Kamis, 04 Juli 2013

Persahabatan Tanpa Cinta? Bisa Kok!

Persahabatan Tanpa Cinta? Bisa Kok! ada lima mitos seputar hubungan pria dan wanita yang dipercaya mereka. Ini dia lima mitosnya:

1. Pria dan wanita bisa menjaga batas sebagai teman (26% responden)

Pria dan wanita bisa menjadi teman baik dalam kondisi tertentu. Empat kondisi tertentu tersebut adalah pertama, persahabatan tersebut saling menguntungkan dan mereka saling menyukai tanpa harus memikirkan hubungan seks. Kedua, salah satu dari keduanya menyukai sesama jenis. Ketiga, mereka terlibat hubungan signifikan dengan orang lain alias sudah punya pacar serius. Yang terakhir, mereka memang tidak cocok dalam hal menjalin cinta sebagai sepasang kekasih.

2. Pria tidak suka mengekspresikan perasaannya di depan orang lain (18% persen responden)

Setangguh-tangguhnya pria, ia juga manusia, punya hati dan perasaan. Ketika mereka terjebak dalam kadar emosional yang tak bisa dikendalikan, mereka bisa saja menangis.

Namun tentunya hal tersebut tak dilakukan di depan teman-temannya. Pria lebih memilih mencari orang yang tepat atau media yang menyenangkan untuk diajak bicara

3. Saat Kencan, wanita butuh persiapan lebih lama ketimbang pria (16% responden)

Wanita butuh waktu lebih lama karena rata-rata wanita punya banyak pilihan untuk menentukan pakaian apa yang akan ia kenakan ketika akan berkencan. Tak hanya urusan pakaian, saat merias diri mereka juga butuh waktu lama.

Sebal dengan kelakukan wanita sebelum kencan? Eit's nanti dulu, ternyata ketika melakukan janji bertemu, pria justru lebih sering datang terlambat. Mengapa begitu? Sifat pria yang doyan melakukan sesuatu di menit terakhir malah menjadikan mereka makhluk yang tak pernah tepat waktu.

4. Pria dan wanita bisa menjaga persahabatan dengan mantan pacarnya (11% responden)
http://www.tenagadalam.org/
Mantan pacar adalah orang yang "berbeda" dengan sahabat lainnya. Biasanya mantan pacar adalah orang yang paling mengerti kita luar dalam. Mengatur persahabatan dengan mantan pacar terdengar lebih mudah daripada memulainya dengan seseorang yang baru dikenal. Terutama jika Anda adalah orang yang memutuskan hubungan.

Jika bisa mengarahkan persahabatan ke jalan yang benar semua akan berjalan lancar. Sayangnya, sifat manusia tak bisa ditebak. Jika kesalahan terjadi, mantan yang terlalu banyak tahu tentang kita juga harus diwaspadai. Jangan sampai ia justru jadi musuh besar.

5. Wanita memaafkan namun tak melupakan, sementara pria melupakan tapi tak memaafkan (15% responden)

Beruntungalah para pria karena saat mereka melakukan kesalahan, wanita mudah memberi maaf. Tapi dibalik sifat 'baik' ini, ada sifat kurang enaknya. Meski mudah memaafkan, wanita cenderung sulit melupakan kesalahan si pria. Salah satu conton ketika pria-pria melupakan peringatan hari jadi. Walau sudah dimaafkan, sewaktu-waktu kesalahan itu bisa diungkit lagi.

Berbeda dengan wanita, pria justru sulit memberi maaf. Untungnya jika sampai si wanita melakukan kesalahan dan sudah diberinya maaf, pria tak akan mengungkit-ungkit lagi kesalahan tersebut.

Kesenian Debus



Atraksi kesenian ini mempertunjukkan kemampuan manusia yang memiliki kekebalan tubuh. Atraksi ini telah ada sejak abad ke-16, menjadi ajang memompa semangat juang rakyat Banten saat itu.
Debus sering dipertontonkan dalam acara kebudayaan atau upacara adat. Beragam atraksi yang terkenal seperti memakan api, mengiris bagian tubuh dengan pisau atau golok, juga menyiram tubuh dengan air keras. Tak hanya itu, ada pula memasukkan jarum kawat ke kulit hingga tembus, membakar tubuh, berguling di atas serpihan kaca atau beling, juga menusuk perut dengan tombak atau senjata tajam lainnya. Semua itu dilakukan tanpa terluka atau berdarah sama sekali.

Kesenian Tari Barong



Barong adalah karakter dalam mitologi Bali. Ia adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda dalam mitologi Bali. Banas Pati Rajah adalah roh yang mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Banas Pati Rajah dipercayai sebagai roh yang menggerakkan Barong. Sebagai roh pelindung, Barong sering ditampilkan sebagai seekor singa. Sendratari tradisional di Bali yang menggambarkan pertempuran antara Barong dan Rangda sangatlah terkenal dan sering dipertunjukkan sebagai atraksi wisata.

Barong singa adalah salah satu dari lima bentuk Barong. Di pulau Bali setiap bagian pulau Bali mempunyai roh pelindung untuk tanah dan hutannya masing-masing. Setiap Barong dari yang mewakili daerah tertentu digambarkan sebagai hewan yang berbeda. Ada babi hutan, harimau, ular atau naga, dan singa. Bentuk Barong sebagai singa sangatlah populer dan berasal dari Gianyar. Di sini terletak Ubud, yang merupakan tempat pariwisata yang terkenal. Dalam Calonarong atau tari-tarian Bali, Barong menggunakan ilmu gaibnya untuk mengalahkan Rangda.

Rabu, 03 Juli 2013

Panggung Rakyat Itu Bernama Dangdut

 Panggung Rakyat Itu Bernama Dangdut 

GagasMedia, Jakarta. Mendadak Dangdut, sebuah novel adaptasi terbaru karya Ninit Yunita terbitan GagasMedia akan diluncurkan pada tanggal 14 Agustus 2006. Novel yang diangkat dari film berjudul sama karya Rudi Soedjarwo akan digelar di Bugs Cafe, padang golf Pondok Indah, Jalan Metro Pondok Indah, pukul 12.00 sampai 14.00 wib.

Mendadak Dangdut adalah novel adaptasi kedua dari Ninit Yunita. Sebelumnya, Ninit juga telah mengadaptasi sebuah film romantis berjudul Heart. Terbukti, novel adaptasi pertamanya ini meledak di pasaran, mencapai cetak ulang delapan kali. Ninit pun ketagihan menulis novel adaptasi lagi, yang menurut penulis bersuamikan Adhitya Mulya (Penulis novel Jomblo) ini memiliki tingkat kesulitan dan keasyikan sendiri yang berbeda dengan menuliskan karya asli.

Bagi para penikmat novel-novel bergenre chicklit, nama Ninit Yunita memang sudah tidak asing lagi. Ninit dikenal sebagai penulis yang senang bermain-main dengan karakternya. Script karya Monty Tiwa ini dipoles Ninit menjadi sebuah bacaan yang menyegarkan. Dengan tetap mempertahankan ciri khas kepenulisannya; ringan dan tak sok tahu. Sebagai seorang pencerita, Ninit dengan lancar menceritakan kisah seorang diva pop yang mendadak dangdut.

Sinemart sendirilah yang memilih Ninit untuk mengadaptasi film karya biangnya drama action, Rudy Soedjarwo ini. Dalam karier kepenulisannya, Ninit telah menelurkan beberapa buah novel, di antaranya Kok Putusin Gue dan Test Pack. Pada bulan Agustus ini juga, ia akan kembali merilis novel terbarunya yang berjudul Kamar Cewek.

