Jumat, 01 November 2013

9 jenis anak setan



Simpanlah baik2 email ini dan sebarkan pada rakan2 anda sebagai peringatan kita setiap hari dimana syaitan2 kurang ajar ini mengganggu hidup harian yang mungkin selama ini kita tidar sedar hasutan mereka. Sampaikan kepada sekelian muslimin/muslimat yang lain semoga menjadi pedoman hidup hingga keakhir hayat , Insya'Allah .



Umar al-Khattab r. a berkata, terdapat 9 jenis anak syaitan :



1.    Zalituun

Duduk di pasar/kedai supaya manusia hilang sifat jimat cermat. Menggoda supaya manusia berbelanja lebih dan membeli barang-barang yang tidak perlu.



2.    Wathiin

Pergi kepada orang yang mendapat musibah supaya bersangka buruk terhadap Allah.



3.    A'awan

Menghasut sultan/raja/pemerintah supaya tidak mendekati rakyat. Seronok dengan kedudukan/kekayaan hingga terabai kebajikan rakyat dan tidak mahu mendengar nasihat para ulama.



4.    Haffaf

Berkawan baik dengan kaki botol. Suka menghampiri orang yang berada di tempat-tempat maksiat (cth: disko, kelab mlm & tempat yg ada minuman keras).



5.    Murrah

Merosakkan dan melalaikan ahli dan orang yg sukakan muzik sehingga lupa kepada Allah. Mereka ini tenggelam dalam keseronokan dan glamour etc.



6.    Masuud

Duduk di bibir mulut manusia supaya melahirkan fitnah, gosip, umpatan dan apa sahaja penyakit yg mula dari kata-kata mulut.



7.    Daasim (BERILAH SALAM SEBELUM MASUK KE RUMAH...)

Duduk di pintu rumah kita. Jika tidak memberi salam ketika masuk ke rumah, Daasim akan bertindak agar berlaku keruntuhan rumahtangga (suami isteri bercerai-berai, suami bertindak ganas, memukul isteri, isteri hilang pertimbangan menuntut cerai, anak-anak didera dan pelbagai bentuk kemusnahan rumah tangga lagi).



8.    Walahaan

Menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika berwuduk dan solat dan menjejaskan ibadat-ibadat kita yg lain.



9.    Lakhuus

Merupakan sahabat orang Majusi yang menyembah api/matahari. Dan yang terakhir ni yang paling teruk! (SCROLL DI BAWAH)



10.    Isetan.

Sebuah pasaraya yg terkemuka di seluruh duniawi. terdapat di sekitar Lembah klang, singapore, Beijing &..... Kebaikan: Memberi potongan harga pada Karnival jualan



Keburukan: Melalaikan manusia bershopping sehingga lupa waktu sembahyang dan lupe yg lakinya dah tunggu kat kereta. Pesanan ; Shopping tu agak2 sikit, jangan sampai berlebih2an pulak. Membazir itulah

sebenarnya amalan Syaitan



11.    Hindusetan

Nie mereka2 yg menonton criter hindustan, sampai masuk waktu sembahyang, maseh menyonggol depan tv.....kapala keluar tanduk, tak sedar.......jadi lah hindusetan!!!

7 HARI YANG TELAH LALU DAN MUNGKIN AKAN TERULANG

DALAM 7 HARI YANG TELAH LALU DAN MUNGKIN AKAN TERULANG



      Hari per-1, tahajudku tetinggal

     Dan aku begitu sibuk akan duniaku

             Hingga zuhurku, kuselesaikan saat ashar mulai memanggil

        Dan sorenya kulewati saja masjid yang mengumandangkan azan magrib

      Dengan niat kulakukan bersama isya itupun terlaksana setelah acara

 tv selesai



   Hari ke-2, tahajudku tertinggal lagi

             Dan hal yang sama aku lakukan sebagaimana hari pertama



  Hari ke-3 aku lalai lagi akan tahujudku

         Temanku memberi hadiah novel best seller yang lebih dr 200 hlmn

              Dalam waktu tidak 1 hari aku telah selesai membacanya

          Tapi... enggan sekali aku membaca Al-qur'an walau cuma 1 juzz

       Al-qur'an yg 114 surat, hanya 1,2 surat yang kuhapal itupun dengan

 terbata-bata

   Tapi... ketika temanku bertanya ttg novel tadi betapa mudah dan

 lancarnya aku menceritakan



                 Hari ke-4 kembali aku lalai lagi akan tahajudku

            Sorenya aku datang ke Selatan Jakarta dengan niat mengaji

            Tapi kubiarkan ustazdku yang sedang mengajarkan kebaikan

     Kubiarkan ustadzku yang sedang  mengajarkan lebih luas tentang agamaku

   Aku  lebih suka mencari bahan obrolan dengan teman yg ada disamping

 kiri & kananku

             Padahal bada magrib tadi betapa sulitnya aku merangkai

  Kata-kata untuk kupanjatkan saat berdoa



 Hari ke-5 kembali aku lupa akan tahajudku

      Kupilih shaf paling belakang dan aku mengeluh saat imam sholat jum'at

kelamaan bacaannya  Padahal betapa dekat jaraknya aku dengan televisi dan

betapa nikmat,

serunya saat perpanjangan waktu sepak bola favoritku tadi malam



 Hari ke-6 aku semakin lupa akan tahajudku

               Kuhabiskan waktu di mall & bioskop bersama teman2ku

   Demi memuaskan nafsu mata & perutku sampai puluhan ribu tak terasa keluar

                 Aku lupa.. waktu diperempatan lampu merah tadi

   Saat wanita tua mengetuk kaca mobilku

           Hanya uang dua ratus rupiah kuberikan itupun tanpa menoleh



           Hari ke-7 bukan hanya tahajudku tapi shubuhkupun tertinggal

               Aku bermalas2an ditempat tidurku menghabiskan waktu

 Selang beberapa saat dihari ke-7 itu juga

                Aku tersentak kaget mendengar khabar temanku kini

       Telah terbungkus kain kafan padahal baru tadi malam aku bersamanya

         & ¾ malam tadi dia dengan misscallnya mengingat aku ttg tahajud



                 kematian kenapa aku baru gemetar mendengarnya?

              Padahal dari dulu sayap2nya selalu mengelilingiku dan

     Dia bisa hinggap kapanpun dia mau



        ¼ abad lebih aku lalai....

    Dari hari ke hari, bulan dan tahun

                Yang wajib jarang aku lakukan apalagi yang sunah

                Kurang mensyukuri walaupun KAU tak pernah meminta

Berkata kuno akan nasehat ke-2 orang tuaku

         Padahal keringat & airmatanya telah terlanjur menetes demi aku



                  Tuhan andai ini merupakan satu titik hidayah

 Walaupun imanku belum seujung kuku hitam

        Aku hanya ingin detik ini hingga nafasku yang saat nanti tersisa

  Tahajud dan sholatku meninggalkan bekas

      Saat aku melipat sajadahku.....

                 Amin...

4 PERKARA SEBELUM TIDUR

( Tafsir Haqqi )

Rasulullah berpesan kepada Aisyah ra : “Ya Aisyah jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, yaitu :

1.    Sebelum khatam Al Qur’an,
2.    Sebelum membuat para nabi memberimu syafaat di hari akhir,
3.    Sebelum para muslim meridloi kamu,
4.    Sebelum kaulaksanakan haji dan umroh....

“Bertanya Aisyah :
“Ya Rasulullah.... Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika?”

Rasul tersenyum dan bersabda : “Jika engkau tidur bacalah : Al Ikhlas tiga kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur’an.

Membacalah sholawat untukKu dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan
memberi syafaat di hari kiamat.

Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meredloi kamu.

Dan,perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka
seakan-akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh”

Sekian untuk ingatan kita bersama.

* Kalau rajin..Tolong sebarkan kisah ini kepada saudara Muslim yang lain. Ilmu yang bermanfaat ialah salah satu amal yang berkekalan bagi orang yang mengajarnya meskipun dia sudah mati.

Kamis, 31 Oktober 2013

Hati-hati Terintip Si Buyung dan Si Upik!

 “Hati-hati jika anda ingin melakukan aktivitas spesial dengan isteri anda!” Itu nasehat seorang ustadz dalam pengajian di suatu majelis taklim. Mereka yang hadir umumnya pasangan suami isteri (pasutri) muda, yang saat itu sedang menyimak materi tentang masalah-masalah keluarga. Sang Ustadz sengaja menyoroti masalah itu, lantaran menurutnya, masih banyak para pasutri yang kurang hati-hati ketika hendak bermesraan dengan pasangannya di rumah. Sehingga disadari atau tidak, tak jarang adegan “orang dewasa” mereka, terintip oleh anak-anak mereka yang sudah memiliki nalar cukup baik.

Urusan bermesra-mesraan dengan istri atau suami kita di dalam rumah, memang bukan sesuatu yang terlarang. Bahkan Islam memandang hal itu sebagai ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya saja persoalannya, kapan “ibadah spesial” itu dilakukan. Artinya apakah tempat dan waktunya cukup aman dari pendengaran dan penglihatan anggota keluarga kita yang lain, terutama si buyung atau si upik yang usianya sudah mencapai usia 10 tahun?

Islam mengingatkan para pasutri untuk berhati-hati memperlihatkan atau mengisyaratkan, baik lewat visual maupun ucapan yang berkonotasi pada aktivitas seksual, walaupun di dalam rumah. Bila anak-anak di bawah umur tanpa sengaja melihat atau mendengar adegan atau suara “aneh” dari kamar orangtua mereka, tentu akan menimbulkan fantasi macam-macam dalam benak mereka. Ini tentunya beresiko. Bukan hanya anak-anak kemungkinan bisa tumbuh lebih “matang” dari usia yang sebenarnya. Tapi yang dikhawatirkan adalah, anak-anak itu akan mencoba-coba mengikuti atau bertingkah laku seperti apa yang ada dalam fantasinya.

Karena itulah Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam (SAW) mengajarkan kita untuk memprotek anak-anak dari kemungkinan berbuat tidak senonoh lantaran terstimulan oleh penampilan kita, gambar, atau film-film berkonotasi seks. Nabi SAW dalam sebuah haditsnya mengingatkan;

”Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan sholat di kala mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena tidak mengerjakannya di kala mereka berumur 10 tahun. Dan pisahkanlah tempat tidurnya." (h.r Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad hasan shahih atau hasan).

Pada hadits lain Rasulullah saw bersabda;

”Pukullah anak-anak karena meninggalkan shalat pada usia tujuh tahun. Pisahkanlah tempat tidurnya pada usia sembilan tahun. Dan kawinkanlah pada usia 17 tahun jika memungkinkan.”

Memisah tidur anak-anak yang telah berusia 9-10 tahun sebagaimana diperintah hadist di atas, itu penting. Hal ini menegaskan, betapa Islam mengisolir seketat-ketatnya anak-anak dari rangsangan atau fantasi-fantasi seksual. Baik itu yang diperlihatkan melalui media, maupun perilaku orangtua mereka sendiri.

Peringatan Nabi saw tersebut, harus dijaga kuat. Sebab pelanggaran terhadap ketentuan tersebut, akan sangat beresiko. Penyimpangan perilaku seksual bisa terjadi pada diri anak. Bentuk penyimpangan itu bisa secara nyata, misalnya dorongan untuk melakukan hubungan seksual dengan teman bermain, binatang, atau boneka. Bisa dalam bentuk perilaku-perilaku agresif, misal berkelahi atau menunjukkan keberanian meminum minuman keras di hadapan lawan jenisnya.

Kasus yang pernah terjadi di Surabaya beberapa tahun lalu, yakni seorang anak usia belasan tahun yang memperkosa ibu kandungnya, bisa dipahami melalui hadits ini. Demikian juga kejahatan-kejahatan seksual atau perbuatan asusila oleh remaja yang marak akhir-akhir ini, kiranya bisa menjadi parameter, sejauh mana kepedulian orangtua terhadap peringatan Nabi yang ma’shum itu.

Usia 9 atau 10 tahun merupakan titik usia yang rawan. Seorang perempuan bisa mencapai ‘aqil baligh pada usia ini dengan ditandai adanya menarche. Sementara pada anak laki-laki, jika kita menengok pada literatur, dua tahun berikutnya dia akan mengalami ihtilam (mimpi basah). Tetapi, untuk masa sekarang, tampaknya seorang anak laki-laki tak perlu menunggu usia 11 atau 12 tahun untuk menjadi muhtalim (orang yang mengalami mimpi indah).

Pada masa ini, bayangan-bayangan seksual mulai kuat-kuatnya mengganggu pikiran anak. Dalam diri mereka tumbuh dorongan yang meluap-luap untuk menyukai lawan jenisnya dan cenderung akan bersikap mesra terhadap temannya. Di saat yang sama, lantaran dorongan untuk mengalami kemesraan, ada jurang-jurang yang dapat menyimpangkan dorongan primitif mereka. Sehingga mereka menyukai sesama jenis misalnya. Itulah, kenapa Nabi mulia melarang anak tidur dalam satu sarung dengan sesama jenisnya.

Inilah masa anak-anak sedang bersemangat. Kemana semangat itu mengarah, sangat tergantung dari apa yang hadir di dalam benaknya. Apakah yang masuk ke dalam pikirannya berupa ajaran-ajaran suci Ilahi, atau justru iklan-iklan, filem, serta hiburan-hiburan cabul lainnya. Termasuk dalam hal ini adalah lagu-lagu berisi syair berkonotasi cabul.

Para orangtua perlu merenungkan hal ini, ketika kian maraknya “kenakalan” anak-anak. Termasuk juga kejahatan-kejahatan seksual yang mereka lakukan. Barangkali salah satu faktor penyebabnya adalah, karena kelalaian kita. Karena kita tidak memperhatikan lingkungan mereka di rumah, apalagi di luar. Sehingga anak-anak tumbuh berkembang sesuai dengan fantasi-fantasi liar yang mengepung pikirannya. Na’udzu billah min dzalik. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla melindungi kita dan anak-anak kita dari mata dan perbuatan jahat kaum pendosa.

(Selalu) Hangatkan Cinta Anda

Mahligai cinta yang membingkai rumah tangga sepasang suami istri tak selamanya mampu dipertahankan keindahannya. Ia bukan sesuatu yang tak lekang dimakan waktu dan juga tak pudar terkikis dinamika kehidupan. Namun bukan tak mungkin keindahan itu menjadi abadi selamanya, tak terputus oleh perubahan masa dan bahkan tak terhenti oleh perpisahan yang tak mungkin dicegah kejadiannya. Cinta bukanlah sekedar mencium kening pasangan anda setiap pagi atau menjelang tidur, juga tak sebatas kehangatan malam yang diisi dengan riang canda kemesraan. Tidak juga hanya dengan menghadiahkan sesuatu bila dia ulang tahun. Tetapi, cinta lebih dari suatu komitmen yang membutuhkan pemikiran agar selalu bersemi diantara anda.

Berapapun usia pernikahan anda, bukan alasan untuk tidak senantiasa memberikan manisnya cinta terhadap pasangan anda atau membiarkan kehambaran mentaburi hari-hari anda bersamanya. Seiring waktu yang berjalan, sebanyak buah hati yang semakin besar, seharusnya juga semakin bertambah kehangatan cinta diantara sepasang suami istri, meski tidak jarang hidupnya hanya sebatas menikmati masa-masa tua. Karena justru, totalitas cinta anda kepada pasangan anda dimasa-masa tua akan semakin membuat pasangan anda tersenyum bangga (hingga ke dalam hati) bahwa ia tak pernah salah menjadikan anda pasangan hidupnya.

“Berpasangan engkau telah diciptakan, dan selamanya engkau akan berpasangan”. Begitulah sebagian jawaban sang Guru atas pertanyaan seorang aulia, Al Mitra, tentang perkawinan, seperti dituturkan penyair asal Libanon, Khalil Gibran dalam Sang Nabi. Hidup diyakini semakin punya warna dengan memiliki pasangan. Bukankah Allah telah mengumpulkan yang terserak untuk berpasang-pasangan?

Yang dituliskan Gibran bisa sangat tepat, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah keadaan pasangan itu setelah perjalanan yang begitu banyak melalui riak, gelombang, onak dan duri, Masihkah komitmen dan pengorbanan yang diberikan seseorang terhadap pasangannya sama dengan yang pernah diberikannya saat pertama kali cinta bersemi, atau saat awal menapaki rumah tangga, dan berjanji saling setia. Masihkah kelembutan yang dulu dicurahkan dalam belaian-belaian kasih sayang, sama hangatnya dengan sentuhan pertama kali seorang kekasih terhadap disahkan sebagai pasangannya. Jawabannya tentu ada pada bagaimana seseorang itu menempatkan cinta agar senantiasa bersemi, berapapun usia pernikahan mereka.

Untuk itu perlu kiranya suatu pemikiran yang berkesinambungan dibangun oleh setiap pasangan tentang bagaimana caranya agar kehangatan cinta tetap melingkari setiap fase perjalanan rumah tangga, agar kelembutan kasih sayang menjadi dasar setiap gerak langkah bersama menuju kebahagiaan dan kedamaian kedamaian. Tidak berlebihan pula jika berharap cinta itu menjadi satu cinta yang tak terpisahkan.

Berikut beberapa tips untuk mempertahankan kehangatan cinta:

1. Menempatkan cinta kepada Allah diatas segala cinta terhadap apapun. Dan senantiasa meningkatkan cinta itu, karena Allah-lah yang Maha menganugerahkan cinta kepada orang-orang yang mencintai-Nya (QS. Al-Maidah:54). Maka ajaklah pasangan (dan seluruh anggota keluarga) untuk semakin mendekatkan diri pada-Nya, misalnya dengan membaca do’a Al Ma’surat bersama setelah qiyamullail.

2. Senantiasa berdo’a kepada Allah agar ditetapkan dalam keshalihan, yang karenanya rahmat, kasih sayang dan kedamaian tetap tercurahkan.

