MENGUNJUNGI KAMPUNG HALAMAN ALMARHUM AYAH
“Kids go where there is excitement. They stay where there is love.
– Anak kecil cenderung mendatangi tempat yang menyenangkan. Mereka akan memilih tinggal di tempat yang dipenuhi oleh cinta.”
~ Zig Ziglar
Kilas balik tentang negeri di daratan Cina 200 tahun lalu masih identik dengan kehidupan yang serba sulit. Banyak anak muda terpaksa meninggalkan kampung halaman berlayar menuju Asia Tenggara untuk mencari nafkah hidup. Tak jarang mereka berganti kewarganegaan dan berperan cukup penting di berbagai bidang di negara yang disinggahi.
Ayah saya adalah salah satu di antara perantau tersebut. Beliau meninggalkan kampung halaman di Pulau Hainan menuju Malaysia. Dengan kerja keras ayah merintis usaha, menabung, sampai kemudian memiliki keluarga, sumber penghasilan dan jabatan cukup penting di sebuah kota kecil di Malaysia. Saya masih ingat, ayah selalu menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan tiap bulan untuk adik dan ibunya di Cina.
Itu semua menunjukkan bukti cinta ayah kepada keluarganya. Walaupun keinginan untuk tinggal bersama adik dan ibunya harus kandas karena hubungan diplomatis kedua negara belum memungkinkan. Tetapi ayah berusaha menemui keluarganya, dan baru dapat bertemu adiknya di Singapura setelah 50 tahun terpisah.
Didorong rasa cintanya pula, ayah berkunjung ke kampung halamannya beberapa kali. Dalam kunjungan tersebut, ayah menyumbangkan dana untuk pembangunan sebuah vihara dan penampungan air sebagai bentuk cinta terhadap keluarga dan desa kelahirannya.
Singkat cerita, kami para putra dan putri ayah yang selama ini sudah bermukim di Singapura, Malaysia, Australia, dan Indonesia berencana berkunjung ke kampung ayah. Sejak satu tahun lalu rencana tersebut kami matangkan. Kami sepakat untuk berkumpul di Singapura lalu berangkat bersama ke Cina pada pertengahan Desember 2006 lalu.
Sesampainya di Cina, tepatnya di pulau Hainan, kami 7 bersaudara dan 12 orang anggota keluarga, menemukan kehangatan keluarga yang luar biasa. Pemandangan alam di sana yang sangat cantik, ikut mendukung indahnya suasana pertemuan kami. Kedatangan kami sekeluarga benar-benar disambut gembira oleh famili yang masih menetap di kampung yang sudah dilengkapi listrik, sarana air bersih, dan sudah jauh lebih baik dibandingkan puluhan tahun yang lalu. Tak tanggung-tanggung, kami dijamu secara istimewa dan meriah selama 3 hari 2 malam.
Kehangatan sebuah keluarga benar-benar saya rasakan ketika 7 bersaudara berkumpul dan berbagi seperti saat itu. Kami berbaur mandi bersama di suatu sore di kolam renang yang hangat, meskipun kakak tertua sudah berusia 65 tahun sedangkan adik bungsu sudah berusia 42 tahun. Selama 1 minggu penuh kami menghabiskan waktu bersama, berkumpul dan melupakan semua kesibukan dalam memperjuangkan kehidupan dan masa depan keluarga masing-masing.
Saya sadar bahwa kemesraan seperti yang kami miliki dapat memudar begitu saja. Itu mungkin bisa terjadi kalau kami jarang bertemu dan berkomunikasi. Karena itu kami berkomitmen meluangkan waktu untuk berkumpul bersama sesibuk apa pun jadwal pekerjaan atau tanggung jawab yang harus kami selesaikan. Minimal dalam satu tahun kami menjadwalkan pertemuan dua kali, yaitu setiap merayakan tahun baru Imlek dan ulang tahun ibu.
Kami menganggap bahwa meluangkan waktu untuk bertemu sangat penting untuk menjaga kemesraan dan kehangatan dalam keluarga. Kesibukan tak dapat dijadikan pembenaran untuk tidak saling meluangkan waktu bagi keluarga tercinta. Saya menganggap keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang mempunyai pengaruh besar bagi pembentukan kepribadian setiap anggotanya. Tak dapat dimungkiri bahwa eksistensi dan fungsi keluarga sangatlah penting dalam kehidupan kita.
Saya sendiri merasakan kehangatan dan kebahagiaan dalam keluarga besar maupun dalam keluarga kecil saya. Saya dapat merasakan bahwa cinta dan kasih sayang dalam keluarga adalah sumber kebahagiaan. Mother Theresa mengatakan, “Love begins at home, and it is not how much we do...but how much love we put in that action… - Cinta berasal dari rumah (keluarga), dan bukan diukur berdasarkan apa yang telah kita lakukan, melainkan seberapa besar cinta kita dalam melakukan tindakan tersebut.”
Cinta kasih yang tulus dari masing-masing anggota keluarga menciptakan suasana saling menghargai. Bila masing-masing anggota keluarga sudah saling menghargai, maka hal itu akan menciptakan rasa saling percaya satu sama lain yang memicu sinergi untuk berbuat yang terbaik. Pengalaman dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih sayang dan perhatian serta penghargaan disadari atau tidak sudah mempengaruhi tekad saya untuk berhasil, apa pun tantangan yang harus saya hadapi.
Keluarga adalah pusat terciptanya kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan. Di sanalah masing-masing anggota keluarga mendapatkan motivasi dan inspirasi untuk memberikan dan melakukan yang terbaik sebagai wujud cinta kasih dan perhatian terhadap keluarga. Itulah pengalaman saya yang paling berkesan selama mengunjungi kampung halaman almarhum ayah di Hainan-Cina.[aho]
* Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku best-seller.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar