencana mereka itu, Chrisye, Subaktyo, dan Gutawa mengumpulkan sekelompok artis dan mulai pelatihan. Menjelang hari ulang tahun RCTI yang keempat, mereka rela menyetujui konser tersebut sebagai bagian dari perayaan mereka. Ribuan tiket yang tersedia terjual habis dalam satu minggu.[59]
Konser Sendiri diadakan pada tanggal 19 Agustus 1994. Chrisye membawakan sejumlah lagu hits serta menyanyikan beberapa duet, termasuk "Malam Pertama" dengan Ruth Sahanaya, di depan orkes penuh yang dipimpin oleh Gutawa.[60] Di kemudian hari, Chrisye mengenang bahwa konser itu, yang diberi julukan Sendiri untuk menunjukkan bahwa konser "100% Indonesia" bisa berhasil, diadakan, para penonton – baik anak-anak maupun dewasa – sudah hafal lirik lagunya, baik yang lama maupun yang baru; menurut Chrisye, hal tersebut membuat dia berasa sangat kecil.[61] Penuh semangat akibat sukses konser itu,[62] Chrisye mengadakan konser lain di Surabaya, Surakarta, dan Bandung, dengan menggunakan konvoi yang terdiri dari 24 truk dan bis untuk transportasi dan mengangkut alat-alat yang dibutuhkan. Tiket konser ini pun terjual habis.[63]
Setelah sukses tur Sendiri, Chrisye mulai mempertimbangkan membuat sebuah album yang termasuk lagunya yang paling populer, dengan pemasteran ulang oleh Gutawa memaster. Gutawa setuju untuk membuat sebuah album akustik, dengan syarat bahwa usulan Chrisye, dengan syarat bahwa mereka harus menggunakan sebuah orkes dari Australia. Aciu pun menyetujui hal tersebut, biarpun biayanya diperkirakan mencapai Rp.600 juta. Setelah perekaman dasar di Jakarta, Chrisye, Gutawa, dan sound engineer Dany Lisapali menghabiskan waktu dua minggu di Studio 301 di Sydney untuk menyelesaikan album itu. Philip Hartl Chamber Orchestra memainkan musik yang diperlukan; mixing dan mastering juga dilakukan di Sydney.[33][64] AkustiChrisye dirilis pada tahun 1996 dan cukup berhasil di pasaran.[65]
Setelah AkustiChrisye, Gutawa menyarankan agar Chrisye mencoba gaya yang baru, dengan lagu yang lebih berat. Mereka lalu mulai bekerja sama untuk merekam Kala Cinta Menggoda, yang juga menggunakan orkes Australia. Akan tetapi, Chrisye ternyata kesulitan merekam salah satu lagunya, "Ketika Tangan dan Kaki Berkata", yang diberi lirik yang berdasarkan ayat 65 Surah Ya Sin oleh penyair Taufiq Ismail; setiap kali hendak menyanyikan lagu itu, Chrisye mendadak menangis. Akhirnya, satu hari sebelum berangkat ke Australia, dia dapat menyelesaikan lagu tersebut dengan dukungan Yanti.[66] Pada tanggal 11 Oktober, Chrisye menyanyikan lagu "Indonesia Perkasa" pada acara pembukaan Pesta Olahraga Asia Tenggara 1997 di Jakarta; lagu tersebut ditulis khusus untuk acara itu.[67] Bulan berikutnya, Chrisye meluncurkan Kala Cinta Menggoda.[68] Video klip untuk lagu "Kala Cinta Menggoda", yang disutradarai Dimas Djayadiningrat, memenangkan MTV Video Music Award for South-East Asia pada tanggal 10 September 1998; Chrisye pergi ke Los Angeles untuk menerima penghargaan tersebut di Universal Amphitheatre.[8]
Pada tahun 1999, Chrisye mulai mendaur ulang album Badai Pasti Berlalu atas permintaan Musica, biarpun dia merasa bahwa album asli sudah cukup; untuk album ini pula dia bergabung dengan Gutawa.[69] Album baru itu, yang tetap diberi judul Badai Pasti Berlalu, memakan biaya sebanyak Rp.800 juta untuk produksi dan promosi; biaya besar tersebut sebagian disebabkan perlunya mencari orkes Australia lain, Victorian Philharmonic Orchestra.[70][71] Setelah diluncurkan, album ini pun laris, dengan menjual 350.000 kuping dalam beberapa bulan.[71][72] Sebagai promosi untuk album ini, Chrisye mengadakan satu lagi konser di Plenary Hall di Jakarta Convention Centre, yang diberi nama konser Badai; setelah ini, Chrisye mendapatkan banyak tawaran untuk memanggung di berbagai tempat di seluruh Indonesia.[73] Menurut sebuah wawancara dengan Kompas, pada saat ini Chrisye mulai merasa telah menemukan jalan buntu, sebab dia sudah mencicipi semua jenis musik yang ada.[74] Namun, dia tetap lanjut dengan kegiatan bernyanyi, termasuk menyanyikan lagu "Indonesia Perkasa" pada acara pembukaan Pekan Olahraga Nasional ke-15 pada tanggal 19 Juni 2000 di Sidoarjo, Jawa Timur.[67]
Pada tahun 2001 Chrisye merilis album Konser Tur 2001, yang berisi dua lagu baru dan beberapa yang lama. Video klip untuk salah satu lagu, "Setia", menjadi kontroversial karena adanya adegan dengan wanita berpakaian ketat.[75] Tak lama kemudian, Chrisye memutuskan untuk mendaur ulang lagu-lagu yang dianggap paling penting sejak kemerdekaan Indonesia, dari dasawarsa 1940-an yang diwakili "Kr. Pasar Gambir & Stambul Anak Jampang" karya Ismail Marzuki hingga akhir dasawarsa 1990-an yang diwakili lagu "Kangen" karya Ahmad Dhani; album ini juga termasuk satu lagu yang ditulis khusus untuk album ini oleh Pongky dari Jikustik[73] serta dua duet dengan Sophia Latjuba. Album yang dihasilkan, Dekade, dirilis pada tahun 2002; hingga Oktober 2003 lebih dari 350.000 terjual.[76] Pada 15 Desember 2002, Chrisye pikut serta dalam konser Bali for the World – Voices of Stars di Kartika Beach Plaza untuk mengumpulkan uang untuk membantu korban Bom Bali 2002; artis lain termasuk Melly Goeslaw, Gigi, Slank, dan Superman Is Dead.[77] Pada 12 July 2004 Chrisye mengadakan konser ketiga, dengan judul Dekade, di Plenary Hall. Konser ini, yang termasuk lagu-lagu dari album Dekade, termasuk duet dengan Sophia Latjuba dan beberapa penyanyi asli, seperti Fariz RM dengan "Sakura" dan A. Rafiq dengan "Pengalaman Pertama"; orkes Gutawa sekali lagi mengiringi konser.[78]
Chrisye lalu mulai mengerjakan studio album terakhirnya, Senyawa. Bekerja sama dengan berbagai artis Indonesia lain, termasuk Project Pop, Ungu, dan Peterpan, dia juga menjadi produser album ini, menggantikan Gutawa. Lagu "Bur-Kat", bersama Project Pop, merupakan usaha pertamanya untuk bernyanyi rap.[79] Album ini, yang diluncurkan pada bulan November 2004, disambut dengan baik oleh pasar.[80][81] Namun, Sony Music Entertainment Indonesia menolak bahwa ada nama artis mereka di sampul. Oleh karena itu, Senyawa ditarik kembali, lalu dirilis ulang tanpa nama-nama itu.[82]
[sunting] Kanker dan kematian (2005–2007)
Makam Chrisye di TPU Jeruk Purut
Pada bulan Juli 2005 dibawa ke Rumah Sakit Pondok Indah karena sesak nafas. Setelah 13 hari dirawat, dia dipindahkan ke Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura, di mana dia dinyatakan mengidap kanker paru-paru.[83] Biarpun khawatir bahwa dia akan kehilangan rambutnya yang gondrong, yang dia menganggap sebagai bagian citranya,[84] dia menjalani kemoterapi enam kali, dengan perawatan pertama pada tanggal 2 Agustus 2005.[83]
Kesehatan Chrisye membaik pada tahun 2006[85] dan dia merasa cukup kuat untuk mengikuti wawancara panjang dengan Alberthiene Endah pada bulan Mei dan November 2006 saat Alberthiene menulis biografinya.[86] Dia juga menghasilkan dua album kompilasi, Chrisye by Request dan Chrisye Duets; namun, dia merasa kurang sehat untuk menghasilkan lagu baru.[87] Akan tetapi, pada awal Februari 2007 kondisi fisiknya kembali memburuk.[85]
Chrisye meninggal pada pukul 4:08 WIB di rumahnya di Cipete, Jakarta Selatan. Dia dikebumikan di TPU Jeruk Purut pada tanggal 30 Maret 2007.[88] Ratusan orang menghadiri pemakamannya itu, termasuk Erwin Gutawa, Titiek Puspa, Ahmad Albar, Sophia Latjuba, dan Ikang Fawzi.[89] Pemakaman ini dinodai aksi beberapa pencopet, salah satunya ditangkap tapi lalu dibebaskan.[90]
Seratus hari setelah meninggalnya Chrisye, Musica mengeluarkan dua album kompilasi. Album ini, dengan judul Chrisye in Memoriam – Greatest Hits dan Chrisye in Memoriam – Everlasting Hits, termasuk empat belas lagu per kuping dari sepanjang karirnya bersama Musica.[91] Pada tanggal 1 Agustus 2008, singel Chrisye terakhir, "Lirih", yang ditulis oleh Aryono Huboyo Djati, diluncurkan. Lagu tersebut mula-mula dirahasiakan, dan tanggal perekamannya tidak diketahui.[92] Menurut Djati, lagu itu direkam sebagia hiburan. Sebuah video klip yang disutradarai Vicky Sianipar dan termasuk Ariel Peterpan, Giring Ganesha dari Nidji, dan janda Chrisye lalu dirilis.[93]
[sunting] Gaya
Menurut Jockie, salah satu alasan mengapa Chrisye terpilih untuk merekam "Lilin-Lilin Kecil" ialah karena suaranya yang khas, dengan timbre yang lembut, yang cocok dengan keyboard yang digunakan di lagu tersebut; namun, Jockie merasa bahwa suara Chrisye kehilangan dinamikanya apabila dicampur dengan musik yang lembut, sehingga dia memasukkan nada rock ke album Jurang Pemisah.[22] Erwin Gutawa membandingkan suara Chrisye dengan sehelai kertas kosong, yang dapat diterapkan untuk apa saja.[22]
Seorang penulis untuk majalah Gatra menyebut gaya manggung Chrisye "kaku", dengan gerakan yang sangat sedikit.[94] Chrisye memilih kostumnya sendiri dan terkadang-kadang mencoba desain dan warna baru. Dalam musik video dia lebih suka menggunakan satu jenis baju saja; dia sampai menyatakan kepada Kompas bahwa dia hanya hendak ganti baju kalau jatuh ke selokan.[8]
[sunting] Warisan
Glenn Fredly (kiri) dalam suatu acara tribut untuk Chrisye pada Java Jazz Festival 2009 di Jakarta
Chrisye sudah disebut penyanyi "legendaris" oleh beberapa jurnalis.[95][96] Pada tahun 2007, majalah Rolling Stone Indonesia memilih Badai Pasti Berlalu sebagai album Indonesia terbaik sepanjang masa. Tiga album solo Chrisye juga masuk ke daftar tersebut: Sabda Alam di urutan 51, Puspa Indah di urutan 57, dan Resesi di urutan 82. Guruh Gipsy masuk di urutan kedua.[97] Ini kemudian diikuti oleh pemilihan lima lagunya ("Lilin-Lilin Kecil" di urutan 13, "Kidung" di urutan 26, "Merpati Putih" di urutan 43, "Anak Jalanan" di urutan 72, dan "Merepih Alam" di urutan 90) sebagai beberapa lagu Indonesia terbaik sepanjang masa; lagu Guruh Gipsy "Indonesia Maharddhika" masuk di urutan 59.[23] Pada tahun 2011 mereka menyebut Chrisye sebagai penyanyi Indonesia terbaik ketiga. Eros Djarot menyebut bahwa Chrisye mempunyai suara yang luar biasa, tetapi sering malu-malu dan malas membahas isu sosial.[98]
Menurut data dari Asosiasi Industri Rekaman Indonesia, Badai Pasti Berlalu tahun 1977 adlah album Indonesia paling laris urutan kedua, dengan sembilan juta kuping terjual antara tahun 1977 dan 1993.[72] Pada tahun 1990 video musik untuk "Pergilah Kasih" menjadi klip Indonesia pertama yang diputar di MTV Hong Kong; klip untuk "Sendiri Lagi" terpilih sebagai klip Indonesia terbaik sepanjang masa pada acara Video Musik Indonesia.[1]
Pada tahun banyak artis Indonesia, termasuk Vina Panduwinata, Ahmad Albar, D'Cinnamons, dan Sherina Munaf, membawa 20 lagu Chrisye dalam konser "Chrisye: A Night to Remember" di hotel Ritz Carlton, Jakarta.[99] Konser tersebut juga termasuk testimoni dari anak dan istrinya.[99] Tiket untuk konser tribut tersebut terjual habis.[100]
Alberthiene Endah sudah menulis dua biografi Chrisye. Yang pertama, Chrisye: Sebuah Memoar Musikal, diterbitkan pada tahun 2007 dan membahas masa kecil, karir, dan perjuangan melawan kankernya. Yang kedua, The Last Words of Chrisye, dirilis pada tahun 2010 dan membahas masa silam Chrisye.[95]
[sunting] Penghargaan
Chrisye menerima banyak penghargaan selama karirnya. Pada tahun 1979 dia terpilih sebagai Penyanyi Pria I Kesayangan Angket Siaran ABRI.[11] Album Sabda Alam dan Aku Cinta Dia diberi sertifikasi emas, dan Hip Hip Hura, Resesi, Metropolitan, dan Sendiri disertifikasi perak.[1]
Chrisye menerima tiga BASF Awards, yang diadakan pembuat compact cassette BASF sampai pertengahan tahun 1990-an, untuk album paling laris; yang pertama diterima pada tahun 1984 untuk Sendiri, lalu yang kedua pada tahun 1988 untuk Jumpa Pertama dan yang terakhir pada tahun 1989 untuk Pergilah Kasih.[55] Dia juga menerima BASF Lifetime Achievement Award pada tahun 1994 untuk sumbangannya ke dunia musik Indonesia; pada tahun yang sama dia menerima penghargaan sebagai Penyanyi Rekaman Terbaik.[101] Pada tahun 1997 dia menerima penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk Penyanyi Pop Pria Terbaik.[74] Tahun berikutnya, album Kala Cinta Menggoda menang sembilan AMI, termasuk Album Termaik; Chrisye sendiri menerima penghargaan sebagai Penyanyi Pop Pria Terbaik, Penyanyi Rekaman Terbaik, dan Perancang Grafis Terbaik (bersama dengan Gauri).[102] Pada tahun 2007, setelah dia sudah meninggal, dia menerima penghargaan SCTV Lifetime Achievement Award pertama, yang diterima oleh putrinya Risty.[103]
[sunting] Kehidupan pribadi
Aciu Widjaja, yang sekarang menjadi President-Director Air Asia Indonesia, menyatakan bahwa Chrisye adalah sosok yang sederhana; dia menjelaskan bahwa, pada suatu saat dia, Chrisye, dan beberapa orang lain pergi ke luar negeri, hanyalah Chrisye yang tidak mau belanja pakaian mewah atau mencari restoran kelas dunia; dia justru makan di food court dan beli baju yang nyaman.[104] Dalam biografinya, Chrisye mencatat bahwa dia sering makan di warung tenda sampai setelah menikah dan sering bingung ketika orang meremehkan hal tersebut.[105] Guruh mengenang bahwa Chrisye dapat tidur di mana saja saat mereka merancang album, bahkan di bawah piano.[104]
Setelah dia menikah dengan Yanti, istrinya itu berhenti karir bernyanyi supaya bisa menjadi ibu rumah tangga. Setelah pasangan itu beranak, kadang-kadang Chrisye tidak dapat menghabiskan waktunya bersama mereka karena terlalu sibuk memanggung atau merekam album; namun, dia berusaha untuk mencuri waktu, bahkan menjemput anak-anak dari sekolah. Pada sebuah wawancara pada tahun 1992, Chrisye menyatakan bahwa anak-anaknya tidak ingin menjadi artis seperti orang tua mereka sebab mereka sudah merasakan tekanan karir itu.[8]
[sunting] Diskografi pilihan
Selama karirnya, Chrisye merilis 31 album. Ini termasuk satu dengan Guruh Gipsy, 21 album studio, dan sembilan album kompilasi.[88] Semua album solonya setelah Sabda Alam menjual lebih dari 100.000 kuping.[56] Dalam sebuah wawancara dengan Kompas pada tahun 1992, Chrisye menyatakan bahwa dia jatuh sakit setiap kali merekam album, sebagai akibat tekanan untuk mempromosi album-album tersebut.[56]
Chrisye juga merilis banyak singel,[88] dengan beberapa dijadikan lagu tema sinetron. "Pengalaman Pertama" digunakan untuk Ganteng-Ganteng Kok Monyet, "Cintaku" dari album Badai Pasti Berlalu yang sudah di-remaster digunakan untuk Gadis Penakluk, dan "Seperti Yang Kau Minta" digunakan untuk Disaksikan Bulan.[106]
[sunting] Bersama Guruh Gipsy
1976 – Guruh Gipsy
[sunting] Album studio
1977 – Jurang Pemisah
1978 – Sabda Alam
1979 – Percik Pesona
1980 – Puspa Indah
1981 – Pantulan Cita
1983 – Resesi
1984 – Metropolitan
1984 – Nona
1984 – Sendiri
1985 – Aku Cinta Dia
1985 – Hip Hip Hura
1986 – Nona Lisa
1988 – Jumpa Pertama
1989 – Pergilah Kasih
1993 – Sendiri Lagi
1996 – AkustiChrisye
1997 – Kala Cinta Menggoda
1999 – Badai Pasti Berlalu
2002 – Dekade
2004 – Senyawa
[sunting] Album jalur suara
1977 – Badai Pasti Berlalu
[sunting] Rujukan
Catatan kaki
^ a b c d e f g h i j Antara 2007, Chrisye Meninggal Dunia.
^ a b c Endah 2007, hlm. 24–31.
^ a b Endah 2007, hlm. 221.
^ a b Endah 2007, hlm. 36–37.
^ Endah 2007, hlm. 50–52.
^ Endah 2007, hlm. 50–51.
^ a b c Endah 2007, hlm. 52–53.
^ a b c d e f g h i Hariyadi, Redana, and Mulyadi 1998, Lebih Jauh dengan Chrisye.
^ Endah 2007, hlm. 58-59.
^ a b Endah 2007, hlm. 62–66.
^ a b c d Kompas 1993, Chrisye: Menjadi Penyanyi.
^ a b Endah 2007, hlm. 66–71.
^ Endah 2007, hlm. 75–80.
^ Endah 2007, hlm. 81–86.
^ Endah 2007, hlm. 86–96.
^ Endah 2007, hlm. 96–97.
^ Endah 2007, hlm. 97–101.
^ Endah 2007, hlm. 104–105.
^ Endah 2007, hlm. 109–115.
^ Endah 2007, hlm. 114–118.
^ a b Endah 2007, hlm. 118–119.
^ a b c d Sartono 2007, Chrisye: Dari Lilin Kecil.
^ a b c Rolling Stone Indonesia 2009, 150 Lagu Indonesia.
^ Endah 2007, hlm. 124.
^ a b Endah 2007, hlm. 125–129.
^ a b c Kompas 1978, Nama dan Peristiwa: Chrisye.
^ a b c Endah 2007, hlm. 132–136.
^ a b Ginting 2009, hlm. 195–199.
^ a b Endah 2007, hlm. 140–142.
^ a b c Endah 2007, hlm. 142–143.
^ a b Kompas 1979, Nama dan Peristiwa: Chrisye.
^ Endah 2007, hlm. 146–147.
^ a b Kompas 1996, Nama dan Peristiwa: Chrisye.
^ a b Endah 2007, hlm. 147–148.
^ Kompas 1979, Finalis LCLR Prambors.
^ Endah 2007, hlm. 150–151.
^ Endah 2007, hlm. 212–215.
^ Endah 2007, hlm. 215.
^ a b Endah 2007, hlm. 220–221.
^ a b Kompas 1982, Nama dan Peristiwa: Chrisye.
^ Endah 2007, hlm. 216–217.
^ Endah 2007, hlm. 224.
^ a b Endah 2007, hlm. 226–228.
^ Endah 2007, hlm. 228–230.
^ Endah 2007, hlm. 234–235.
^ Endah 2007, hlm. 236.
^ Endah 2007, hlm. 239–240.
^ Endah 2007, hlm. 241–244.
^ Endah 2007, hlm. 246.
^ Endah 2007, hlm. 247.
^ Endah 2007, hlm. 251.
^ Endah 2007, hlm. 256.
^ a b Endah 2007, hlm. 257.
