Kejutan Dari balik Forbidden City
Moammar Emka sepertinya tak pernah lelah mengaduk-aduk dunia seks. Kiranya Emka telah tiga tahun menelusuri dan "menikmati" dunia ini. Memang dunia ini seperti tak berbatas, alias masih banyak varian yang perlu digali di tengah persetubuhan gaya hidup kota yang kian berkembang. Banyak hasil temuan Emka yang dibeberkan dari gerbang dunia seks lewat gaya menulis yang mengalir, nge-pop, dan padat fakta.
Dari dunia plesiran seks inilah, kembali Emka memberi kejutan. Hasil adukan ketekunannya membuahkan buku Jakarta Undercover #3, Forbidden City. Buku ini adalah kelanjutan dari buku Jakarta Undercover #1 dan Jakarta Undercover #2. Dengan mengusung sub judul forbidden city, Emka memotret sisi lain Jakarta menjelang akhir tahun 2006. Tepatnya, inilah hasil liputan investigasi tentang sexual lifestyle dan sex entertainment.
Menurut Emka dalam buku ini, istilah Forbidden City, mengacu pada segala macam bentuk hiburan (alkohol, drugs, dan seks) yang dapat diakses dan dibeli kapan saja dan di mana saja. Istilah ini memang mengingatkan pada peninggalan Emperor Mid Ming yang sampai sekarang masih ada di China. Emka melanjutkan, ia lebih menyukai memakai judul Jakarta Undercover (Forbidden City) up [to] date dan [re] visited.
Lalu bagaimanakah potret dibaliknya? Mencengangkan dan mengejutkan tentunya. Inilah kepiawaian Emka mengungkap fakta dari balik gerbang Forbidden City. Tengoklah 50 tempat di kawasan Jakarta Utara, mulai dari Ancol, Gunung Sahari, Pluit, sampai Kelapa Gading yang menyajikan menu seks berbungkus pijat, spa,atau sauna. Atau di Jakarta Pusat--dalam istilah Emka wilayah yang nampak eksklusif dan sopan, yang di baliknya penuh keliaran; tempat seperti karaoke di kawasan yang menyuguhkan tarian striptease, tempat kebugaran TO plus layanan mandi susu bersama massage girl.
Duapuluh empat jam nonstop industri seks yang dikemas dalam beragam bungkus berada begitu dekat dengan kehidupan manusia Jakarta. Liputan dunia esek-esek pun ditebari istilah-istilah: seks helikopter, super waxing bikini area, suite salome, sex locker room, body V, spanish girls tequila body kissing, flying bra girls, quicky sex party, un rated thai models, gadis-gadis es batu, dan lainnya.
Masih banyak lagi hasil temuan dan jalan-jalan Emka yang ditulis dalam buku setebal 380 halaman ini. Dalam buku ini Emka seperti seorang guide yang piawai memetakan letak geografis hiburan berbau seks di Jakarta. Yang jelas hasil temuan liputan Emka kian inovatif, variatif, dan up to date. Pendek kata Emka berteriak, “Welcome to Paradise City”.
Benarkah hiburan seks yang sarat keliaran terus berkeliaran dengan bebas di Jakarta? Fakta mencengangkan ini tidak bisa ditampik. Jika Anda penasaran, buku ini cukup membantu untuk mengungkapkan serakan fakta industri seks di balik kota metropolitan ini. Buku ini membukakan mata dan kesadaran akan lingkungan bahwa hal ini memang ada dan nyata.
“Mari untuk tidak berdusta dengan diri sendiri atau menutup mata”, ujar Emka. Emka juga ingin mengingatkan,"Kita telah berada di abad milenium purba, saat ketelanjangan dipertontonkan di ruang publik". Pergeseran terlihat dari satu lawan satu ke wilayah komunal atau dalam grup. Dan “Selamat datang di Jakarta Underkolor”, tambah Emka sembari tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar