Kamis, 17 Mei 2012

TUGAS POKOK PEMIMPIN

Di setiap komunitas selalu ada pemimpinnya. Peran pemimpin beraneka ragam, di antaranya adalah sebagai penggerak, motivator, inspirator, penunjuk arah, menyatukan, pelindung, pengayom, penolong, pembagi kasih sayang, mencukupi serta mensejahterakan, dan seterusnya. Tugas pemimpin, dengan demikian memang banyak dan berat. Semua peran itu akan dipertanggung-jawabkan, baik di hadapan manusia yang dipimpinnya maupun di hadapan Tuhan kelak.

Sebagai penggerak dan motivator, maka pemimpin harus menjadikan semua orang yang dipimpinnya hidup. Jiwa, pikiran, dan semangat dari semua orang yang dipimpin menjadi hidup dan berkembang. Mereka yang sebelumnya berputus asa, tidak percaya diri, dan bahkan juga apaptis terhadap nasip dan masa depannya berubah mewnjadi percaya diri, optimis, memiliki harapan dan percaya bahwa nasip mereka akan bisa berubah menjadi lebih baik.

Untuk menggerakkan bagi semua yang dipimpinnya, seorang pemimpin membutuhkan kemampuan berkomunikasi untuk menyampaikan ide dan atau gagasannya. Pemimpin harus bertabligh kepada seluruh yang dipimpinnya. Berbeda dengan dulu, tugas ini sulit dilakukan, maka pada saat sekarang sangat mudah. Sarana berkomunikasi sudah sedemikian banyak dan canggih. Asalkan memiliki ide dan gagasan dan juga kemauan, pada setiap saat pemimpin bisa berkomunikasi dengan semua yang dipimpinnya.

Selain itu, untuk menggerakkan dan memotivasi orang, pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas. Visi dan misi itu harus dirumuskan menjadi tema-tema yang jelas, jargon, semboyan, dan bahkan kalau perlu lagu atau nyanyian. Kita ingat, dulu Presiden Ir.Soekarno pintar sekali membuat kata, kalimat, atau semboyan-semboyan, hingga menjadikan jiwa rakyatnya hidup. Kalimat-kalimat yang keluar dari presiden pertama bangsa ini mampu menghidupkan dan juga menggerakkan hati rakyat. Misalnya, ia mengatakan bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa tempe, tidak perlu bantuan PBB. Semboyan yang berbunyi rawe-rawe rantas, malang-malang putung, mampu menghidupkan dan menggerakkan semangat, apalagi terhadap anak-anak muda.

Kita pernah memiliki pemimpin yang mampu menggerakkan jiwa rakyatnya. Dengan cara itu, bangsa ini sekalipun masih miskin tetapi tidak merasa miskin. Sekalipun masih kecil, belum memiliki banyak universitas, sarana dan prasarana kehidupan masih ala kadarnya, tetapi sudah merasa besar dan percaya diri. Sekalipun masih serba berkekurangan tetapi merasa bangga dengan menjadi bangsa Indonesia. Rakyat merasa merdeka dan bangga dengan kemerdekaannya itu.

Mungkin cara itu dipandang kurang tepat, sehingga pemimpin berikutnya mengambil strategi lain, yaitu ingin lebih mensejahterakan dari aspek yang lebih nyata, yaitu dengan membangun ekonominya. Jika pemimpin sebelumnya terasakan lebih menggerakkan jiwanya, maka pemimpin selanjutnya terasa lebih terfokus pada upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Pada setiap pidato, Ir Soekarno tanpa menggunakan teks, disampaikan dengan berapi-api. Berbeda dengan itu, pemimpin setelahnya, setiap pidato selalu menggunakan teks, dengan membaca apa saja yang telah dipersiapkan sebelumnya. Terasa benar mendengarkan pidato tanpa teks yang berapi-api tetapi jelas dengan mendengarkan pidato dengan pakai teks.