^ a b c Endah 2007, hlm. 262–263.
^ a b KS 2007, Mengenang Chrisye: Musisi.
^ a b c d Kompas 1992, Chrisye: Sakit Setiap.
^ a b c Endah 2007, hlm. 268.
^ Endah 2007, hlm. 272–273.
^ Endah 2007, hlm. 276–277.
^ Kompas 1994, Dari 'Resesi' Sampai.
^ Endah 2007, hlm. 282–283.
^ Endah 2007, hlm. 289.
^ Endah 2007, hlm. 294.
^ Endah 2007, hlm. 300–301.
^ Endah 2007, hlm. 304.
^ Endah 2007, hlm. 304–308.
^ a b Kompas 2000, PON XV: Pengisi.
^ Campbell 1998, hlm. 63.
^ Endah 2007, hlm. 309.
^ Endah 2007, hlm. 312.
^ a b The Jakarta Post 2000, Royalty System in the Country's.
^ a b Ivvaty 2007, Konser "Badai Pasti.
^ a b Endah 2007, hlm. 313.
^ a b Rakaryan S. 1997, Chrisye: Pintar-Pintar Kitalah.
^ Gatra 2001, Video Clip Chrisye.
^ Kompas 2003, Wajah Lama Energi.
^ Andrianto 2002, Bali for the World.
^ Kompas 2003, Sensasi Bulan Sabit.
^ Gatra 2004, Ilmu Baru Chrisye.
^ Endah 2007, hlm. 319.
^ Musica Studios 2004, Senyawa.
^ Gatra 2004, Musica: Kami Lalai.
^ a b Gatra 2005, Chrisye Idap Kanker.
^ Endah 2008, hlm. 99.
^ a b Gatra 2007, Kondisi Menurun Chrisye.
^ Kurniasari 2009, Alberthiene Endah: Life,.
^ Kompas 2006, Nama dan Peristiwa: Album.
^ a b c Antara 2007, Chrisye Dimakamkan di TPU Jeruk.
^ Gatra 2007, Chrisye Dimakamkan di Tengah.
^ Siahaan 2007, Chrisye Dimakamkan, Pencopet.
^ Kompas 2008, Napak Tilas Chrisye.
^ Gatra 2008, Lagu Rahasia Chrisye.
^ Djati 2008, Lagu Rahasia Yoyo-Chrisye.
^ Gatra 2005, Nge-Rap Gaya Chrisye.
^ a b Kurniasari 2010, A Lesson from a Musical.
^ Lopulalan 2009, Warming Up for Java.
^ Rolling Stone Indonesia 2007, 150 Album Indonesia.
^ Rolling Stone Indonesia 2011, The Immortals: 25 Artis.
^ a b Damayanti and Windratie 2009, Konser Classical Chrisye.
^ Rolling Stone Indonesia 2009, Classic Chrisye: A Night.
^ Kompas 1994, Nama dan Peristiwa: Chrisye.
^ Hariyadi 1998, AMI '98, Pesta.
^ Suryanto 2007, Chrisye Dapat Penghargaan.
^ a b Pattisina 2007, Dia Berjingkrak di Balik.
^ Endah 2007, hlm. 225.
^ Kompas 2004, Musik Pop dan Film.
Bibliografi
"150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa". Rolling Stone Indonesia (Jakarta: a&e Media) (32): 32, 33, 64, 66, dan 77. 1 Desember 2007.
"150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa". Rolling Stone Indonesia (Jakarta: a&e Media) (56): 47, 53, 62, 68, 73, dan 80. 1 Desember 2009.
Campbell, Debe (1 August 1998). "Indonesia" (dalam bahasa Inggris). Billboard (Cincinnati: Prometheus Global Media).
Endah, Alberthiene (2007). Chrisye: Sebuah Memoar Musikal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-2606-5.
Endah, Alberthiene (2008). The Last Words of Chrisye. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-5655-0.
Ginting, Asrat (2009). Musisiku. Jakarta: Republika. ISBN 978-979-1102-52-0.
Sumber berita
Andrianto, Teguh, "Bali for the World - Voices of Stars: Damai di Bali", Kompas, 20 Desember 2002, p. 42.
"Chrisye Dikuburkan di Tengah Rintik Hujan ", Gatra, 30 Maret 2011. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Chrisye Dimakamkan di TPU Jeruk Purut ", Antara, 30 Maret 2007. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 1 December 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
"Chrisye Idap Kanker Paru ", Gatra, 26 Agustus 2005. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 1 December 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
"Chrisye Meninggal Dunia, Dunia Musik Indonesia Berduka ", Antara, 30 Maret 2007. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 1 December 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
"Chrisye: Menjadi Penyanyi Bukan Pilihan", Kompas, 17 Oktober 1993, p. 7.
"Chrisye: Sakit Setiap Berkarya", Kompas, 16 Agustus 1992, p. 7.
"Dari 'Resesi' Sampai 'Lilin-Lilin Kecil'", Kompas, 21 Agustus 1994, p. 1.
Djati, Aryono Huboyo, "Lagu Rahasia Yoyo-Chrisye ", Gatra, 22 Agustus 2008. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Finalis LCLR Prambors 1979", Kompas, 22 April 1979, p. 5.
"AMI '98, Pesta Chrisye dkk.", Kompas, 23 Oktober 1998, p. 15.
"Lebih Jauh dengan Chrisye", Kompas, 20 September 1998, p. 2.
"Ilmu Baru Chrisye ", Gatra, 29 Oktober 2004. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Konser "Badai Pasti Berlalu" yang Mengingatkan", Kompas, 1 April 2007, p. 31.
"Kondisi Menurun Chrisye ", Gatra, 25 Februari 2007. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
KS, Theodore, "Mengenang Chrisye: Musisi Kaya Diskografi", Kompas, 30 April 2007, p. 40.
Kurniasari, Triwik, "Alberthiene Endah: Life, She wrote [Alberthiene Endah: Kehidupan, Dia Tuliskan]", The Jakarta Post, 22 November 2009. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 1 December 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
Kurniasari, Triwik, "A lesson from a musical legend [Suatu Pelajaran dari Musisi Legendaris]", 6 Juni 2010. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 1 December 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
"Lagu Rahasia Chrisye Dirilis ", Gatra, 22 Agustus 2008. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 15 September 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
Lopulalan, Benito, "Warming Up for Java Jazz [Bersiap untuk Java Jazz]", The Jakarta Globe, 4 Maret 2009. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Musica: Kami Lalai ", Gatra, 3 Desember 2004. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 4 January 2012. Diakses pada 4 Januari 2012.
"Musik Pop dan Film", Kompas, 29 Agustus 2004, p. 35.
"Nama dan Peristiwa: Album Kompilasi Chrisye", Kompas, 11 September 2006, p. 16.
"Nama dan Peristiwa: Chrisye", Kompas, 27 Mei 1978, p. 6.
"Nama dan Peristiwa: Chrisye", Kompas, 12 Agustus 1979, p. 5.
"Nama dan Peristiwa: Chrisye", Kompas, 12 Desember 1982, p. 5.
"Nama dan Peristiwa: Chrisye", Kompas, 31 Juli 1994, p. 8.
"Nama dan Peristiwa: Chrisye", Kompas, 7 April 1996, p. 8.
"Napak Tilas Chrisye", Kompas, 12 Agustus 2008, p. 31.
"Nge-Rap Gaya Chrisye ", Gatra, 11 Februari 2005. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
Pattisina, Edna C., "Dia Berjingkrak di Balik Panggung", Kompas, 1 April 2007, p. 31.
"PON XV: Pengisi Acara Pembukaan Guruh Soekarnoputra", Kompas, 20 Juni 2000, p. 17.
Rakaryan S., , "Chrisye: Pintar-Pintar Kitalah", Kompas, 1 Desember 1997, p. 1.
"Royalty system in the country's music industry [Sistem Royalti dalam Industri Musik Indonesia]", The Jakarta Post, 30 Januari 2000. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
Sartono, Frans, "Chrisye: Dari Lilin Kecil ke Badai", Kompas, 1 April 2007.
"Sensasi Bulan Sabit Chrisye", Kompas, 13 Juli 2003, p. 1.
Siahaan, Marlina Marianna, "Chrisye Dimakamkan, Pencopet Beraksi ", Tempo, 30 Maret 2007. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Chrisye Dapat Penghargaan Khusus SCTV Awards ", Antara, 26 Mei 2007. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Video Clip Chrisye akan Direvisi ", Gatra, 4 Juli 2001. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Wajah Lama Energi Baru ", Kompas, 19 Oktober 2003. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 29 September 2007. Diakses pada 5 Januari 2012.
Dilahirkan di Jakarta dari keluarga Tionghoa-Indonesia, Chrisye menjadi tertarik dengan musik saat masih muda. Waktu masih belajar di SMA, Chrisye main gitar bas dalam sebuah band yang dia membentuk bersama kakaknya, Joris. Pada akhir dasawarsa 1960-an dia menjadi anggota band Sabda Nada (yang kemudian hari berganti nama menjadi Gipsy). Pada tahun 1973, setelah mengambil cuti beberapa lama, dia mengikuti band tersebut ke New York untuk main musik. Setelah kembali ke Indonesia untuk waktu singkat, dia kembali ke New York dengan band lain, yaitu The Pro's. Sekembali ke Indonesia, pada tahun 1976 dia bekerja sama dengan Gipsy dan Guruh Soekarnoputra untuk merekam album indie Guruh Gipsy.
Setelah keberhasilan Guruh Gipsy, pada tahun 1977 Chrisye menghasilkan dua karya terbaiknya, yaitu "Lilin-Lilin Kecil" tulisan James F. Sundah, serta album jalur suara Badai Pasti Berlalu. Sukses kedua karya ini membuat Chrisye dirikruit oleh Musica Studios, dengan siapa dia merilis album solo perdananya, Sabda Alam, pada tahun 1978. Selama karirnya yang lebih dari 25 tahun panjangnya dia menghasilkan 18 album solo lain, serta main dalam satu film: Seindah Rembulan (1981). Chrisye meninggal di rumahnya di Jakarta pada tanggal 30 Maret 2007 setelah bertahun-tahun mengidap kanker paru-paru. Dia meninggalkan seorang istri, Gusti Firoza Damayanti Noor, dan empat anak.[1]
Dikenal untuk vokalnya yang halus dan gaya panggung yang kaku, Chrisye dianggap salah satu penyanyi Indonesia legendaris. Lima album yang termasuk karyanya dimuat dalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik oleh Rolling Stone Indonesia; lima lagunya (dan satu lagi yang dia mendukung) dimuat dalam daftar lagu terbaik oleh majalah yang sama pada tahun 2009. Beberapa albumnya disertifikasi perak atau lebih tinggi. Dia menerima dua lifetime achievement award, satu pada tahun 1993 dari BASF Awards dan satu lagi pada tahun 2007 dari SCTV. Pada tahun 2011, Rolling Stone Indonesia mencatat Chrisye sebagai musisi Indonesia terbaik nomor tiga sepanjang masa.
Kehidupan awal
Chrisye dilahirkan dengan nama Christian Rahardi di Jakarta pada tanggal 16 September 1949 di keluarga Laurens Rahadi, seorang wirausaha keturunan Betawi-Tionghoa, dan Hanna Rahadi, seorang ibu rumah tangga keturunan Sunda-Tionghoa.[2] Dia anak kedua dari tiga anak laki-laki yang dipunyai pasangan Kristen tersebut;[1][3] saudaranya bernama Joris dan Vicky. Setelah masa kecilnya dihabiskan di Jalan Talang, dekat Menteng, Jakarta Pusat, pada tahun 1954 keluarga itu berpindah ke Jalan Pegangsaan (di Menteng).[2]
Saat sekolah di SD GIKI, Chrisye berteman dengan anak-anak keluarga Nasution, yang menjadi tetangganya; dia paling akrab dengan Bamid Gauri, dengan siapa dia sering bermain bulu tangkis dan layang-layang.[4] Pada waktu itu dia juga mulai mendengarkan piringan hitam milik ayahnya; dia bernyanyi mengiringi lagu-lagu Bing Crosby, Frank Sinatra, Nat King Cole, dan Dean Martin.[2][5] Setelah lulus SD, Chrisye menghadiri SMPK III Diponegoro.[4]
Saat Chrisye duduk di bangku SMA PSKD Menteng, Beatlemania tiba di Indonesia. Ini membuat Chrisye lebih tertarik dengan dunia musik.[6] Menganggapi hendak Chrisye untuk bermain musik, ayahnya membeli sebuah gitar; Chrisye memilih gitar bas, sebab dia beranggapan bahwa gitar tersebutlah yang paling mudah dipelajari. Chrisye dan Joris belajar bermain musik dengan mengikuti lagu-lagu di radio dan piringan hitam ayah mereka; akibatnya, mereka tidak dapat membaca nota musik.[7][8] Mereka lama-kelamaan mulai main musik di acara sekolah, dengan Chrisye sebagai vokalisnya.[7] Juga waktu di SMA, Chrisye diam-diam mulai merokok; pada suatu saat, dia ditangkap kepala sekolah dan disuruh merokok delapan batang secara bersamaan di depan siswa-siswi lain, tetapi dia tetap terus merokok sehingga menjadi perokok berat.[7]
[sunting] Anggota band dan proyek awal (1968–1977)
Chrisye bermain bas pada tahun 1977. Dia berambut gondrong selama sebagian besar karirnya, hingga kemoterapi membuat semua rambutnya rontok.
Pada pertengahan dasawarsa 1960-an, keluarga Nasution membentuk sebuah band; Chrisye dan Joris menonton mereka main musik oleh Uriah Heep dan Blood, Sweat & Tears.[9] Pada tahun 1968 Chrisye mendaftar di Universitas Kristen Indonesia (UKI) untuk menjadi insinyur seperti yang dihendaki ayahnya. Sekitar tahun 1969, akan tetapi, Gauri mengundangnya untuk menjadi anggota band Nasution, Sabda Nada, untuk menggantikan pemain bas mereka yang sedang sakit, Eddi Odek.[8][10] Karena puas dengan kemampuannya, Nasution bersaudara mnta Chrisye menjadi anggota tetap. Sabda Nada bermain secara teratur di Mini Disko di Jalan Juanda serta untuk pesta ulang tahun dan pernikahan.[10] Ketika Chrisye diberi kesempatan untuk bernyanyi saat mereka menyanyikan lagu versi daur ulang, dia berusaha untuk menggunakan suara yang mirip penyanyi aslinya.[11]
Pada tahun 1969 Sabda Nada mengganti nama mereka menjadi Gipsy supaya terdengar lebih macho dan seperti band Barat.[1][8] Jadwal untuk band itu, yang tidak mempunyai manager, sangat padat karena bermain secara teratur di Taman Ismail Marzuki.[1][12] Akibatnya, Chrisye mengundurkan diri dari UKI; pada tahun 1970 dia masuk ke Akademi Pariwisata Trisakti karena mengganggap jadwalnya lebih fleksibel.[12]
Dua tahun kemudian, Chrisye ditawarkan kesempatan untuk main di New York. Biarpun dia senang sekali, Chrisye takut untuk menceritakan hal tersebut kepada ayahnya, yang dia merasa tidak akan menyetujui. Akhirnya dia jatuh sakit selama beberapa bulan, sementara Sabda Nada pergi ke New York.[13] Setelah Chrisye membahas kekhawatirannya dengan ibunya dan Joris, ayahnya pun menyetujui agar dia bisa mengundurkan diri dari kuliah dan pergi ke New York. Setelah kesehatannya sudah membaik, pada tengah tahun 1973 dia pergi bersama Pontjo untuk bertemu dengan Gipsy di Amerika Serikat;[14] pada tahun yang sama dia mengundurkan diri dari Trisakti.[8]
Selama di New York, Gipsy memanggung di Ramayana Restaurant,[1] yang milik perusahaan minyak Pertamina. Band itu, yang ditempatkan di suatu apartmen di Fifth Avenue, berada di New York untuk hampir satu tahun. Mereka menyanyikan lagu-lagu Indonesia serta versi daur ulang dari lagu Procol Harum, King Crimson, Emerson, Lake & Palmer, Genesis dan Blood, Sweat & Tears. Biarpun Chrisye merasa frustrasi karena tidak dapat mengekspresikan diri dengan musik orisinal, dia tetap bekerja.[15]
Setelah kembali ke Indonesia pada akhir tahun 1973, Gauri memperkenalkan Chrisye dengan penulis lagu Guruh Soekarnoputra, anak dari mantan presiden Soekarno. Sementara Nasution bersaudara bekerja sama dengan Guruh untuk menyiapkan proyek mereka, Chrisye mulai menciptakan lagu sendiri; karena menciptakan lagu sendiri dia bisa menyadari bahwa dia kesulitan dengan lirik yang mengandung konsonan keras, dan bisa menghindari bunyi tersebut.[16] Tahun berikutnya dia kembali ke New York dengan band lain, The Pro's. Pada pertengahan tahun 1975, dengan beberapa minggu tersisa di kontrak kerjanya, orang tuanya menelepon Chrisye dari Jakarta dan memberi tahu kalau saudaranya Vicky meninggalkan akibat infeksi lambung. Karena tidak dapat kembali langsung ke Jakarta, pikirannya jadi kacau. Saat kembali ke Indonesia, Chrisye "tak berhenti-henti menangis" dalam pesawat dan menjadi depresi.[17]
Setelah beberapa waktu tidak bermain musik, Chrisye dihubungi oleh Nasution bersaudara dan diundang untuk bergabung dengan Gipsy dan Guruh untuk sebuah proyek baru; Guruh juga menawarkan beberapa lagu untuk Chrisye menjadi vokalis utama, dengan lirik ditulis khususnya untuk dia. Setelah mengatasi rasa depresinya, Chrisye mengikuti latihan di rumah Guruh di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Mereka main sampai larut malam dan mencampurkan rock ala Barat dengan gamelan Bali.[1][18] Perekaman terjadi pada pertengahan tahun 1975, dengan hanya empat lagu terselesaikan dalam beberapa bulan pertama. Pada tahun 1976 album Guruh Gipsy diluncurkan dan diterima baik oleh para kritikus; ada sebanyak 5.000 keping yang diproduksi.[1][19] Berhasilnya Guruh Gipsy meyakinkan Chrisye bahwa dia dapat menjadi penyanyi tunggal.[20]
Gnome-mime-audio-openclipart.svg
Lilin-Lilin Kecil
Lagu Chrisye paling terkenal, "Lilin-Lilin Kecil" (versi 1977)
Kesulitan mendengarkan berkas ini? Lihat bantuan.
Pada akhir tahun 1976 Chrisye dihampiri oleh Jockie Soerjoprajogo, seorang pencipta lagu, dan Imran Amir, pemimpin Radio Prambors; mereka meminta agar Chrisye menjadi vokalis untuk Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors. Namun, Chrisye menolak. Beberapa hari kemudian Sys NS, yang pada saat itu bekerja di Prambors, mendekati Chrisye waktu penyanyi itu sedang berbincang dengan Guruh dan Eros Djarot. Sys menekankan bahwa Chrisye diperlukan untuk lagu "Lilin-Lilin Kecil" karya James F. Sundah. Setelah dia mendengar lirik lagu tersebut, Chrisye setuju.[21] Lagu ini direkam di studio Irama Mas di Pluit, Jakarta Utara[22] dan dimuat dalam sebuah album dengan pemenang lomba lain; awalnya, "Lilin-Lilin Kecil" dimuat di urutan kesembilan, tetapi akhirnya dipindahkan ke urutan pertama supaya lebih laris. Setelah itu, lagu ini menjadi terkenal;[21][23] album LCLR 1977 menjadi album paling laris tahun itu.[24]
Setelah sukses "Lilin-Lilin Kecil", di pertengahan tahun 1977 Pramaqua Records mendekati Chrisye dan menawarkan sebuah album, yaitu Jurang Pemisah. Bekerja sama dengan Jockie, Ian Antono, dan Teddy Sujaya, Chrisye merekam tujuh lagu untuk album tersebut; Jockie merekam dua lagu lain.[25] Biarpun Chrisye senang dengan hasilnya dan mempunyai harapan tinggi untuk Jurang Pemisah, Pramaqua memutuskan bahwa itu tidak bisa laris dan tidak hendak mempromosikannya sehingga album Chrisye berikutnya, Badai Pasti Berlalu, menjadi besar. Setelah itu, Chrisye berusaha untuk membeli semua stok album Jurang Pemisah dan menghentikan rilisnya, namun tidak berhasil. Album ini tidak laris di pasaran sebab banyak orang beranggapan kalau ini album lanjutan dari Badai Pasti Berlalu.[26] Walaupun rekaman ini sampai pada stasiun radio di seluruh Indonesia, menurut Chrisye penjualannya "hangat-hangat tahi ayam".[25][26]
Pada tahun yang sama, CHrisye dan beberapa artis, termasuk Eros dan Jockie, merekam musik untuk film Badai Pasti Berlalu dalam waktu dua bulan.[27] Setelah musik film tersebut mendapatkan Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1978, Irama Mas mendekati mereka untuk membuat album jalur suara untuk biaya tetap.[27] Dengan Chrisye dan Berlian Hutauruk sebagai vokalis, sebuah album jalur suara direkam di Pluit dalam kurung waktu 21 hari.[27][28] Album yang dihasilkan dirilis dengan judul yang sama dengan film, dengan gambar bintang film Christine Hakim di sampul.[28] Album ini memuat lagu ciptaan Chrisye yang pertama, "Merepih Alam".[23] Hasil penjualan di awal kurang lancar, tetapi setelah singel-singelnya mulai diputar album Badai Pasti Berlalu menjadi laris.[29]
[sunting] Karir solo awal dan film (1978–1982)
Suara Chrisye yang tenor serta kerjanya di Badai Pasti Berlalu memicu Amin Widjaja dari Musica Studios untuk memintanya menjadi artis Musica; Amin sebenarnya sudah lama mengamati Chrisye, sejak dirilisnya Guruh Gipsy. Chrisye setuju, asalkan dia diberikan kebebasan artistik; Amin terpaksa menyetujui syarat tersebut.[29] Chrisye langsung mengerjakan album perdananya dengan Musica pada bulan Mei 1978, yaitu Sabda Alam (Nature's Order). Dia memilih beberapa lagu karya artis lain dan menulis beberapa lain sendiri, termasuk lagu "Sabda Alam".[26][30] Dia merekam album itu setelah menguncikan diri dalam studio dengan sound engineer dan penata musik; biarpun Amin hendak melihat kemajuan mereka, Chrisye tidak mengizinkannya masuk.[30] Album yang dihasilkan, yang diilhami oleh Badai Pasti Berlalu dan menggunakan teknik double-recording yang dipelopori The Beatles, dirilis pada bulan Agustus.[30][31] Setelah beberapa lama promosi dengan TVRI dan stasiun radio, album ini laris; akhirnya lebih dari 400,000 kuping terjual.[32][33]
Tahun berikutnya, Chrisye merekam Percik Pesona bersama Jockie. Album ini, yang dibuat setelah kematian Amin, termasuk beberapa lagu yang ditulis oleh sahabat Chrisye, Junaidi Salat, serta Jockie dan Guruh. Judul album ini dipilih bersama. Album ini dirilis pada bulan Agustus 1979, gagal dalam mata kritikus dan pasar.[31][34] Chrisye, setelah diskusi dengan beberapa artis, beranggapan bahwa gagalnya album ini disebabkan miripnya dengan Badai Pasti Berlalu. Akibatnya, setelah beberapa waktu berkontemplasi, dia mulai mencari jenis musik baru.[34] Pada tahun yang sama, dia menjadi anggota juri LCLR Prambors, yang diadakan pada tanggal 5 Mei.[35]
Setelah memutuskan bahwa lagu pop yang romantis, dengan pengaruh easy listening, yang paling cocok untuk dirinya, Chrisye mulai merintis album berikutnya, Puspa Indah. Semua lagu kecuali satu ditulis oleh Guruh Sukarnoputra; album ini juga memuat lagu berbahasa Inggris "To My Friends on Legian Beach". Dua lagu dari album ini, "Galih dan Ratna" dan "Gita Cinta", digunakan dalam film tahun 1979 Gita Cinta dari SMA; dalam film tersebut, Chrisye mendapatkan kameo sebagai penyanyi. Dengan popularitas film tersebut, album Puspa Indah pun menjadi laris; lagu "Galih dan Ratna" dan "Gita Cinta", yang dijadikan singel, juga diterima dengan hangat.[36]
Pada tahun 1981 Chrisye mendapatkan peran dalam film Indonesia Seindah Rembulan.[1] Biarun awalnya enggan, dia dibujuk Sys NS sehingga akhirnya setuju. Namun, di kemudian hari dia menyesalkan keputusan ini karena beranggapan bahwa produksinya kurang profesional dan sering bertantangan dengan sutradara Syamsul Fuad. Pada tahun yang sama dia menghasilkan Pantulan Cinta, sebuah kolaborasi dengan Jockie. Setelah album ini gagal di pasaran, Chrisye memutuskan untuk mengambil cuti panjang.[37]
[sunting] Pernikahan dan gaya baru (1982–1993)
Biarpun disuka para groupie, Chrisye sampai awal tahun 1980-an jarang berpacaran.[38] Pada awal tahun 1981, akan tetapi, dia mulai mendekati sekretaris Guruh Soekarnoputra, yaitu Gusti Firoza Damayanti Noor (Yanti).[39][40] Yanti, yang mempunyai keturunan Dayak dan Minang, juga seorang penyanyi dan berasal dari keluarga musisi; dia sering membahas musik dengan Chrisye saat Chrisye menunggu Guruh, dan mereka juga bertemu saat Chrisye mengunjungi kakaknya, Raidy, yang merupakan salah satu temannya.[8][41] Saat Yanti pindah ke Bali untuk bekerja di hotel bintang lima selama beberapa minggu, Chrisye mengikutinya dan menyatakan bahwa dia siap menikahinya ketika Yanti kembali ke Jakarta; biarpun itu bukan lamaran resmi, Yanti menerima.[39] Pada tahun 1982 Chrisye masuk Islam, sebab Islam tidak mengizinkan pernikahan antara wanita Muslim dengan pria non-Muslim; pada saat itu, Chrisye sudah tidak puas dengan agama Kristen.[3] Pada tanggal 12 Desember 1982 Chrisye dan Yanti menikah di suatu acara bergaya adat Padang.[42]
Terdorong oleh keadaan finansialnya yang kurang baik, awal tahun 1983 Chrisye mulai menggarap album baru bersama Eros dan Jockie.[40][43] Aciu Widjaja, yang menjadi pemimpin Musica yang baru, mengusulkan bahwa mereka memerlukan gaya musik yang baru; dengan demikian,Chrisye, Djarot, dan Jockie mencampurkan art rock dengan pop romantis, serta menarik ilham dari The Police. Album yang dihasilkan, Resesi, dirilis pada tahun 1983. Album ini laris di pasar, dengan 350.000 kuping terjual dan akhirnya disertifikasi perak; singelnya sendiri, "Lenny", "Hening", dan "Malam Pertama", banyak diputar di radio.[43]
Setelah Resesi, Chrisye bekerja sama dengan Eros dan Jockie pada album Metropolitan tahun 1983. Album tersebut, yang dipengaruhi aliran new wave dan banyak membahas isu yang dihadapi para pemuda dan pemudi, diterima dengan baik oleh pasar sehingga diberi sertifikasi perak; singel "Selamat Jalan Kekasih" menjadi paling dominen. Pada tahun yang sama, Chrisye dan Yanti mendapatkan anak pertama mereka, Rizkia Nurannisa. Pada tahun berikutnya, Chrisye, Eros, dan Jockie bekerja sama lagi pada album Nona, yang memuat berbagai kritik sosial; album tersebut menghasilkan empat singel dan disertifikasi platinum. Biarpun Nona diterima baik oleh pasar, Chrisye mengambil keputusan untuk mencari suara baru dan memutuskan hubungan kerja dengan Eros dan Jockie di pertengahan tahun 1984.[22][44]
Tak lama kemudian, Chrisye mendekati Addie MS, seorang musisi muda, dan minta bantuannya untuk album berikutnya. Addie, biarpun merasa bahwa dia kurang bergengsi dibanding Eros dan Jockie, setuju; Addie lalu menyarankan agar mereka menggunakan melodi yang mirip dengan "Lilin-Lilin Kecil" dan Badai Pasti Berlalu. Album yang dihasilkan, Sendiri, memuat lagu yang ditulis oleh Guruh dan Junaidi Salat serta alat musik seperti harpa, obo, English horn, dan beberapa alat musik dawai. Album ini, yang melahirkan tiga singel,[45] laris dan mendapatkan penghargaan BASF Award untuk Chrisye.[46]
Pada akhir tahun 1984 Chrisye mendekati pencipta lagu muda lain, Adjie Soetama, yang dia mengajak bekerja sama untuk menyiapkan album berikutnya. Sebab beat ringan dan melodi ceria sedang populer, mereka menggunakan gaya yang ringan. Perekaman album baru ini, Aku Cinta Dia, mulai pada tahun 1985; selain Adjie, ada sumbangan lagu dari Guruh dan Dadang S. Manaf.[47] Lagu "Aku Cinta Dia" dipilih sebagai judul album setelah Aciu mendengar mereka bermain bersama dan memutuskan bahwa lagu itu layak dijagokan.[48] Oleh karena album ini memerlukan emosi yang lebih banyak, Chrisye – yang terkenal kaku – kesulitan dengan proses promosi, biarpun istrinya menyiapkan kostum warna-warni dan Alex Hasyim menjadi koreografer.[49] Setelah dirilis, Aku Cinta Dia terjualan ratusan ribu kuping pada minggu pertama dan akhirnya diberi sertifikasi emas. Pada tahun yang sama, Chrisye dan Adjie menghasilkan Hip Hip Hura, and suatu kolaborasi lain, Nona Lisa, dirilis pada tahun 1986; kedua album tersebut mempunyai beat dan irama yang mirip Aku Cinta Dia dan terjual laris, biarpun tidak selari kolaborasi pertama.[50] Pada 2 Maret 1986 Chrisye dan Yanti mempunyai anak perempuan, Risty Nurraisa.[51]
Biarpun tiga album itu laris di pasar, Chrisye dan keluarganya masih dalam keadaan finansial yang sulit, sehingga dua kali mereka harus menjual mobil mereka. Ini membuat Chrisye mempertimbangkan berhenti dari dunia musik, biarpun akhirnya memutuskan untuk lanjut.[52] Pada tahun 1988 merekam Jumpa Pertama, dan pada tahun berikutnya dia merilis Pergilah Kasih. Di kemudian hari dia mengenang bahwa kedua album itu mempunyai "sentuhan rasa yang indah."[53] Lagu yang digunakan untuk judul, "Pergilah Kasih", ditulis oleh Tito Sumarsono dan digunakan untuk video klip Chrisye pertama;[53] video klip perdana ini menjadi klip Indonesia pertama yang ditayangkan di MTV Asia Tenggara.[54]
Pada tanggal 27 Februari tahun berikutnya, Chrisye dan Yanti mendapatkan anak kembar, Randa Pramasha dan Rayinda Prashatya. Pada tahun 1992 Chrisye merekam versi daur ulang dari lagu Koes Plus bertajuk "Cintamu T'lah Berlalu", dengan penataan musik oleh Younky; video klip untuk lagu tersebut juga disiarkan di MTV Asia Tenggara dan menjadi video klip Indonesia pertama untuk masuk MTV Amerika.[8][11][55][56] Pada tahun berikutnya, Chrisye bekerja sama dengan Younky lagi untuk merekam Sendiri Lagi, sebuah proyek yang makan empat bulan untuk perancangan dan empat bulan untuk perekaman;[54][56] video klip ini pun beredar di MTV Asia Tenggara.[11]
[sunting] Konser dan kolaborasi dengan Erwin Gutawa (1994–2004)
Setelah berhasilnya konser Sendiri, Chrisye bekerja sama beberapa kali dengan Erwin Gutawa (foto dari 2004).
Biarpun Sendiri Lagi cukup laris, pada awal dasawarsa 1990-an Chrisye mulai merasa tekanan dari industri musik yang semakin mengutamakan penampilan dan meningkatnya jumlah artis muda.[54] Dia mulai mempertimbangkan meninggalkan dunia musik, sebab "merasa sudah sampai garis finish".[57] Biarpun Yanti menyatakan bahwa banyak musisi tetap laku sampai umur 60-an, Chrisye memperhatikan bahwa para artis senior sudah mulai dikesampingkan oleh pendatang baru.[57] Dalam keadaan depresi ini, Chrisye didekati oleh Jay Subyakto dan Gauri Nasution, yang menawarkannya sebuah konser tunggal di Plenary Hall di Jakarta Convention Centre, yang pada saat itu belum pernah mengadakan konser tunggal untuk artis Indonesia. Karena tidak yakin bahwa penggemarnya cukup banyak untuk mengisi hal tersebut, Chrisye mula-mula menolak.[57]
Setelah Chrisye diperkenalkan dengan Erwin Gutawa, yang diangkat untuk mempersiapkan konser, dan beberapa minggu ditekankan oleh Gauri,[58] akhirnya Jay Subyakto berhasil membujuk Chrisye dengan mengatakan bahwa itu mungkin kesempatan terakhir untuk menyelamatkan karirnya. Karena kekurangan uang, mereka mendekati RCTI untuk meminta sponsor. Akan tetapi, mereka ditolak dan bahkan diejek dengan saran agar mengadakan konser di Monumen Nasional. Karena tidak bersedia menelantarkan rencana mereka itu, Chrisye, Subaktyo, dan Gutawa mengumpulkan sekelompok artis dan mulai pelatihan. Menjelang hari ulang tahun RCTI yang keempat, mereka rela menyetujui konser tersebut sebagai bagian dari perayaan mereka. Ribuan tiket yang tersedia terjual habis dalam satu minggu.[59]
Konser Sendiri diadakan pada tanggal 19 Agustus 1994. Chrisye membawakan sejumlah lagu hits serta menyanyikan beberapa duet, termasuk "Malam Pertama" dengan Ruth Sahanaya, di depan orkes penuh yang dipimpin oleh Gutawa.[60] Di kemudian hari, Chrisye mengenang bahwa konser itu, yang diberi julukan Sendiri untuk menunjukkan bahwa konser "100% Indonesia" bisa berhasil, diadakan, para penonton – baik anak-anak maupun dewasa – sudah hafal lirik lagunya, baik yang lama maupun yang baru; menurut Chrisye, hal tersebut membuat dia berasa sangat kecil.[61] Penuh semangat akibat sukses konser itu,[62] Chrisye mengadakan konser lain di Surabaya, Surakarta, dan Bandung, dengan menggunakan konvoi yang terdiri dari 24 truk dan bis untuk transportasi dan mengangkut alat-alat yang dibutuhkan. Tiket konser ini pun terjual habis.[63]
Setelah sukses tur Sendiri, Chrisye mulai mempertimbangkan membuat sebuah album yang termasuk lagunya yang paling populer, dengan pemasteran ulang oleh Gutawa memaster. Gutawa setuju untuk membuat sebuah album akustik, dengan syarat bahwa usulan Chrisye, dengan syarat bahwa mereka harus menggunakan sebuah orkes dari Australia. Aciu pun menyetujui hal tersebut, biarpun biayanya diperkirakan mencapai Rp.600 juta. Setelah perekaman dasar di Jakarta, Chrisye, Gutawa, dan sound engineer Dany Lisapali menghabiskan waktu dua minggu di Studio 301 di Sydney untuk menyelesaikan album itu. Philip Hartl Chamber Orchestra memainkan musik yang diperlukan; mixing dan mastering juga dilakukan di Sydney.[33][64] AkustiChrisye dirilis pada tahun 1996 dan cukup berhasil di pasaran.[65]
Setelah AkustiChrisye, Gutawa menyarankan agar Chrisye mencoba gaya yang baru, dengan lagu yang lebih berat. Mereka lalu mulai bekerja sama untuk merekam Kala Cinta Menggoda, yang juga menggunakan orkes Australia. Akan tetapi, Chrisye ternyata kesulitan merekam salah satu lagunya, "Ketika Tangan dan Kaki Berkata", yang diberi lirik yang berdasarkan ayat 65 Surah Ya Sin oleh penyair Taufiq Ismail; setiap kali hendak menyanyikan lagu itu, Chrisye mendadak menangis. Akhirnya, satu hari sebelum berangkat ke Australia, dia dapat menyelesaikan lagu tersebut dengan dukungan Yanti.[66] Pada tanggal 11 Oktober, Chrisye menyanyikan lagu "Indonesia Perkasa" pada acara pembukaan Pesta Olahraga Asia Tenggara 1997 di Jakarta; lagu tersebut ditulis khusus untuk acara itu.[67] Bulan berikutnya, Chrisye meluncurkan Kala Cinta Menggoda.[68] Video klip untuk lagu "Kala Cinta Menggoda", yang disutradarai Dimas Djayadiningrat, memenangkan MTV Video Music Award for South-East Asia pada tanggal 10 September 1998; Chrisye pergi ke Los Angeles untuk menerima penghargaan tersebut di Universal Amphitheatre.[8]
Pada tahun 1999, Chrisye mulai mendaur ulang album Badai Pasti Berlalu atas permintaan Musica, biarpun dia merasa bahwa album asli sudah cukup; untuk album ini pula dia bergabung dengan Gutawa.[69] Album baru itu, yang tetap diberi judul Badai Pasti Berlalu, memakan biaya sebanyak Rp.800 juta untuk produksi dan promosi; biaya besar tersebut sebagian disebabkan perlunya mencari orkes Australia lain, Victorian Philharmonic Orchestra.[70][71] Setelah diluncurkan, album ini pun laris, dengan menjual 350.000 kuping dalam beberapa bulan.[71][72] Sebagai promosi untuk album ini, Chrisye mengadakan satu lagi konser di Plenary Hall di Jakarta Convention Centre, yang diberi nama konser Badai; setelah ini, Chrisye mendapatkan banyak tawaran untuk memanggung di berbagai tempat di seluruh Indonesia.[73] Menurut sebuah wawancara dengan Kompas, pada saat ini Chrisye mulai merasa telah menemukan jalan buntu, sebab dia sudah mencicipi semua jenis musik yang ada.[74] Namun, dia tetap lanjut dengan kegiatan bernyanyi, termasuk menyanyikan lagu "Indonesia Perkasa" pada acara pembukaan Pekan Olahraga Nasional ke-15 pada tanggal 19 Juni 2000 di Sidoarjo, Jawa Timur.[67]
Pada tahun 2001 Chrisye merilis album Konser Tur 2001, yang berisi dua lagu baru dan beberapa yang lama. Video klip untuk salah satu lagu, "Setia", menjadi kontroversial karena adanya adegan dengan wanita berpakaian ketat.[75] Tak lama kemudian, Chrisye memutuskan untuk mendaur ulang lagu-lagu yang dianggap paling penting sejak kemerdekaan Indonesia, dari dasawarsa 1940-an yang diwakili "Kr. Pasar Gambir & Stambul Anak Jampang" karya Ismail Marzuki hingga akhir dasawarsa 1990-an yang diwakili lagu "Kangen" karya Ahmad Dhani; album ini juga termasuk satu lagu yang ditulis khusus untuk album ini oleh Pongky dari Jikustik[73] serta dua duet dengan Sophia Latjuba. Album yang dihasilkan, Dekade, dirilis pada tahun 2002; hingga Oktober 2003 lebih dari 350.000 terjual.[76] Pada 15 Desember 2002, Chrisye pikut serta dalam konser Bali for the World – Voices of Stars di Kartika Beach Plaza untuk mengumpulkan uang untuk membantu korban Bom Bali 2002; artis lain termasuk Melly Goeslaw, Gigi, Slank, dan Superman Is Dead.[77] Pada 12 July 2004 Chrisye mengadakan konser ketiga, dengan judul Dekade, di Plenary Hall. Konser ini, yang termasuk lagu-lagu dari album Dekade, termasuk duet dengan Sophia Latjuba dan beberapa penyanyi asli, seperti Fariz RM dengan "Sakura" dan A. Rafiq dengan "Pengalaman Pertama"; orkes Gutawa sekali lagi mengiringi konser.[78]
Chrisye lalu mulai mengerjakan studio album terakhirnya, Senyawa. Bekerja sama dengan berbagai artis Indonesia lain, termasuk Project Pop, Ungu, dan Peterpan, dia juga menjadi produser album ini, menggantikan Gutawa. Lagu "Bur-Kat", bersama Project Pop, merupakan usaha pertamanya untuk bernyanyi rap.[79] Album ini, yang diluncurkan pada bulan November 2004, disambut dengan baik oleh pasar.[80][81] Namun, Sony Music Entertainment Indonesia menolak bahwa ada nama artis mereka di sampul. Oleh karena itu, Senyawa ditarik kembali, lalu dirilis ulang tanpa nama-nama itu.[82]
[sunting] Kanker dan kematian (2005–2007)
Makam Chrisye di TPU Jeruk Purut
Pada bulan Juli 2005 dibawa ke Rumah Sakit Pondok Indah karena sesak nafas. Setelah 13 hari dirawat, dia dipindahkan ke Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura, di mana dia dinyatakan mengidap kanker paru-paru.[83] Biarpun khawatir bahwa dia akan kehilangan rambutnya yang gondrong, yang dia menganggap sebagai bagian citranya,[84] dia menjalani kemoterapi enam kali, dengan perawatan pertama pada tanggal 2 Agustus 2005.[83]
Kesehatan Chrisye membaik pada tahun 2006[85] dan dia merasa cukup kuat untuk mengikuti wawancara panjang dengan Alberthiene Endah pada bulan Mei dan November 2006 saat Alberthiene menulis biografinya.[86] Dia juga menghasilkan dua album kompilasi, Chrisye by Request dan Chrisye Duets; namun, dia merasa kurang sehat untuk menghasilkan lagu baru.[87] Akan tetapi, pada awal Februari 2007 kondisi fisiknya kembali memburuk.[85]
