Sabtu, 15 Mei 2010
Kamis, 13 Mei 2010
Free download 10 Easy Ways to Improve Your Website
English | 2009 | PDF | 5.4MB
Written by an experienced professional, this manual is the essential guide to understanding the principles and background of modern visual effects.
Download
Free download script Website Owner's Manual
Many of the people responsible for a website don't have a clue what's required to build one and keep it up and running. The job of planning, launching, and managing a site often falls to people who have little or no experience in web design or development. Website Owner's Manual is for the thousands of marketers, IT managers, project leaders, and business owners who need to put a website in place and keep it running with a minimum of trouble.
Using clever illustrations, easy-to-follow lists and diagrams, and other friendly touches, Website Owner's Manual helps readers form a vision for a site, guides them through the process of selecting a web design agency, and gives just enough background to help them make intelligent decisions throughout the development process. This book provides a jargon-free overview of web design, including accessibility, usability, online marketing, and web development techniques.
Using Website Owner's Manual, readers master the vocabulary and concepts they need to discuss how a website dovetails with the needs of a business. This book will help them work confidently with the designers and developers building and maintaining a site so they can concentrate on what your website needs to do.
Minggu, 18 April 2010
Perkataan para Imam untuk mencegah Taklid Buta
"Apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul'. Mereka menjawab, 'Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. 'Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?" (AI-Maa'idah: 104)
Contoh di atas adalah contoh bertaklid kepada nenek moyang, dengan alasan mempertahankan tradisi. Tidak selamanya tradisi-tradisi itu baik, dan tidak semuanya buruk. Tradisi yang perlu dipelihara dan dipertahankan adalah tradisi-tradisi yang benar. Tradisi yang tidak benar, tentunya itu yang ditinggalkan. Bahkan sejatinya, kalau memang ingin mempertahankan tradisi leluhur, semestinya ikutilah tradisi yang diwariskan oleh leluhur manusia pertama, yaitu Adam AS. Beliau adalah nenek moyang seluruh manusia, nenek moyang dari nenek moyang kita sendiri, leluhur dari leluhur manapun yang disanjung-sanjung. Tradisi Adam AS sudah barang tentu merupakan tuntunan dari Allah SWT, yaitu yang berupa (Al Islam) yang terus diwarisi hingga kepada Nabi Muhammad SAW, dan kepada kita sebagai umat Rasulullah SAW.
Selain taklid kepada 'tradisi-tradisi karangan manusia', ada pula taklid yang berupa taklid buta kepada ulama, syekh, atau pemimpin-pemimpin yang dipuja-puja. Taklid ini begitu memuliakan para pemimpin pujaannya hingga melebihi batas-batas fitrahnya. Bahkan secara kasar maupun halus mereka meninggikan para imam mereka itu lebih tinggi dari dalil-dalil yang berasal dari Allah dan RasulNya.
Seorang pujangga pernah melantunkan syair kepada orang-orang yang bertaklid kepada imam mereka sebagai berikut:
"Aku katakan padamu,
bahwasannya Allah berfirman demikian,
RasulNya bersabda demikian,
namun lalu kamu menjawab,
'Syaikh saya telah berkata ....'"
Mayoritas umat manusia terjebak dalam takliq buta. Itu adalah tipu daya syetan dalam menyesatkan umat manusia. Karena itu Al Islam memerintahkan para pemeluknya untuk mengikuti dalil (nash), dan tidak memperkenankan seorang untuk bertaklid (baca: mengekor/membeo). Al Qur'an telah menjelaskan perihal taklid buta ini sebagai berikut:
"Apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul'. Mereka menjawab, 'Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. 'Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?" (AI-Maa'idah: 104)
Contoh di atas adalah contoh bertaklid kepada nenek moyang, dengan alasan mempertahankan tradisi. Tidak selamanya tradisi-tradisi itu baik, dan tidak semuanya buruk. Tradisi yang perlu dipelihara dan dipertahankan adalah tradisi-tradisi yang benar. Tradisi yang tidak benar, tentunya itu yang ditinggalkan. Bahkan sejatinya, kalau memang ingin mempertahankan tradisi leluhur, semestinya ikutilah tradisi yang diwariskan oleh leluhur manusia pertama, yaitu Adam AS. Beliau adalah nenek moyang seluruh manusia, nenek moyang dari nenek moyang kita sendiri, leluhur dari leluhur manapun yang disanjung-sanjung. Tradisi Adam AS sudah barang tentu merupakan tuntunan dari Allah SWT, yaitu yang berupa (Al Islam) yang terus diwarisi hingga kepada Nabi Muhammad SAW, dan kepada kita sebagai umat Rasulullah SAW.
Selain taklid kepada 'tradisi-tradisi karangan manusia', ada pula taklid yang berupa taklid buta kepada ulama, syekh, atau pemimpin-pemimpin yang dipuja-puja. Taklid ini begitu memuliakan para pemimpin pujaannya hingga melebihi batas-batas fitrahnya. Bahkan secara kasar maupun halus mereka meninggikan para imam mereka itu lebih tinggi dari dalil-dalil yang berasal dari Allah dan RasulNya.
Seorang pujangga pernah melantunkan syair kepada orang-orang yang bertaklid kepada imam mereka sebagai berikut:
"Aku katakan padamu,
bahwasannya Allah berfirman demikian,
RasulNya bersabda demikian,
namun lalu kamu menjawab,
'Syaikh saya telah berkata ....'"
Kita lihatlah sekitar kita sekarang ini. Begitu banyak perkataan orang yang berdasarkan "kata imam saya...", "menurut syekh saya.....","raja saya berkata....", "guru besar saya telah bersabda....", dan lain sebagainya, yang sebetulnya hal-hal demikian tidak dituntunkan oleh Allah dan RasulNya.
Perkataan Para Imam tentang Taklid
Para Imam yang Empat (Imam Hambali, Imam Syafii, Iman Hanifah, dan Iman Malik) sesungguhnya menyuruh orang-orang untuk mengembalikan segala hal kepada dalil yang benar (Al Qur'an dan As Sunnah). Dengan kata lain, para imam sesungguhnya juga menegaskan kepada para pengikutnya untuk mengikuti dalil, dan tidak bertaklid.
Berikut perkataan mereka:
Imam Abu Hanifah rahimahullah
Beliau mengatakan,
“Tidak boleh bagi seorangpun berpendapat dengan pendapat kami hingga dia mengetahui dalil bagi pendapat tersebut.”
Diriwayatkan juga bahwa beliau mengatakan,
“Haram bagi seorang berfatwa dengan pendapatku sedang dia tidak mengetahui dalilnya.”
Imam Malik bin Anas rahimahullah
“Aku hanyalah seorang manusia, terkadang benar dan salah. Maka, telitilah pendapatku.
Setiap pendapat yang sesuai dengan al-Quran dan sunnah nabi, maka ambillah.
Dan jika tidak sesuai dengan keduanya, maka tinggalkanlah.” (Jami’ Bayan al-’Ilmi wa Fadhlih 2/32).
“Setiap orang sesudah nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat diambil dan ditinggalkan perkataannya, kecuali perkataan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Jami’ Bayan al-’Ilmi wa Fadhlih 2/91).
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah
“Apabila kalian menemukan pendapat di dalam kitabku yang berseberangan dengan sunnah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ambillah sunnah tersebut dan tinggalkan pendapatku.”
(Al-Majmu’ 1/63).
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah
“Janganlah kalian taklid kepadaku, jangan pula bertaklid kepada Malik, ats-Tsauri, al-Auza’i, tapi ikutilah dalil.” (I’lam al-Muwaqqi’in 2/201;Asy-Syamilah,).
Kita lihatlah sekitar kita sekarang ini. Begitu banyak perkataan orang yang berdasarkan "kata imam saya...", "menurut syekh saya.....","raja saya berkata....", "guru besar saya telah bersabda....", dan lain sebagainya, yang sebetulnya hal-hal demikian tidak dituntunkan oleh Allah dan RasulNya.
Perkataan Para Imam tentang Taklid
Para Imam yang Empat (Imam Hambali, Imam Syafii, Iman Hanifah, dan Iman Malik) sesungguhnya menyuruh orang-orang untuk mengembalikan segala hal kepada dalil yang benar (Al Qur'an dan As Sunnah). Dengan kata lain, para imam sesungguhnya juga menegaskan kepada para pengikutnya untuk mengikuti dalil, dan tidak bertaklid.
Minggu, 11 April 2010
Gempa Aceh april 2012, info terkini
info terkini untuk gempa tsunami aceh pada tanggal 11 april 2012, jam 4 sore lihat disini
liputan foto:
Senin, 08 Maret 2010
HYMNE TAPAK SUCI
Perguruan Tapak Suci tumpuan generasi
Ciptakan insan terpercaya
Berfungsi sebagai da'i dengan olahraga serta beladiri
Majulah, majulah
Tapak Suci Jaya
Perguruan Tapak Suci penarik generasi
Cintai seni beladiri budaya bangsa kita
Dasar landasannya bisa dijalankan
Iman dan akhlaqnya
Memancar di dada
SEKILAS KISAH JENDERAL SUDIRMAN
Sudirman lahir pada 1916 di desa Bodas, Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah. Sebelum memasuki dunia kemiliteran, Sudirman berlatar belakang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan aktif kepanduan Hizbul Wathan. Sejarah mencatat, ketika berusia 31 tahun dia sudah menyandang pangkat jenderal. Meski saat itu menderita sakit paru-paru, tetapi dia terus bergerilya melawan penjajah.
Apa sesungguhnya yang membuat Sudirman memiliki keteguhan dan prinsip kuat dalam hidupnya sehingga dia memiliki nama harum di negeri ini?
“Sudirman mendapat didikan seorang ulama pada masanya. Inilah yang membuatnya memiliki keteguhan dalam berjuang. Meskipun dia menderita sakit paru-paru dan harus ditandu, tetapi semangat juangnya tinggi,” ujar H. Abdul Malik kepada saya di kediamannya di Palimanan, Cirebon.
KH.Busyro Syuhada
Dikisahkan, sekitar 50 km dari Kota Purbalingga, ada seorang ulama bernama Kyai Haji Busyro Syuhada. Sang ulama memiliki sebuah pesantren di desa Binorong, Banjarnegara. Selain dikenal sebagai ulama, Kyai Busyro juga seorang pendekar pencak silat (ketika itu istilahnya pencak ragawi dan batin).
Sebagaimana umumnya pesantren, para santri diajarkan ilmu agama dan beladiri pencak. Pencak silatnya dikenal dengan nama Aliran Banjaran yang intinya memadukan ilmu batin dan ilmu dhohir. Dikemudian hari pencak silat yang dirintis Kyai Busyro Syuhada menjadi cikal bakal perguruan silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Suatu hari, Sudirman berkunjung ke pesantren Kyai Busyro di Banjarnegara. Dia bermaksud silaturrahmi. Saat itu Sudirman masih menjalankan pekerjaan sebagai guru di Cilacap. Pada pertemuan itu, tiba-tiba saja Kyai Busyro menangkap suatu firasat saat berhadapan dengan Sudirman.
“Kyai Busyro menyarankan agar Sudirman tinggal sementara waktu di pesantren. Dia ingin agar Sudirman mau menjadi muridnya. Kyai Busyro tidak menjelaskan alasan sesungguhnya,” ujar H. Abdul Malik.
Tentu saja Sudirman terkejut mendengar saran Kyai Busyro Syuhada. Tetapi dia menyambut dengan antusias. Bagaimanapun juga, saran dan nasehat seorang ulama tentu baik dan pasti ada alasan-alasan khusus yang tidak dapat diungkapkan.
Selanjutnya Sudirman nyantri di pesantren asuhan Kyai Busyro Syuhada. Saat itu usia Sudirman sekitar 25 tahun. Selama menjadi santri, Sudirman diperlakukan khusus oleh Kyai Busyro. Bahkan terkesan diistimewakan. Semua keperluan Sudirman menyangkut urusan apa saja, termasuk urusan makan dan minum selalu disiapkan.
Kyai Busyro sengaja menyediakan seorang pelayan khusus untuk murid spesialnya itu. Pelayan itu masih keponakan Kyai Busyro sendiri yang bernama Amrullah. Saat itu usia Amrullah lebih muda 5 tahun dibandingkan Sudirman. Amrullah adalah ayah kandung Abdul Malik.