Ternyata setiap pemimpin memiliki gaya dan caranya masing-masing yang selalu berbeda antara satu dengan lainnya. Mungkin maksud dari semua pemimpin itu sama, yaitu mensejahterakan rakyat, tetapi jalan yang ditempuhnya berbeda-beda. Setiap pemimpin dituntut memiliki kemampuan untuk menggerakkan dan memotovasi terhadap seluruh yang dipimpinnya. Menggerakkan dan meotovasi orang bisa dilakukan dengan menggunakan kata-kata, kalimat-kalimat, gagasan, ide, dan semboyan-semboyan. Akan tetapi selain itu, menggerakkan orang banyak memang juga bisa dilakukan dengan menggunakan uang, materi, atau peraturan-peraturan. Masing-masing strategi atau cara, tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Menggerakkan orang dengan uang dan juga peraturan, jika kurang tepat atau salah mengatur, akan melahirkan jiwa korup dan munafik. Saya kurang tahu persis, ------perlu diteliti, apakah korupsi yang sedemikian menggila di negeri ini sesungguhnya sebagai akibat saja dari kepemimpinan yang hanya menggunakan pendekatan uang dan peraturan. Jika betul demikian, sayang sekali banyak orang masuk penjara, hanya sebagai akibat dari para pemimpinnya kurang tepat dalam menggunakan strategi besar kepemimpinannya.

Peran pemimpin selanjutnya adalah sebagai sumber inspirasi. Oleh karena itu pemimpin harus cerdas dan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Pemimpin harus kaya ide, mimpi-mimpi, khayalan-khayalan, gambaran ideal ke depan tentang bentuk bangunan masyarakat yang dicita-citakan. Bagi bangsa Indonesia, sesungguhnya cita-cita besar itu sudah dirumuskan oleh para pendiri negara dan bangsa ini. Bangsa Indonesia, menurut rumusan para pendirinya, akan dibangun menjadi bangsa yang ber-Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, berdasarkan UUD 1945. Akan tetapi, konsep dasar itu secara operasional masih perlu dirumuskan dan juga dikembangkan secara terus menerus hingga tergambar jelas bentuk kongkritnya. Pemimpin bangsa harus memiliki khayalan-khayalan, cita-cita, mimpi-mimpi atau gambaran kongkrit tentang bentuk masyarakat yang dipandang ideal itu semua.

Saya seringkali dihadapkan oleh pertanyaan, bagaimana agar seseorang pemimpin menjadi kaya inspirasi, kaya ide, khayalan-khayalan dan cita-cita. Biasanya, saya menjawab seenaknya. Saya selalu mengatakan bahwa kualitas seseorang sesungguhnya hanya tergantung pada dua hal, yaitu siapa pergaulannya dan apa buku bacaannya. Orang yang bergaul secara terbatas maka ide, gagasan dan cita-citanya juga terbatas. Orang desa yang komunikasinya terbatas, berbeda dengan orang yang hidup di perkotaan, apalagi di kota besar dan bergaul secara luas. Orang yang memiliki pergaulan luas biasanya juga akan memiliki ide besar, gagasan besar dan cita-cita besar.

Begitu pula, selain itu, orang yang berkeinginan mampu merumuskan gagasan besar, ide besar dan cita-cita besar harus memiliki bacaan yang berkualitas tinggi. Tidak akan mungkin orang yang bacaannya sederhana, terbatas dan apalagi kualitasnya rendah mampu merumuskan cita-cita besar. Orang yang tidak pernah mau dan mampu membaca, maka tidak akan memiliki khayalan-khayalan atau ide-ide besar. Atas dasar pandangan ini, maka pemimpin harus mampu menempatkan diri pada pergaulan yang tepat dan benar. Seorang pemimpin harus mau dan mampu bergaul dengan sumber-sumber inpirasi itu. Semakin hebat pergaulan dan bacaannya maka seorang pemimpin juga akan menjadi semakin hebat, sehingga bisa menjalankan kepemimpinannya secara hebat pula.

Pertanyaan selanjutnya adalah, lantas siapa sesungguhnya yang seharusnya dipergauli oleh sang pemimpin, apalagi pemimpin bangsa yang besar seperti bangsa Indonesia ini. Jawaban yang saya rasa gampang adalah, pergauli sajalah Dzat Yang Maha Kreatif, Maha Besar, Maha Tahu, Maha Bijaksana dan Penyandang sifat-sifat mulia lainnya. Mempergauli Dzat Yang Maha Pencipta tidak sulit dilakukan, yaitu dengan cara bangun malam untuk qiyamullail, segera bangkit setelah mendengar adzan di waktu subuh, bersama keluarga mendatangi suara adzan itu, selalu mendirikan sholat berjamaáh di setiap waktu sholat dan hal itu dilakukan secara istiqomah. Dengan cara itu maka artinya bahwa sang pemimpin memiliki pergaulan tetap dengan Dzat Yang Maha Tahu, Maha Mulia, Maha Adil, Maha Luas, Maha Tinggi dan segenap sifat-sifatnya yang mulia itu.