Chrisye meninggal pada pukul 4:08 WIB di rumahnya di Cipete, Jakarta Selatan. Dia dikebumikan di TPU Jeruk Purut pada tanggal 30 Maret 2007.[88] Ratusan orang menghadiri pemakamannya itu, termasuk Erwin Gutawa, Titiek Puspa, Ahmad Albar, Sophia Latjuba, dan Ikang Fawzi.[89] Pemakaman ini dinodai aksi beberapa pencopet, salah satunya ditangkap tapi lalu dibebaskan.[90]
Seratus hari setelah meninggalnya Chrisye, Musica mengeluarkan dua album kompilasi. Album ini, dengan judul Chrisye in Memoriam – Greatest Hits dan Chrisye in Memoriam – Everlasting Hits, termasuk empat belas lagu per kuping dari sepanjang karirnya bersama Musica.[91] Pada tanggal 1 Agustus 2008, singel Chrisye terakhir, "Lirih", yang ditulis oleh Aryono Huboyo Djati, diluncurkan. Lagu tersebut mula-mula dirahasiakan, dan tanggal perekamannya tidak diketahui.[92] Menurut Djati, lagu itu direkam sebagia hiburan. Sebuah video klip yang disutradarai Vicky Sianipar dan termasuk Ariel Peterpan, Giring Ganesha dari Nidji, dan janda Chrisye lalu dirilis.[93]
[sunting] Gaya
Menurut Jockie, salah satu alasan mengapa Chrisye terpilih untuk merekam "Lilin-Lilin Kecil" ialah karena suaranya yang khas, dengan timbre yang lembut, yang cocok dengan keyboard yang digunakan di lagu tersebut; namun, Jockie merasa bahwa suara Chrisye kehilangan dinamikanya apabila dicampur dengan musik yang lembut, sehingga dia memasukkan nada rock ke album Jurang Pemisah.[22] Erwin Gutawa membandingkan suara Chrisye dengan sehelai kertas kosong, yang dapat diterapkan untuk apa saja.[22]
Seorang penulis untuk majalah Gatra menyebut gaya manggung Chrisye "kaku", dengan gerakan yang sangat sedikit.[94] Chrisye memilih kostumnya sendiri dan terkadang-kadang mencoba desain dan warna baru. Dalam musik video dia lebih suka menggunakan satu jenis baju saja; dia sampai menyatakan kepada Kompas bahwa dia hanya hendak ganti baju kalau jatuh ke selokan.[8]
[sunting] Warisan
Glenn Fredly (kiri) dalam suatu acara tribut untuk Chrisye pada Java Jazz Festival 2009 di Jakarta
Chrisye sudah disebut penyanyi "legendaris" oleh beberapa jurnalis.[95][96] Pada tahun 2007, majalah Rolling Stone Indonesia memilih Badai Pasti Berlalu sebagai album Indonesia terbaik sepanjang masa. Tiga album solo Chrisye juga masuk ke daftar tersebut: Sabda Alam di urutan 51, Puspa Indah di urutan 57, dan Resesi di urutan 82. Guruh Gipsy masuk di urutan kedua.[97] Ini kemudian diikuti oleh pemilihan lima lagunya ("Lilin-Lilin Kecil" di urutan 13, "Kidung" di urutan 26, "Merpati Putih" di urutan 43, "Anak Jalanan" di urutan 72, dan "Merepih Alam" di urutan 90) sebagai beberapa lagu Indonesia terbaik sepanjang masa; lagu Guruh Gipsy "Indonesia Maharddhika" masuk di urutan 59.[23] Pada tahun 2011 mereka menyebut Chrisye sebagai penyanyi Indonesia terbaik ketiga. Eros Djarot menyebut bahwa Chrisye mempunyai suara yang luar biasa, tetapi sering malu-malu dan malas membahas isu sosial.[98]
Menurut data dari Asosiasi Industri Rekaman Indonesia, Badai Pasti Berlalu tahun 1977 adlah album Indonesia paling laris urutan kedua, dengan sembilan juta kuping terjual antara tahun 1977 dan 1993.[72] Pada tahun 1990 video musik untuk "Pergilah Kasih" menjadi klip Indonesia pertama yang diputar di MTV Hong Kong; klip untuk "Sendiri Lagi" terpilih sebagai klip Indonesia terbaik sepanjang masa pada acara Video Musik Indonesia.[1]
Pada tahun banyak artis Indonesia, termasuk Vina Panduwinata, Ahmad Albar, D'Cinnamons, dan Sherina Munaf, membawa 20 lagu Chrisye dalam konser "Chrisye: A Night to Remember" di hotel Ritz Carlton, Jakarta.[99] Konser tersebut juga termasuk testimoni dari anak dan istrinya.[99] Tiket untuk konser tribut tersebut terjual habis.[100]
Alberthiene Endah sudah menulis dua biografi Chrisye. Yang pertama, Chrisye: Sebuah Memoar Musikal, diterbitkan pada tahun 2007 dan membahas masa kecil, karir, dan perjuangan melawan kankernya. Yang kedua, The Last Words of Chrisye, dirilis pada tahun 2010 dan membahas masa silam Chrisye.[95]
[sunting] Penghargaan
Chrisye menerima banyak penghargaan selama karirnya. Pada tahun 1979 dia terpilih sebagai Penyanyi Pria I Kesayangan Angket Siaran ABRI.[11] Album Sabda Alam dan Aku Cinta Dia diberi sertifikasi emas, dan Hip Hip Hura, Resesi, Metropolitan, dan Sendiri disertifikasi perak.[1]
Chrisye menerima tiga BASF Awards, yang diadakan pembuat compact cassette BASF sampai pertengahan tahun 1990-an, untuk album paling laris; yang pertama diterima pada tahun 1984 untuk Sendiri, lalu yang kedua pada tahun 1988 untuk Jumpa Pertama dan yang terakhir pada tahun 1989 untuk Pergilah Kasih.[55] Dia juga menerima BASF Lifetime Achievement Award pada tahun 1994 untuk sumbangannya ke dunia musik Indonesia; pada tahun yang sama dia menerima penghargaan sebagai Penyanyi Rekaman Terbaik.[101] Pada tahun 1997 dia menerima penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk Penyanyi Pop Pria Terbaik.[74] Tahun berikutnya, album Kala Cinta Menggoda menang sembilan AMI, termasuk Album Termaik; Chrisye sendiri menerima penghargaan sebagai Penyanyi Pop Pria Terbaik, Penyanyi Rekaman Terbaik, dan Perancang Grafis Terbaik (bersama dengan Gauri).[102] Pada tahun 2007, setelah dia sudah meninggal, dia menerima penghargaan SCTV Lifetime Achievement Award pertama, yang diterima oleh putrinya Risty.[103]
[sunting] Kehidupan pribadi
Aciu Widjaja, yang sekarang menjadi President-Director Air Asia Indonesia, menyatakan bahwa Chrisye adalah sosok yang sederhana; dia menjelaskan bahwa, pada suatu saat dia, Chrisye, dan beberapa orang lain pergi ke luar negeri, hanyalah Chrisye yang tidak mau belanja pakaian mewah atau mencari restoran kelas dunia; dia justru makan di food court dan beli baju yang nyaman.[104] Dalam biografinya, Chrisye mencatat bahwa dia sering makan di warung tenda sampai setelah menikah dan sering bingung ketika orang meremehkan hal tersebut.[105] Guruh mengenang bahwa Chrisye dapat tidur di mana saja saat mereka merancang album, bahkan di bawah piano.[104]
Setelah dia menikah dengan Yanti, istrinya itu berhenti karir bernyanyi supaya bisa menjadi ibu rumah tangga. Setelah pasangan itu beranak, kadang-kadang Chrisye tidak dapat menghabiskan waktunya bersama mereka karena terlalu sibuk memanggung atau merekam album; namun, dia berusaha untuk mencuri waktu, bahkan menjemput anak-anak dari sekolah. Pada sebuah wawancara pada tahun 1992, Chrisye menyatakan bahwa anak-anaknya tidak ingin menjadi artis seperti orang tua mereka sebab mereka sudah merasakan tekanan karir itu.[8]
[sunting] Diskografi pilihan
Selama karirnya, Chrisye merilis 31 album. Ini termasuk satu dengan Guruh Gipsy, 21 album studio, dan sembilan album kompilasi.[88] Semua album solonya setelah Sabda Alam menjual lebih dari 100.000 kuping.[56] Dalam sebuah wawancara dengan Kompas pada tahun 1992, Chrisye menyatakan bahwa dia jatuh sakit setiap kali merekam album, sebagai akibat tekanan untuk mempromosi album-album tersebut.[56]
Chrisye juga merilis banyak singel,[88] dengan beberapa dijadikan lagu tema sinetron. "Pengalaman Pertama" digunakan untuk Ganteng-Ganteng Kok Monyet, "Cintaku" dari album Badai Pasti Berlalu yang sudah di-remaster digunakan untuk Gadis Penakluk, dan "Seperti Yang Kau Minta" digunakan untuk Disaksikan Bulan.[106]
[sunting] Bersama Guruh Gipsy
1976 – Guruh Gipsy
[sunting] Album studio
1977 – Jurang Pemisah
1978 – Sabda Alam
1979 – Percik Pesona
1980 – Puspa Indah
1981 – Pantulan Cita
1983 – Resesi
1984 – Metropolitan
1984 – Nona
1984 – Sendiri
1985 – Aku Cinta Dia
1985 – Hip Hip Hura
1986 – Nona Lisa
1988 – Jumpa Pertama
1989 – Pergilah Kasih
1993 – Sendiri Lagi
1996 – AkustiChrisye
1997 – Kala Cinta Menggoda
1999 – Badai Pasti Berlalu
2002 – Dekade
2004 – Senyawa
[sunting] Album jalur suara
1977 – Badai Pasti Berlalu
[sunting] Rujukan
Catatan kaki
^ a b c d e f g h i j Antara 2007, Chrisye Meninggal Dunia.
^ a b c Endah 2007, hlm. 24–31.
^ a b Endah 2007, hlm. 221.
^ a b Endah 2007, hlm. 36–37.
^ Endah 2007, hlm. 50–52.
^ Endah 2007, hlm. 50–51.
^ a b c Endah 2007, hlm. 52–53.
^ a b c d e f g h i Hariyadi, Redana, and Mulyadi 1998, Lebih Jauh dengan Chrisye.
^ Endah 2007, hlm. 58-59.
^ a b Endah 2007, hlm. 62–66.
^ a b c d Kompas 1993, Chrisye: Menjadi Penyanyi.
^ a b Endah 2007, hlm. 66–71.
^ Endah 2007, hlm. 75–80.
^ Endah 2007, hlm. 81–86.
^ Endah 2007, hlm. 86–96.
^ Endah 2007, hlm. 96–97.
^ Endah 2007, hlm. 97–101.
^ Endah 2007, hlm. 104–105.
^ Endah 2007, hlm. 109–115.
^ Endah 2007, hlm. 114–118.
^ a b Endah 2007, hlm. 118–119.
^ a b c d Sartono 2007, Chrisye: Dari Lilin Kecil.
^ a b c Rolling Stone Indonesia 2009, 150 Lagu Indonesia.
^ Endah 2007, hlm. 124.
^ a b Endah 2007, hlm. 125–129.
^ a b c Kompas 1978, Nama dan Peristiwa: Chrisye.
^ a b c Endah 2007, hlm. 132–136.
^ a b Ginting 2009, hlm. 195–199.
^ a b Endah 2007, hlm. 140–142.
^ a b c Endah 2007, hlm. 142–143.
^ a b Kompas 1979, Nama dan Peristiwa: Chrisye.
^ Endah 2007, hlm. 146–147.
^ a b Kompas 1996, Nama dan Peristiwa: Chrisye.
^ a b Endah 2007, hlm. 147–148.
^ Kompas 1979, Finalis LCLR Prambors.
^ Endah 2007, hlm. 150–151.
^ Endah 2007, hlm. 212–215.
^ Endah 2007, hlm. 215.
^ a b Endah 2007, hlm. 220–221.
^ a b Kompas 1982, Nama dan Peristiwa: Chrisye.
^ Endah 2007, hlm. 216–217.
^ Endah 2007, hlm. 224.
^ a b Endah 2007, hlm. 226–228.
^ Endah 2007, hlm. 228–230.
^ Endah 2007, hlm. 234–235.
^ Endah 2007, hlm. 236.
^ Endah 2007, hlm. 239–240.
^ Endah 2007, hlm. 241–244.
^ Endah 2007, hlm. 246.
^ Endah 2007, hlm. 247.
^ Endah 2007, hlm. 251.
^ Endah 2007, hlm. 256.
^ a b Endah 2007, hlm. 257.
^ a b c Endah 2007, hlm. 262–263.
^ a b KS 2007, Mengenang Chrisye: Musisi.
^ a b c d Kompas 1992, Chrisye: Sakit Setiap.
^ a b c Endah 2007, hlm. 268.
^ Endah 2007, hlm. 272–273.
^ Endah 2007, hlm. 276–277.
^ Kompas 1994, Dari 'Resesi' Sampai.
^ Endah 2007, hlm. 282–283.
^ Endah 2007, hlm. 289.
^ Endah 2007, hlm. 294.
^ Endah 2007, hlm. 300–301.
^ Endah 2007, hlm. 304.
^ Endah 2007, hlm. 304–308.
^ a b Kompas 2000, PON XV: Pengisi.
^ Campbell 1998, hlm. 63.
^ Endah 2007, hlm. 309.
^ Endah 2007, hlm. 312.
^ a b The Jakarta Post 2000, Royalty System in the Country's.
^ a b Ivvaty 2007, Konser "Badai Pasti.
^ a b Endah 2007, hlm. 313.
^ a b Rakaryan S. 1997, Chrisye: Pintar-Pintar Kitalah.
^ Gatra 2001, Video Clip Chrisye.
^ Kompas 2003, Wajah Lama Energi.
^ Andrianto 2002, Bali for the World.
^ Kompas 2003, Sensasi Bulan Sabit.
^ Gatra 2004, Ilmu Baru Chrisye.
^ Endah 2007, hlm. 319.
^ Musica Studios 2004, Senyawa.
^ Gatra 2004, Musica: Kami Lalai.
^ a b Gatra 2005, Chrisye Idap Kanker.
^ Endah 2008, hlm. 99.
^ a b Gatra 2007, Kondisi Menurun Chrisye.
^ Kurniasari 2009, Alberthiene Endah: Life,.
^ Kompas 2006, Nama dan Peristiwa: Album.
^ a b c Antara 2007, Chrisye Dimakamkan di TPU Jeruk.
^ Gatra 2007, Chrisye Dimakamkan di Tengah.
^ Siahaan 2007, Chrisye Dimakamkan, Pencopet.
^ Kompas 2008, Napak Tilas Chrisye.
^ Gatra 2008, Lagu Rahasia Chrisye.
^ Djati 2008, Lagu Rahasia Yoyo-Chrisye.
^ Gatra 2005, Nge-Rap Gaya Chrisye.
^ a b Kurniasari 2010, A Lesson from a Musical.
^ Lopulalan 2009, Warming Up for Java.
^ Rolling Stone Indonesia 2007, 150 Album Indonesia.
^ Rolling Stone Indonesia 2011, The Immortals: 25 Artis.
^ a b Damayanti and Windratie 2009, Konser Classical Chrisye.
^ Rolling Stone Indonesia 2009, Classic Chrisye: A Night.
^ Kompas 1994, Nama dan Peristiwa: Chrisye.
^ Hariyadi 1998, AMI '98, Pesta.
^ Suryanto 2007, Chrisye Dapat Penghargaan.
^ a b Pattisina 2007, Dia Berjingkrak di Balik.
^ Endah 2007, hlm. 225.
^ Kompas 2004, Musik Pop dan Film.
Bibliografi
"150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa". Rolling Stone Indonesia (Jakarta: a&e Media) (32): 32, 33, 64, 66, dan 77. 1 Desember 2007.
"150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa". Rolling Stone Indonesia (Jakarta: a&e Media) (56): 47, 53, 62, 68, 73, dan 80. 1 Desember 2009.
Campbell, Debe (1 August 1998). "Indonesia" (dalam bahasa Inggris). Billboard (Cincinnati: Prometheus Global Media).
Endah, Alberthiene (2007). Chrisye: Sebuah Memoar Musikal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-2606-5.
Endah, Alberthiene (2008). The Last Words of Chrisye. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-5655-0.
Ginting, Asrat (2009). Musisiku. Jakarta: Republika. ISBN 978-979-1102-52-0.
Sumber berita
Andrianto, Teguh, "Bali for the World - Voices of Stars: Damai di Bali", Kompas, 20 Desember 2002, p. 42.
"Chrisye Dikuburkan di Tengah Rintik Hujan ", Gatra, 30 Maret 2011. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Chrisye Dimakamkan di TPU Jeruk Purut ", Antara, 30 Maret 2007. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 1 December 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
"Chrisye Idap Kanker Paru ", Gatra, 26 Agustus 2005. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 1 December 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
"Chrisye Meninggal Dunia, Dunia Musik Indonesia Berduka ", Antara, 30 Maret 2007. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 1 December 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
"Chrisye: Menjadi Penyanyi Bukan Pilihan", Kompas, 17 Oktober 1993, p. 7.
"Chrisye: Sakit Setiap Berkarya", Kompas, 16 Agustus 1992, p. 7.
"Dari 'Resesi' Sampai 'Lilin-Lilin Kecil'", Kompas, 21 Agustus 1994, p. 1.
Djati, Aryono Huboyo, "Lagu Rahasia Yoyo-Chrisye ", Gatra, 22 Agustus 2008. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Finalis LCLR Prambors 1979", Kompas, 22 April 1979, p. 5.
"AMI '98, Pesta Chrisye dkk.", Kompas, 23 Oktober 1998, p. 15.
"Lebih Jauh dengan Chrisye", Kompas, 20 September 1998, p. 2.
"Ilmu Baru Chrisye ", Gatra, 29 Oktober 2004. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Konser "Badai Pasti Berlalu" yang Mengingatkan", Kompas, 1 April 2007, p. 31.
"Kondisi Menurun Chrisye ", Gatra, 25 Februari 2007. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
KS, Theodore, "Mengenang Chrisye: Musisi Kaya Diskografi", Kompas, 30 April 2007, p. 40.
Kurniasari, Triwik, "Alberthiene Endah: Life, She wrote [Alberthiene Endah: Kehidupan, Dia Tuliskan]", The Jakarta Post, 22 November 2009. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 1 December 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
Kurniasari, Triwik, "A lesson from a musical legend [Suatu Pelajaran dari Musisi Legendaris]", 6 Juni 2010. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 1 December 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
"Lagu Rahasia Chrisye Dirilis ", Gatra, 22 Agustus 2008. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 15 September 2011. Diakses pada 1 Desember 2011.
Lopulalan, Benito, "Warming Up for Java Jazz [Bersiap untuk Java Jazz]", The Jakarta Globe, 4 Maret 2009. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Musica: Kami Lalai ", Gatra, 3 Desember 2004. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 4 January 2012. Diakses pada 4 Januari 2012.
"Musik Pop dan Film", Kompas, 29 Agustus 2004, p. 35.
"Nama dan Peristiwa: Album Kompilasi Chrisye", Kompas, 11 September 2006, p. 16.
"Nama dan Peristiwa: Chrisye", Kompas, 27 Mei 1978, p. 6.
"Nama dan Peristiwa: Chrisye", Kompas, 12 Agustus 1979, p. 5.
"Nama dan Peristiwa: Chrisye", Kompas, 12 Desember 1982, p. 5.
"Nama dan Peristiwa: Chrisye", Kompas, 31 Juli 1994, p. 8.
"Nama dan Peristiwa: Chrisye", Kompas, 7 April 1996, p. 8.
"Napak Tilas Chrisye", Kompas, 12 Agustus 2008, p. 31.
"Nge-Rap Gaya Chrisye ", Gatra, 11 Februari 2005. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
Pattisina, Edna C., "Dia Berjingkrak di Balik Panggung", Kompas, 1 April 2007, p. 31.
"PON XV: Pengisi Acara Pembukaan Guruh Soekarnoputra", Kompas, 20 Juni 2000, p. 17.
Rakaryan S., , "Chrisye: Pintar-Pintar Kitalah", Kompas, 1 Desember 1997, p. 1.
"Royalty system in the country's music industry [Sistem Royalti dalam Industri Musik Indonesia]", The Jakarta Post, 30 Januari 2000. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
Sartono, Frans, "Chrisye: Dari Lilin Kecil ke Badai", Kompas, 1 April 2007.
"Sensasi Bulan Sabit Chrisye", Kompas, 13 Juli 2003, p. 1.
Siahaan, Marlina Marianna, "Chrisye Dimakamkan, Pencopet Beraksi ", Tempo, 30 Maret 2007. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Chrisye Dapat Penghargaan Khusus SCTV Awards ", Antara, 26 Mei 2007. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Video Clip Chrisye akan Direvisi ", Gatra, 4 Juli 2001. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 28 December 2011. Diakses pada 28 Desember 2011.
"Wajah Lama Energi Baru ", Kompas, 19 Oktober 2003. Diarsipkan dari aslinya, tanggal 29 September 2007. Diakses pada 5 Januari 2012.
Langganan:
Postingan (Atom)