“Ayah saya menceritakan seputar bagaimana Kyai Busyro menggembleng Sudirman. Di lingkungan keluarga besar kami, kisah ini sebenarnya sudah umum diketahui,”kata Abdul Malik.
Menurutnya, gemblengan terhadap Sudirman sepintas memiliki kemiripan pola didikan silat dalam film Mandarin, seperti: Shaolin Temple. Murid dilatih ilmu silat dan juga disuruh melakukan olahraga yang menguras fisik.
Namun demikian, Sudirman diharuskan berpuasa dan saat tengah malam melakukan shalat sunnah secara rutin.
“Bagaimana sebenarnya bentuk didikan secara fisik?” Tanya saya.
“Salah satu cerita yang pernah saya dengar, meskipun dalam keadaan berpuasa, Sudirman diperintahkan melakukan pekerjaan keras memotong beberapa pohon yang ada di dekat pesantren. Batang-batang pohon itu kemudian diseretnya. Lalu dimasukkan ke dalam kolam atau empang. Pekerjaan itu dilakukan sendirian tanpa dibantu siapapun. Setelah matahari terbenam, batang pohon itu harus dikeluarkan lagi dari kolam,” Jawab Abdul Malik.
Abdul Malik menambahkan, saat Sudirman berbuka puasa dan sahur, Amrullah bertugas menyediakan makanan dan minuman.
Di samping itu, Kyai Busyro juga memberi amalan zikir atau hizib khusus kepada Sudirman untuk dibaca setiap harinya. Secara hampir bersamaan, hizib ini juga diamalkan Amrullah (kelak Amrullah menjadi ulama di Wonosobo, Jawa Tengah).
Pada tahun 1942, Kyai Busyro meninggal dunia. Melihat kenyataan itu, Sudirman memutuskan kembali ke kampung halamannya di Purbalingga. Namun tidak berapa lama kemudian balatentara Jepang mulai menjajah Indonesia.
Seolah sudah menjadi takdirnya, Sudirman segera mengikuti pendidikan militer di Bogor bergabung dengan tentara PETA (Pembela Tanah Air).
Begitu tamat pendidikan, Sudirman menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Sesudah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) terbentuk, Sudirman diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas.
Pada puncaknya, Sudirman menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI pertama dan termuda) hingga beliau wafat pada 29 Januari 1950.
“Apa yang saya katakan tadi hanya sepenggal cerita saja. Sebenarnya kisah gemblengan Kyai Busyro kepada Sudirman cukup banyak. Tetapi intinya, Sudirman mendapat bimbingan khusus dari seorang ulama pada masanya. Inilah yang membuatnya berhasil menjadi pemimpin,” ujar Abdul Malik.
Kisah Gaib
Pada saat Sudirman bergerilya, banyak kisah-kisah mistis seputar perjuangannya. Dikisahkan, musuh selalu gagal memburunya. Bahkan Sudirman pernah luput dari tangan musuh yang hanya berjarak sekitar 10-20 meter. Andaikata saat itu penyakitnya kambuh dan membuatnya batuk-batuk, pastilah musuh akan mendengar dan menangkapnya.
Tetapi atas Kebesaran Tuhan, pada detik yang genting itu penyakitnya tidak kambuh. Sungguh aneh tidak ada satupun musuh yang melihat Sudirman bersembunyi diantara rumput alang-alang yang pendek.
Di sisi lain, wibawa dan kharisma Sudirman terpancar kuat dari ekspresi wajah dan tubuhnya. Meskipun saat itu tubuhnya kurus, lemah dan harus ditandu, tetapi seluruh jajaran angkatan perang patuh di bawah komandonya. Semua ini merupakan hasil disiplin yang diperoleh dari gurunya.
Sejarah juga mencatat, saat ibukota Republik yang berada di Yogyakarta direbut Belanda, Presiden dan Wakil Presiden ditawan. Dikisahkan, ketika itu Sukarno sempat menyuruh Sudirman meletakkan senjata, tetapi Sudirman menolak dan memutuskan bergerilya. Sungguh suatu sikap berani yang ditunjukkan Sudirman. Dia melawan atasan untuk tujuan yang jauh lebih mulia.
Demikian sekelumit kisah perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman. Kita patut menghormati dan meneladaninya.