Selain Ninit Yunita, akan hadir juga para artis pendukung film Mendadak Dangdut. Di antaranya Titi Kamal dan Kinaryosih. Dalam film terbaru produksi Sinemart ini, Titi Kamal berperan sebagai Petris Pontoh, seorang penyanyi pop, ikon generasi MTV yang banting setir, mendadak dangdut. Tentunya, pindah haluannya si Petris dari jalur awalnya dipicu oleh beberapa hal. Sementara, Kinaryosih berperan sebagai Yulia Pontoh. Kakak Petris yang merangkap menjadi manajer Petris. Yulia, yang sabar, adalah satu-satunya orang yang tahan banting menghadapi kelakuan egois adiknya. Petualangan kedua kakak-beradik keturunan Manado ini dimulai ketika polisi menemukan lima kilogram kokain di dalam mobil mereka. Keduanya digelandang ke penjara.

Takut dihukum mati, keduanya menyusun rencana kabur agar tidak dijebloskan ke penjara. Dalam pelarian inilah mereka bersembunyi di sebuah perkampungan di mana lagu dangdut menjadi hiburan yang menyegarkan dan selalu ditunggu-tunggu. Agar identitasnya tak ketahuan, Petris menyamar menjadi penyanyi dangdut organ tunggal keliling. Tak dinyana, pengalaman ini pulalah yang mengubah pola pikir Petris yang individualis.

Dangdut, musik yang sehari-hari kita dengar di berbagai sudut tempat. Musik yang dianggap remeh dan tak berkelas, telah mengubah seorang Petris Pontoh lebih menghargai dan menyayangi orang lain.

Dan ini pulalah yang tercermin lewat novel adaptasi Mendadak Dangdut. Dalam novel setebal 182 halaman ini, Ninit mencoba mengambil sudut pandang dari persoalan yang cukup sederhana: Menghargai orang lain.

Kesenian Wayang Golek



Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.

Kesenian Tari Kecak



Tari Kecak biasanya disebut sebagai tari "Cak" atau tari api (Fire Dance) merupakan tari pertunjukan masal atau hiburan dan cendrung sebagai sendratari yaitu seni drama dan tari karena seluruhnya menggambarkan seni peran dari "Lakon Pewayangan" seperti Rama Sita dan tidak secara khusus digunakan dalam ritual agama hindu seperti pemujaan, odalan dan upacara lainnya.

Bentuk - bentuk "Sakral" dalam tari kecak ini biasanya ditunjukan dalam hal kerauhan atau masolah yaitu kekebalan secara gaib sehingga tidak terbakar oleh api.

Keunikan.
Tidak seperti tari bali lainnya menggunakan gamelan sebagai musik pengiring tetapi dalam pementasan tari kecak ini hanya memadukan seni dari suara - suara mulut atau teriakan - teriakan seperti "cak cak ke cak cak ke" sehingga tari ini disebut tari kecak.

Kesenian Tari Andholanan Bahhong



Kesenian nenek moyang kita memang beragam. Salah satunya hong-bahhong. Berawal dari kebiasaan masyarakat Desa Katol Barat, Kecamatan Geger memuja leluhurnya, kini seniman Bangkalan mengangkat tradisi ini dalam bentuk seni tari berjudul Andholenan Bahhong.

Kesenian ini memerlukan waktu lama untuk bisa menikmati rangkaian gerak tari andholanan bahhong. Dibandingkan tari lainnya yang hanya membutuhkan 5-10 menit, tari ini memerlukan waktu hingga 20 menit. Sejak awal tari dimulai, bulu kuduk kita seakan merinding. Kita serasa berada di tengah-tengah orang yang sedang memuja leluhur mereka di zaman dahulu.

Kemudian, keluarlah tujuh orang perempuan cantik yang bergerak tak kalah mistis. Mereka bergerak seakan sedang melakukan penyembahan pada leluhur mereka. Membentuk sebuah lingkaran dengan kedua tangan mereka diacungkan ke atas.