3. Ciptakan komunikasi yang selaras, berkesinambungan, mesra dengan mengkedepankan kaidah-kaidah berkomunikasi seperti, kata-kata yang benar, lemah lembut, mulia dan juga tidak melupakan aspek ketegasan sikap. Komunikasi yang demikian tentu menutup rapat celah-celah kecurigaan dan saling tidak percaya antar sesama.

4. Jadikan kamar/tempat pembaringan adalah tempat dimana segala curahan hati bisa tumpah namun tetap dalam koridor kehangatan dan kemesraan. Sehingga dalam kondisi apapun, semua masalah tetap bisa diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang, dari sekedar lupa cium kening pagi ini, masalah uang belanja sampai soal perkelahian anak-anak tadi siang dengan teman bermainnya.

5. Gunakan waktu secara efektif dan efisien. Jangan sekali-kali menggunakan waktu keluarga (hari libur misalnya) untuk pekerjaan atau hal-hal yang mengganggu waktu keluarga. Karena dengan apapun anda mencoba membayarnya, kerugian yang diderita pasangan anda tidak akan pernah bisa terbayarkan, meskipun anda menggandakan kualitasnya pada hari libur berikutnya.

6. Cerahkan hari-hari dengan variasi, fantasi dan ‘warna-warni’ yang anda ciptakan khusus untuk pasangan anda. Letak aksesoris kamar yang berubah-ubah (terutama yang ringan-ringan), atau warna sprei dan aroma kamar yang menyegarkan. Itu didalam rumah, untuk aktifitas di luar rumah, biasakan secara rutin untuk sekedar jalan pagi bersama di hari minggu (libur) atau jika ada rezeki, sempatkan untuk berekreasi (tamasya).

7. Ciptakan juga hal-hal baru yang menceriakan hari bersamanya, misalnya dengan mencuci pakaian bersama, atau kerjabakti membersihkan rumah dihari libur. Cipratan air dan saling melempar lap pel dalam bingkai canda (dijamin) akan mampu meluluhkan kebekuan atau bongkah konflik yang mungkin saja (berpotensi) tumbuh tanpa disadari, mungkin tidak didiri anda tapi pasangan anda?

8. Jadikan setiap cobaan dan konflik yang ada sebagai bagian dari dinamika cinta, bukankah cinta itu tak selamanya ‘berwarna’ indah? Bahwa didalamnya juga bisa dirasakan pahitnya perjalanan yang dilakukan bersama, hal itu akan menyadarkan kita bahwa juga hidup akan selalu menampakkan warna-warni yang berbeda, bisa disukai bisa tidak, namun tetap harus dijalani. Ini seperti sepasang kekasih yang baru menikah, seringkali hanya menangkap sisi-sisi indah kehidupan tanpa peduli cobaan yang siap (pasti) menanti.

9. Tak salahnya mengenang selalu saat-saat indah bersama pasangan anda, kapanpun dan dimanapun, sendiri maupun berdua. Niscaya, hal itu akan semakin membuat anda bangga terhadap pasangan anda itu. Atau setidaknya mampu memaksa anda mengikhlaskan kesalahan yang pernah dibuat pasangan anda.

10. Mengingat-ingat kelebihan dan keistimewaan yang ada pada pasangan dan meminimalisir ingatan akan kesalahan dan keburukan yang mungkin (pernah) ada padanya. Insya Allah, indahnya cinta yang dulu bersemi pertama kali tetap anda rasakan saat ini, terlebih ditambah oleh ribuan kehangatan yang tercurah dari buah hati yang teramat mencintai anda berdua. Wallahu a’lam bishshowab (Abi Hufha)

AKAL SETIPIS RAMBUTNYA

Jangankan lelaki biasa, Nabi pun terasa sunyi tanpa wanita. Tanpa
mereka, hati, fikiran, perasaan lelaki akan resah. Masih mencari walaupun
sudah ada segala - galanya. Apalagi yang tidak ada di syurga, namun Nabi Adam a.s.
tetap merindukan siti hawa.
Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, istri atau puteri. Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki, tetapi kalau lelaki sendiri yang tidak lurus, tidak mungkin mampu hendak meluruskan mereka.

Tak logis kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus.
Luruskanlah wanita dengan cara petunjuk Allah, karena mereka diciptakan
begitu rupa oleh mereka. Didiklah mereka dengan panduan dariNya:
JANGAN COBA JINAKKAN MEREKA DENGAN HARTA, NANTI MEREKA SEMAKIN LIAR, JANGAN
HIBURKAN MEREKA DENGAN KECANTIKAN, NANTI MEREKA SEMAKIN MENDERITA,

Yang sementara itu tidak akan menyelesaikan masalah, Kenalkan mereka
kepada Allah, zat yang kekal, disitulah kuncinya. AKAL SETIPIS RAMBUTNYA,
TEBALKAN DENGAN ILMU, HATI SERAPUH KACA, KUATKAN DENGAN IMAN, PERASAAN
SELEMBUT SUTERA, HIASILAH DENGAN AKHLAK .

Suburkanlah karena dari situlah nanti mereka akan nampak penilaian dan
keadilan Tuhan. Akan terhibur dan berbahagialah mereka, walaupun tidak jadi
ratu cantik dunia, presiden ataupun perdana mentri negara atau women gladiator.
Bisikkan ke telinga mereka bahwa kelembutan bukan suatu kelemahan. Itu bukan
diskriminasi Tuhan. Sebaliknya, disitulah kasih sayang Tuhan, karena rahim
wanita yang lembut itulah yang mengandungkan lelaki2 wajah: negarawan, karyawan,
jutawan dan wan-wan lain. Wanita yang lupa hakikat kejadiannya, pasti tidak
terhibur dan tidak menghiburkan. Tanpa ilmu, iman dan akhlak, mereka bukan saja tidak bisa diluruskan, bahkan mereka pula membengkokkan.

LEBIH BANYAK LELAKI YANG DIRUSAKKAN OLEH PEREMPUAN DARIPADA PEREMPUAN YANG DIRUSAKKAN OLEH LELAKI. SEBODOH-BODOH PEREMPUAN PUN BISA MENUNDUKKAN SEPANDAI-PANDAI LELAKI.

Itulah akibatnya apabila wanita tidak kenal Tuhan, mereka tidak akan kenal diri mereka sendiri, apalagi mengenal lelaki. Kini bukan saja banyak boss telah kehilangan secretary, bahkan anakpun akan kehilangan ibu, suami kehilangan istri dan bapak akan kehilangan puteri. Bila wanita durhaka dunia akan huru-hara. Bila tulang rusuk patah, rusaklah jantung, hati dan limpa. Para lelaki pula jangan hanya mengharap ketaatan tetapi binalah kepemimpinan.

Pastikan sebelum memimpin wanita menuju Allah PIMPINLAH DIRI SENDIRI DAHULU KEPADA-NYA. jinakan diri dengan Allah, niscaya jinaklah segala-galanya dibawah pimpinan kita.

JANGAN MENGHARAP ISTRI SEPERTI SITI FATIMAH, KALAU PRIBADI BELUM LAGI SEPERTI SAYIDINA ALI

Air Mata Ibu

Ibu menangis. Air mata mengucur di pipinya yang cekung. Ketika itu aku
baru selesai berdzikir setelah mengimaminya. Tasbih ditangannya terus
berputar, bersama dzikir yang terus terlantun dari bibirnya. Ibu khusyuk
dalam isak dan deraian air mata.  "Kenapa Ibu menangis?" pertanyaan itu terpaksa kusimpan. Aku tidak akan mengganggu Ibu yang masih khusyuk dengan dzikir. Aku memikirkan berbagai kemungkinan penyebab menangisnya Ibu. Mungkinkah kematian Bapak? Tapi,  bukankah kematian Bapak sudah lama sekali? Sudah lima tahun. Atau karena tanah kuburan Bapak yang tidak mendapat izin untuk dibeton dan hanya boleh didirikan batu nisan. Hal itu tidak akan membuat Ibu menangis. Aku sangat  mengenal Ibu. Ibu paling tidak menyukai hal-hal yang berbau kemewahan. Ibu  selalu ingin menginginkan kesederhanaan.
Kenapa Ibu menangis? Sayang aku sangat jarang pulang dan tidak bertemu Ibu
setiap hari. Hingga aku kurang mengetahui keadaan Ibu belakangan ini.
Mungkin ada suatu persoalan yang membebaninya....


Bertengkar dengan seseorang? Ah rasanya tidak. Setahuku Ibu tidak punya
musuh. Ia selalu mengalah setiap kali berbenturan dengan orang lain. Ibu
lebih banyak diam daripada mengomel. Tidak mungkin rasanya Ibu bertengkar
dengan orang lain, karena memang itu bukan kebiasaan Ibu.  Tapi kenapa Ibu menangis? Ibu belum juga selesai berdzikir. Aku sudah selesai sejak lima menit lalu. Aku sudah berdoa, mohonkan ampun atas dosa Ibu dan Bapak yang telah mengasuhku sejak kecil. Ibu belum juga usai.  Aku berdiri dan meninggalkan Ibu sendirian di ruang shalat dengan tetap
menyimpan pertanyaan, kenapa Ibu menangis? Kutunggu Ibu di
ruang makan.  Bukankah Ibu selalu khusyuk dalam shalat? Kembali aku dibayang
berbagai kemungkinan. Bukankah Ibu tidak pernah lupa mendirikan shalat,
mengaji dan  berdzikir? Bukankah Ibu paling senang mendengarkan ceramah di
masjid?  Bukankah Ibu juga tidak melewatkan acara wirid? Bukankah Ibu
sudah cukup punya bekal untuk menghadapi segala cobaan...