Pergaulan dengan Dzat Yang Maha Mulia itu, bagi seorang pemimpin juga harus disempurnakan dengan bacaan yang tepat, yaitu kitab yang pasti benarnya. Sedangkan yang saya maksud dengan kitab yang pasti benarnya itu, adalah kitab yang dikirim langsung oleh Allah swt., secara bertahap, yang diterimakan kepada Rasulnya, Muhammad saw., melalui malaikat Jibril, yaitu kitab al Qurán. Pemimpin harus secara istiqomah membaca kitab suci ini. Boleh saja, dan memang perlu membaca buku-buku dan informasi lainnya, tetapi jangan dilupakan membaca kitab suci ini. Sedangkan jika melengkapinya dengan membaca buku-buku lain, juga sesungguhnya harus diniatkan untuk membaca kitab Allah, yaitu berupa ayat-ayat kanuniyah. Bagi seorang pemimpin selalu dituntut membaca ayat-ayat quliyah dan kauniyah sekaligus. Akhirnya, jika pergaulan dan bahan bacaannya tepat, insya Allah pemimpin yang seharusnya kaya inspirasi, kaya ide, kaya gagasan dan khayalan-khayalan akan terpenuhi.

Pada hari ini insya Allah, Presiden dan Wakil Presiden terpilih bangsa ini akan dilantik. Kita tentu patut bergembira dan bersyukur atas pelatikan itu. Kita mendoakan agar keduanya selalu mendapatkan pertolongan, perlindungan, rakhmat dan petunjuk dari Allah. Kita juga berdoa semoga keduanya mampu bergaul dengan Dzat Maha Tahu, Maha Pencipta, Maha Benar melalui kegiatan ritual sehari-hari dan juga selalu membaca kitab suci yang dikirim langsung kepada RasulNya, ialah al Qurán. Sehingga, baik pergaulan dan bacaan para pemimpin bangsa ini benar-benar tepat. Wallahu a’lam. (bersambung pada tulisan yang akan datang).

Rabu, 16 Mei 2012

Tapak Suci UMY Raih Runner Up di UNAIR CUP

UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berhasil membawa pulang medali Runner Up (Juara II) di Kompetisi UNAIR CUP, Surabaya. Tim Tapak Suci yang diwakili oleh Akbar Abdul Ghafar (Ilmu Ekonomi 2010) dan Wisnu Sapto Nugroho (Pertanian 2009) ini mengikuti jenis pertandingan “Fight”, yakni bertarung dengan sistem gugur dalam Invitasi Pencak Silat Tapak Suci Se-Jawa dan Sumatera 2012. Wisnu Sapto Nugroho berhasil menjadi Runner Up setelah tiga kali bertanding m elawan UAD (2 kali) dan STAI Lukman Hakim.

Seperti disebutkan Wisnu Sapto Nugroho pada Rabu (16/5) saat ditemui di Kampus Terpadu UMY, dirinya dan tim Tapak Suci UMY berangkat ke Surabaya pada tanggal 4 Mei untuk mengikuti jalannya acara sampai dengan tanggal 13 Mei 2012. Selama kurang lebih 9 hari, tim Tapak Suci UMY mengikuti rangkaian pertandingan yang melibatkan sekitar 800 orang peserta, mulai SD (Sekolah Dasar) hingga mahasiswa. “Untuk pertandingan mahasiswa, diikuti oleh 22 Universitas Se-Indonesia. Kami mengikuti pertandingan “Fight”, bertarung di matras dengan sistem gugur. Jenis pertandingannya ada dua, “Fight” dan “Seni”. Kalau yang “Seni”, lebih menekankan pada rangkaian jurus yang digunakan,” ujar mahasiswa kelahiran Banjarnegara, 21 Juli 1991 ini.

Walau pun membanggakan, Wisnu sebenarnya menginginkan untuk menjadi Juara Pertama. Namun demikian, banyak hal dapat dijadikan pembelajaran baginya. “Dilihat dari jam terbang kami, khususnya saya, masih kurang. Persiapan mengikuti pertandingan pun masih sangat kurang. Sehingga setelah mengikuti lomba ini, saya dapat membagi pengalaman saya kepada teman-teman di UKM Tapak Suci UMY, untuk lebih rajin berlatih. Latihan rutin itu wajib, selain itu juga harus sering try out keluar untuk semakin meningkatkan kemampuan,” tegas mahasiswa yang menargetkan untuk lebih baik lagi di pertandingan selanjutnya ini. Rekan satu tim Wisnu, Akbar Abdul Ghafar, bertanding hingga perempat final, namun kemudian gugur di perempat final tersebut.

Senin, 14 Mei 2012

SEKOLAH PENULIS

SEKOLAH PENULIS

Coba pikirkan pernyataan berikut ini, ”Dalam momen tertentu kehidupan kita, kemampuan mengungkapkan gagasan menjadi tulisan yang bisa dimengerti oleh orang lain, boleh jadi akan menentukan sejarah hidup kita selanjutnya.” Apakah pernyataan semacam itu bisa dianggap benar? Dan apakah setiap orang pernah mengalami suatu momentum di mana karya tulisnya memberikan dampak begitu besar?

Saya tidak tahu jawabnya. Namun, belakangan ini seorang perempuan muda bernama Eni Kusuma tengah mengalami apa yang saya sebut sebagai ”transformasi citra diri” lewat karyanya yang bertajuk ANDA LUAR BIASA!!! (Fivestar, 2007). Saya juga sempat menyaksikan bagaimana sebuah tumpukan naskah yang semula telah dianggap tak bernilai, kemudian mengubah pilihan-pilihan hidup seorang Edy Zaqeus, lewat buku kontroversinya KALAU MAU KAYA NGAPAIN SEKOLAH! (Gradien, 2004), yang mengalami cetak ulang belasan kali dan memberinya cukup modal untuk memulai sebuah penerbitan independen.

Saya pribadi memang mengalami banyak peristiwa yang bertalian dengan karya tulis. Lewat tulisan saya menumbuhkan citra diri sebagai orang yang berhasil ketika masih berusia remaja. Karya tulis ketika mahasiswa memberi saya nama dan nafkah, yang bahkan kemudian membawa saya ke dunia bisnis. Sulit sekali membayangkan kehidupan saya saat ini jika saya tidak belajar mengungkapkan gagasan melalui tulisan sejak usia belia dulu. Dalam banyak momen kehidupan saya, menulis tidak saja menjadi semacam terapi penghilang stres, tetapi juga memberikan nafkah lahiriah, memberikan nama baik, mendatangkan rasa hormat dan kagum, memperteguh tali silahturahmi, mendatangkan sejumlah sahabat baru, dan entah apalagi.

Bagi mereka yang sempat belajar di perguruan tinggi, sebagian besar tentu pernah menulis skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan. Pada momen itu, kemampuan menulis menentukan arah hidup. Sementara dalam dunia bisnis sehari-hari, sebuah sandek (sms), sebuah memo, sebuah surel (email), sebuah proposal atau sebuah makalah, ada kalanya akan menentukan masa depan dan karier seseorang. Dengan kata lain, kutipan pernyataan di awal tulisan ini, sekurang-kurangnya mengandung kebenaran dan dialami sejumlah orang.

Sejak tahun 2006 silam, saya pribadi mendapat kehormatan untuk memberikan pelatihan WRITING SKILLS di lingkungan Bank BCA. Pelatihan ini dimaksudkan untuk menolong pegawai yang akan naik jenjang karier dalam menyusun makalah berisi usulan perbaikan mengenai proses bisnis tertentu di departemennya. Makalah yang disusun menentukan sekitar 30 persen dari syarat kelulusan untuk naik ke jenjang karier
Ketika artikel pendek ini disusun, saya sendiri masih dalam tahap negosiasi untuk memberikan pelatihan WRITING SKILLS untuk kawan-kawan yang berkarier di Bank Mandiri. Dari informasi kawan yang menghubungi saya, pelatihan ini juga baru mulai dimasukkan ke dalam agenda pelatihan reguler karena dianggap penting.

Dalam berbagai kesempatan lain, saya juga berulang kali mendengar cetusan keinginan kawan-kawan di posisi manajer dan eksekutif perusahaan terkemuka di negeri ini, yang menaruh minat untuk bisa ”belajar menulis”. Mereka merasakan kebutuhannya, tetapi tidak memperoleh kesempatan untuk mengalami pelatihan WRITING SKILLS yang bernuansa bisnis, bukan pelatihan jurnalistik untuk calon-calon wartawan/wati. Apakah mereka melihat ada momentum dimana karya tulis mereka akan menentukan arah hidup berikutnya? Saya tidak tahu.

Yang jelas, pengamatan sekilas dan pengalaman pribadi tersebut di atas telah mendorong saya untuk mengajak sejumlah kawan mendirikan SEKOLAH PENULIS PEMBELAJAR. Sebuah sekolah tanpa dinding yang memfokuskan diri untuk mengajarkan WRITING SKILLS dalam berbagai macam konteks. Dan sebagai langkah awal kita mencoba untuk membantu kawan-kawan manajer dan eksekutif yang menaruh minat, tetapi selama ini tidak mendapatkan layanan yang tepat untuk meningkatkan keterampilannya dalam soal tulis menulis.

SEKOLAH PENULIS PEMBELAJAR (selanjutnya disingkat SPP), seperti mudah ditebak, merupakan kumpulan orang-orang yang selama ini terlibat dalam jaringan www.pembelajar.com yang saya mulai 14 Februari 2001 silam. Dengan pengalaman yang relatif menyentuh hampir semua aspek dalam industri berbasiskan karya tulis, SPP sebenarnya siap mendampingi siapa saja yang serius ingin belajar menulis. Perpaduan antara penulis-penulis buku laris, pelatih-pelatih jurnalistik yang berpengalaman, dan jaringan penyunting, ghost writer, sampai penerbit yang independen maupun yang sudah beken, membuat layanan SPP tampil unik dan holistik. Dan karenanya saya sungguh berharap komunitas ini akan eksis dan tumbuh menjadi komunitas penulis yang menunjukkan watak khasnya sebagai pembelajar sejati di sekolah kehidupan Indonesia.

Mari belajar menulis, belajar mengarang. Mari belajar mengekspresikan gagasan-gagasan yang cemerlang agar membuka peluang untuk karier yang lebih baik, membuka kesempatan untuk tampil secara berbeda, mempersiapkan warisan yang melampaui usia, membuka pintu-pintu kemungkinan dalam berbagai konteks kehidupan yang mengagumkan ini. Mari

Minggu, 29 April 2012

Kenali Penyakit Pada Organisasi

Kata Cohen dan Cohen (1993), ada dua kelompok penyakit psikologis perusahaan:

Kelompok pertama adalah penyakit psikosis (psychoses), yakni jenis penyakit psikologis yang menyebabkan penderitanya kehilangan kemampuan memahami realitas. Bila perusahaan menderita jenis penyakit ini, perusahaan sering memiliki persepsi yang salah tentang realita lingkungan bisnis yang mengitarinya. Oleh karenanya, dapat membuat inferensi yang salah terdapat pokok-pokok persoalan strategis yang dihadapi. Hal demikian tak hanya terjadi ketika signal lingkungan bisnis amat lemah, akan tetapi juga dapat terjadi ketika lingkungan bisnis telah memberikan signal yang nyata dan jelas. Termasuk dalam penyakit jenis ini adalah : perilaku mania (manic behavior), depresi mania (manic depression), sizoprenia (schizophrenia) dan paranoid.

Kelompok ke dua disebut neurosis (neuroses), yakni ketidakstabilan emosi. Sekalipun penderitanya tidak sampai kehilangan kontak dengan realitas, akan tetapi tidak mampu memahami realitas yang berlangsung. Indikasinya, perusahaan menunjukkan perilaku cemas, takut dan tidak rasional, lebih banyak bersikap reaktif dan tak mampu sama sekali bersikap proaktiv. Perusahaan cenderung memberi nilai pada aspek negatif yang berlebihan dibanding pada aspek positif terhadap peluang, tantangan, ancaman bisnis yang dihadapinya. Termasuk penyakit jenis ini antara lain perilaku neurotik (neurotic behavior), depresi (depression), intoksikasi (intoxication), obsesi kompulsi (obsessive compulsion) dan sindrom pasca trauma (post trauma syndrome).

Apabila perusahaan menderita penyakit psikologis secara kronis, bisa jadi perusahaan gagal mengembangkan keunggulan bersaing. Dalam keadaan yang demikian keunggulan bersaing yang dimiliki akan terus menerus mengalami penurunan (competitive sclerosis). (Gilad 1995)
Ujung-ujungnya, ia tidak mampu bersaing. Perusahaan tak lagi dapat menjalankan fungsi bisnisnya, yang disebut sebagai negaholik (corporate negaholic) oleh Carter-Scott (1991).

AKIBAT penyakit psikologik adalah :
a. rusaknya moral pegawai,
b. menurunnya produktivitas,
c. rendahnya kwalitas produk,
d. rendahnya mutu pelayanan konsumen,
e. frustrasi dan rusaknya karir pegawai,
f. praktik strategi bisnis yang tidak rasional dan memudarnya kepemimpinan.

1. Perilaku Mania
Memiliki kepercayaan diri yang berlebihan dan dipenuhi dengan rasa antusias yang tinggi yang pada gilirannya dapat menyebabkan sangat kecilnya peran logika dan prinsip bisnis dalam pengambilan keputusan. Perusahaan merasa memiliki kemampuan yang tak tertandingi. Oleh karenanya, perhatian ditujukan kepada perumusan rencana dan strategi bisnis yang berskala besar. Kadang manajemen menetapkan target bisnis yang amat tinggi, yang jika dievaluasi secara rasional berada jauh dari kemampuan yang selama ini dimiliki.

2. Depresi mania :
Jika digunakan metafora sebagai penjelas, maka organisasi yang menderita penyakit mania, selalu berada pada tangga nada suara yang tinggi secara terus menerus. Berbeda dengan depresi mania, organisasi yang sedang menderita penyakit ini, kadang berada pada tangga nada yang amat tinggi, namun di saat yang lain, secara mendadak berada pada tangga nada yang paling rendah. Berpindah-pindah pada dua titik ekstrim.
Lebih dari itu, proses tersebut terjadi berulang-ulang dan berkepanjangan. Ketika pada masa mania, organisasi berada pada moda yang antusias, memiliki kepercayaan yang berlebihan, namun jika berada pada moda depresi, organisasi secara mendadak kehilangan energi dan semangat sehingga organisasi hanya memiliki sifat yang apathis.

3. Sizophrenia:
Organisasi yang menderita penyakit ini, ditandai oleh perilaku manajerial yang tidak terorganisir (disorganized), diliputi suasana kebingungan, dan dengan demikian bersuasana chaos (kacau balau). Tak ditemukan perumusan dan implementasi strategi yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Oleh karenanya tak heran jika banyak perilaku organisasi yang tak dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan tak dapat diduga. Satu departemen tertentu amat sering tidak mengetahui apa yang sedang terjadi/sedang dikerjakan oleh departemen lain dan (tidak merasakan ) keterkaitan antara departemen. Sering juga ditandai dengan sikap overactive, akan tetapi tak terarahkan pada suatu target tertentu.
Beda mania dengan sizophrenia adalah bila pada mania secara pokok memiliki visi, misi dan target yang sangat ambisius dan tak realistis, maka pada sizophrenia terletak pada tidak adanya visi, misi, tujuan dan strategi bersaing yang jelas dan logis. tak ada rumusan kebijaksanaan. Kalaulah ada hampir bisa dipastikan tidak koheren (runtut) dan tidak komprehensif. Oleh karena itu, suasana kerja diliputi ketegangan dan dengan tingkat stress yang tinggi. Dalam aktivitas sehari-hari, orang tidak memahami apa yang diharapkan akan dicapai oleh dirinya sendiri, yang pada gilirannya berakhir pada munculnya rasa khawatir (tidak aman) yang berlebihan.

4. Paranoid:
Organisasi yang menderita penyakit ini ditandai oleh rasa tidak percaya pada siapapun yang berada di dalam atau di luar organisasi. Organisasi memperlakukan siapa saja, termasuk pegawai dengan sikap curiga yang berlebihan. Mereka dilihat sebagai ancaman yang diperkirakan akan mencoba mengambil (mencuri) keunggulan bersaing yang dimiliki organisasi. Oleh karenanya tak jarang, lingkungan kerja menjadi tak bersahabat dan berkembang subur sikap saling curiga.

5. Neurotik:
Penyakit ini ditandai rasa takut yang berlebihan. Jelasnya, organisasi memiliki sifat sebagai penakut. Gejala yang terlihat adalah adanya kekhawatiran atau ketakutan akan ketidakmampuan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Orang-orang dalam organisasi cenderung memutuskan dan memulai aktivitas dengan menggunakan waktu, dana dan tenaga yang lebih ditujukan untuk menghindari kegagalan dibanding tujuan tuk memperoleh keberhasilannya.

6. Depresi:
Indikasinya adalah kapasitas organisasi terus menerus mengalami penurunan. Pemilik, manajer, dan karyawan yang terlibat di dalamnya bersikap apathis. Mereka tak peduli dengan masa depan organisasi karena mereka tak merasa memiliki kekuatan untuk berbuat sesuatu. Mereka tak memiliki gairah bekerja dan lebih dari itu tak memiliki komitmen. Mereka tak memiliki kemampuan untuk melakukan mobilisasi sumber daya dan dana untuk mencapai misi dan tujuan organisasi. Lebih tragis lagi, ketidakmampuan tersebut justru menjadi pendorong tingginya intensitas depresi yang diderita.

7. Intoksikasi:
Perilaku dalam organisasi persis seperti orang yang kecanduan alkohol atau obat terlarang, persis seperti perilaku orang mabuk. Sekalipun paham bahwa penyakit tersebut memberikan efek negatif, akan tetapi organisasi biasanya tak dapat menerima kenyataan bahwa dirinya sedang menderita penyakit intoksikasi. Oleh karena itu organisasi tidak memiliki keinginan atau bahkan tak mampu mendeteksi penyakit yang sedang diderita. Akibatnya organisasi cenderung menolak tantangan. Organisasi menutup mata dan telinga untuk menangkap signal bisnis, baik yang datang dari internal maupun eksternal. Cepat atau lambat, organisasi akan terjerumus ke dalam jurang kegagalan.

8. Obsesi kompulsi:
Penyakit ini ditandai dengan adanya keinginan yang kuat untuk mengerjakan segala sesuatu secara sempurna. Tak ada kata hanya sekedar baik atau cukup, apalagi minimalis. Akibatnya, organisasi tak mampu sedikitpun memeberikan toleransi terhadap sekecil apapun kesalahan yang terjadi, yang pada gilirannya dapat memberikan dorongan untuk memberikan hukuman kepada mereka yang berbuat kesalahan.

9. Syndrom pasca trauma:
Penyakit ini berupa ketidakstabilan emosional yang terjadi setelah seseorang mengalami pengalaman yang traumatis yang sulit dilupakan karena kesalahan antisipasi yang dibuat terhadap peristiwa yang dinilai memiliki pengaruh berkepanjangan dan signifikan tersebut.
Organisasi dapat mengalami sakit jenis ini setelah ia mengalami peristiwa yang traumatis, misalkan sebagai akibat pengambilan secara paksa (take over), kekalahan kontrak, reorganisasi besar-besaran, rekayasa ulang organisasi, kematian pemilik, kekalahan di pengadilan, perubahan lingkungan bisnis.
Bentuk riil penyakit ini berupa hilangnya orientasi organisasi (disorientasi), yang biasanya ditandai dengan ketidakajegan (inkonsistensi) kebijakan pokok organisasi.Gejala yang muncul misalnya berupa keterkejutan yang berlebihan (shock), perilaku yang tidak konsisten, diingat-ingatnya dan dipertimbangkannya secara terus menerus kegagalan masa lalu dalam pengambilan keputusan strategis, dan adanya konflik perencanaan dan eksekusi kebijaksanaan dengan kebutuhan riil yang mendesak.

Selasa, 24 April 2012

Atlit Tapak Suci UMY ke unair mei 2012 mendatang

setelah beberapa pekan latihan rutin, beberapa calon  atlit sudah antusias mengikuti latihan dengan giatnya, meski calon atlit lainnya sering berhalangan, selama latihan mereka selalu di ajarkan tehknik dan segala macam hal mengenai beladiri sampai sparring sesama anggota sebagai uji kemampuan dan keberanian seorang calon atlit menjadi atlit sejati.

kemarin ada pengumuman bahwa pada hari selasa tanggal 25 april 2012 akan ada penentuan siapa yang lolos kriteria menjadi atlit di Invitasi Pencak Silat Tapak Suci Martial Art Competition Of Java “Airlangga Cup 2012 oleh kakak pelatih.

harapan pelatih untuk calon atlit yg nantinya ga terpilih agar tidak kecewa dan tetap semangat latihan, karena calon atlit yg ga lolos kriteria akan di persiapkan pada kejuaraan2 yang ada di kota yogyakarta ini maupun di kota2 lainnya.

adapun atlit yg di utus untuk ikut pada Invitasi Pencak Silat Tapak Suci Martial Art Competition Of Java “Airlangga Cup 2012 adalah mas Akbar dan mas wisnu

hasil akhir dari pertandingan ini adalah wisnu berhasil menjadi juara 2 dan mas akbar untuk kali ini belum mendapatkan juara.

Selasa, 17 April 2012

Jaket Tapak Suci UMY

Setelah melakukan voting beberapa waktu yang lalu dan berujung pada perundingan di lapangan, akhirnya desain jaket tapak suci umy sudah fix dan ga perlu di ubah ataupun di koreksi lagi, jaket ts umy ini dah  lengkap dengan logo ciri khas tapak suci umy, yang ada gambar kasegu nya berbentuk gambar bintang seperti pada gambar di lapangan bintang yang sering kita gunakan latihan rutin.

setelah desain nya sudah fix, tinggal mencari bahan2/jenis kain yang bagus, agar nantinya nyaman di pakai saat olahraga maupun saat bersantai,  bahan yang sementara di rencanakan yakni bahan taslan atau polyener  super.

untuk detail desainnya bisa dilihat pada gambar di bawah:



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

jaket ts fix.jpg

jaket di desain oleh mas zubair

logo tapak suci di desain ulang oleh rozik farhan

Jumat, 13 April 2012

Lahirnya Senjata KOSEGU

Perguruan Cikauman banyak melahirkan pendekar-pendekar yang tangguh, seperti misalnya M.Djuraimi pada generasi pertama. Dari Paguron Cikauman ini pula kemudian lahir Paguron Seranoman (Kauman sebelah Utara), yang didirikan oleh M. Syamsuddin, pada generasi ke-2. Pada generasi ke-3, tampil M.Zahid, pendekar yang dikenal cemerlang akalnya. Generasi berikutnya, tercatat Moh.Djamiat Dalhar, yang tidak asing lagi di dunia olahraga Indonesia sebagai macan bola yang belum ada tandingannya.



Pada generasi ini juga tampil Wasthon Sudjak dan M.Bakir Odrus. Pada generasi ke-5, Ibu Pertiwi mencatat nama dua puluh orang murid Kauman di bawah pimpinan KH.Burhan, yang semuanya adalah anggota Laskar Angkatan Perang Sabil (APS), yang gugur sebagai kusuma bangsa ketika perlawananan senjata melawan Belanda di belahan barat Yogyakarta. Kelak untuk mewarisi jiwa patriotik itu, TAPAK SUCI membentuk kelompok inti yang terdiri dari 20 orang anggota, yang diberi nama KOSEGU (Korps Serba Guna). Untuk kali pertama KOSEGU secara aktif membantu penumpasan gerakan komunis di sekitar tahun 60-an di Yogyakarta.



Paguron Cikauman, yang dilanjutkan dengan Perguruan Seranoman, untuk selanjutnya kemudian melahirkan Paguron Kasegu, yang didirikan oleh M.Barie Irsjad, pada generasi ke-6. Sekalipun melahirkan paguron-paguron yang namanya berbeda, namun kesemua paguron itu berakar pada aliran pencak silat yang sama yaitu aliran Kauman-Banjaran, disamping kenyataan bahwa M.Barie Irsjad (Paguron Kasegu) memang berasal dari murid Seranoman, dan juga memang sebagai murid Cikauman.



Pada era Paguron Kasegu inilah, atau tepatnya pada bulan Janurari 1963, muncul gagasan untuk merealisasikan rencana mendirikan satu perguruan yang melebur serta melanjutkan paguron-paguron yang sealiran itu, yaitu satu perguruan yang berorientasi lebih luas, diorganisir dengan AD & ART, dengan materi latihan yang tersusun, teratur, dan memakai seragam. Gagasan ini disampaikan kepada Pendekar M.Wahib yang kemudian menyatakan bersedia untuk menilai ilmu yang akan diajarkan. Dengan dasar itulah, dan dengan pengertian dan maksud agar ada satu wadah yang menyatukan sehingga tidak selalu melahirkan paguron yang baru, Pendekar Besar A.Dimyati dan M.Wahib merestui bahwa Perguruan TAPAK SUCI adalah sebagai kelangsungan dari Paguron Kauman yang didirikan pada tahun 1925 dan berpusat di Kauman,Yogyakarta.  Pada tahun 1963, murid-murid dari masing-masing paguron inilah yang bahu membahu mempersiapkan kelahiran TAPAK SUCI. Paguron TAPAK SUCI merupakan adalah amanat dari Pendekar-pendekar Cikauman (Kauman-Banjaran) kepada generasi penerus bangsa untuk dipelihara, dibina, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya pada jalan kebenaran.