Tapi kenapa Ibu sampai menangis?  Karena aku mengimami Ibukah? Mustahil! Bukan sekali ini saja aku mengimami Ibu. Sudah berulang kali.  Hampir setiap kali pulang ke rumah aku mengimami Ibu, terutama saat  shalat maghrib dan isya. Ibu sudah berumur tujuhpuluh tahun lebih. Tujuh orang anak
merupakan  berkah yang selalu disyukurinya dan kami semua kini sudah
besar. Aku yang  bungsu sudah duduk di perguruan tinggi. Aneh rasanya kalau Ibu masih  bersedih hati diusianya yang senja ini. Seharusnya Ibu banyak
tertawa dan  bercanda bersama cucu-cucunya. Bukankah cucu-cucunya selalalu
bersamanya  setiap hari?  "Sudah makan Yung?" tanya Ibu mengagetkanku. Ibu muncul dengan senyum  mengembang. Tak kulihat bekas tangisan di wajahnya. Mungkin sudah dihapus.
"Belum Bu, Ayung menunggu Ibu."
"Ibu sudah makan."
"Kapan? Bukankah hidangan ini belum disentuh siapapun? Ayolah
Bu, Ayung  sudah rindu ingin makan bersama Ibu."
"Makanlah!" kata Ibu sambil menarik kursi. Aku pun mulai
menyanduk nasi  dan mengambil beberapa sendok sambal. Tapi Ibu tetap saja
tidak makan  nasi. Ia hanya mengambil panganan dan memakannya."Bagaimana
kuliahmu?"
"Alhamdulillah Bu, berkat doa Ibu."
"Belanja harianmu bagaimana?" pertanyaan yang tidak pernah
 kuinginkan ini selalu meluncur dari bibir Ibu. Pertanyaan itu kurasakan bagai keluhan  dalam hidup. Kuakui selama kuliah aku harus berusaha dan
bekerja keras  untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari. Uang kost, transport
dan kebutuhan  kuliah. Memang, yang namanya usaha kadang-kadang dapat, kadang
tidak.  Ketika dapat alhamdulillah. Aku bisa makan dan membeli kebutuhan
lain.  Jika tidak, maka mau tidak mau aku aku harus puasa. Hal ini
yang sering  aku alami. Tapi persoalan ini tidak pernah kuceritakan kepada
siapapun,  termasuk Ibu dan saudara-saudaraku. Aku takut terlalu banyak
mengeluh.

"Alhamdulillah, Tuhan masih memberikan rejeki Bu," selalu kujawab begitu.  Biasanya Ibu tidak akan bertanya lagi setelah itu.  "Bu!" sapaku ketika Ibu terdiam.  "Mmm," jawab Ibu.  "Kenapa seusai shalat tadi Ibu menangis?" Ibu terdiam mendengar  pertanyaanku.  "Ayung cemas melihat Ibu menangis. Ibu masih diam. Aku menyelesaikan suapanku, setelah itu membasuh tangan  dan melapnya dengan serbet.  Ibu masih diam, tapi di matanya kulihat airmata mulai berlinang.  Setelah itu berceritalah Ibu. Seminggu yang lalu di surau Balenggek tempat Ibu selalu sembahyang berjama'ah, ada ceramah agama mingguan. Ketika itu penceramahnya datang dari luar daerah. Ibu mengikuti ceramah tentang anak yang berbakti kepada  orang tua dan anak yang shalih..

"Anak-anak yang shalihlah yang menyelamatkan orang tuanya dari api
neraka,  karena doa anak yang shalih sangat didengar oleh Allah swt," kata
ustad. "  Tapi sebaliknya orang tua tidak selamat dari api neraka jika
anak yang  dididiknya tidak mampu menjalankan ibadah dan tidak pandai
membaca  Alquran.

"Walaupun orang tuanya sendiri taat beribadah?" tanya Ibu waktu
itu.  "Ya, apa artinya kita taat tapi tidak membuat anak taat kepada
Tuhannya.  Apalagi sampai tidak bisa sembahyang dan mengaji, anak yang
jauh dari  perintah Allah dan mendekati laranganNya. Maka orang tuanya di
akhirat  akan ditanya tentang anak-anaknya. Maka sia-sialah ketaatan
orang tua jika  di akhirat nanti anak mengakui dirinya tidak dididik oleh
orang tuanya  untuk taat beribadah. Tidak pernah menegur, memukul bahkan
menamparnya,  jika lalai menjalankan perintah agama."  Ketika itu Ibu menyadari apa yang sudah dilakukannya selama
ini. Ibu ingat  Jai, Jou, Han dan Fai. Saat itulah Ibu merasa hidup dan
ketaatannya selama  ini tak berarti sama sekali. Sejak itu Ibu banyak diam dan melamun.  Anak-anaknya sampai sekarang tidak pernah membaca Alquran di
rumah dan  jarang sembahyang, bahkan tidak pernah sama sekali. Ibu merasa
bersalah  setelah mendengar ceramah itu. Ibu menyadari bahwa ia tidak
mendidik  anak-anaknya sesuai ajaran agama. Ibu selalu tidak tega
memarahi anaknya,  dan melihat anaknya menangis, apalagi kalau ada yang murung dan kesal.


Mungkin itulah sebabnya anak-anak Ibu banyak yang tidak dapat
membaca  Alquran Ibu tidak pernah tega memaksa mereka untuk belajar
Ibupun tidak  marah. Bukankah ini berarti Ibu tidak sanggup mendidik anak.
Bukankah Ibu  gagal menjadi orang tua?  "Tapi Bu, bukankah Ayung selalu taat sembahyang dan membaca Alquran? Dan  Ayung selalu berdoa untuk Ibu dan Bapak? Lantas apa artinya usaha Ayung selama ini Bu?" kataku kepada Ibu.
"Terima kasih Yung, Ibu sangat bangga padamu. Ibu senang kamu
mampu  menjadi imam untuk Ibu. Ibu pun selalu berdoa untukmu. Yang Ibu
pikirkan  adalah kakak-kakakmu yang tidak mampu membaca Alquran dan
tidak  menjalankan shalat."

Kuakui selama ini memang hanya aku dan ibu yang shalat berjama'ah, walaupun sebenarnya kakak-kakakmu sedang berada di ruamh. Mereka lebih
suka duduk di lapau dan sepertinya tidak menghiraukan panggilan
azan yang  berkumandang dari masjid. Dan Ibu tidak pernah menegur hal
itu. Aku pun  tidak pernah mempersoalkan mereka. Sementara aku merasa takut,
selain  karena lebih kecil juga karena aku takut menca  mpuri urusan mereka.


"Itulah Yung. Ibu merasa sedih. Kamulah satu-satunya anak Ibu yang
taat,  yang mengimami Ibu, walaupun kamu yang terkecil. Entahlah.. Ibu
sudah  semakin tua, ajal sudah di ambang pintu. Ternyata Ibu masih
meninggalkan  banyak pekerjaan yang tidak selesai, ternyata Ibu tidak mampu
mendidik  kalian dan kalian ternyata tidak bisa mendidik diri sendiri,"
kata Ibu  terisak.

Air mataku mengalir tanpa terasa.  "Ada apa? Kok Ibu menangis? Ini pasti ulah kamu Yung! Kamu tidak  henti-hentinya membuat Ibu sedih, dan menangis. Tahukah kamu bahwa membuat orang tua bersedih hatinya itu dosa?" Tiba-tiba Han kakakku yang nomor  tiga datang dan memarahiku.  "Sebagai anak laki-laki kamu jangan terus-terusan bersama Ibu, itu cengeng  namanya. Lihat tuh di lepau orang-orang ramai. Duduklah di sana biar orang  tahu bahwa kita bermasyarakat. Bukan dalam rumah,"  katanya lagi sambil menekan kepalaku.
"Jangan kasar begitu pada adikmu Han. Ia kan baru sele...,"
"Kalau tidak seperti itu, ia akan lembek seperti perempuan Bu,
yang  duduknya cuma di dapur."  "Tapi ia kan masih kuliah."  "Aah. Ibu selalu membelanya, mentang-mentang ia kuliah. Walaupun
Han tidak  pernah kuliah, Han ini anak Ibu. Sekurang ajar apapun aku yang
melahirkan  Han adalah Ibu. Tapi kenapa dia, Ibu perlakukan berbeda dengan
Han?" Han  menunjuk-nunjuk diriku.  Mendapat serangan kata-kata seperti itu, Ibu menangis lagi. Aku hanya  terdiam terpana ketika Han kemudian berlalu dan tidak menghiraukan tangis  Ibu.  Air mata Ibu mengalir lagi. Ingin aku menghapusnya, tapi bagamana dengan kesedihannya? Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma, kamarabbayana  saghiraa. Amin. Hanya itu yang mampu kulakukan.*