Rabu, 08 Maret 2006

SEJARAH 10 PERGURUAN IPSI

Pasca penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Republik Indonesia (dulu masih bernama RIS-Republik Indonesia Serikat) tanggal 27 Desember 1949, pusat Pemerintahan Republik Indonesia berpindah tempat dari Yogykarta kembali ke Jakarta. Sebelumnya, selama empat tahun Yogyakarta pernah menjadi ibukota Republik Indonesia, yaitu resminya sejak 4 Januari 1946 sampai 27 Desember 1949. Perpindahan pusat pemerintahan tersebut diikuti dengan perpindahan kantor kementerian, dan kantor-kantor atau instansi milik pemerintah.





Demikan pula pada tahun 1950 Pengurus Besar IPSI secara de facto juga berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta, sekalipun tidak semua anggota pengurus-pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia dapat ikut pindah ke Jakarta. Waktu itu IPSI baru 2 tahun berdiri, yaitu sejak didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, oleh Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia, yang menetapkan Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua PB.IPSI.

Saat IPSI berdiri, Republik Indonesia sedang dalam masa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan memantapkan kedaulatan Republik Indonesia, yang harus ditempuh melalui perjuangan baik secara fisik maupun diplomasi. Kondisi ini juga mengakibatkan IPSI yang masih berusia muda harus mengkonsentrasikan pengabdiannya kepada perjuangan kemerdekaan, sehingga kondisi manajerial dan operasional IPSI kala itu mau tidak mau mengalami penyusutan.Di sisi lain, Pemerintah Pusat RI kala juga sedang menghadapi pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) di beberapa daerah, termasuk di Jawa dan Lampung. Untuk menambah kekuatan dalam melawan DI/TII tersebut, Panglima Teritorium III waktu itu, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih, dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia), yang kala itu didirikan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat dalam menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I. Yogyakarta.Setidaknya dalam kondisi tersebut timbulah dualisme dalam pembinaan dan pengendalian Pencak Silat di Indonesia, yaitu Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dengan konsentrasi lebih banyak dalam hal pembinaan pada aspek Olah Raga, sedangkan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukan (ibing Pencak Silat) dan Pencak Silat bela diri untuk melawan DI/TII. Selain dua organisasi, IPSI dan PPSI ini, juga terdapat beberapa organisasi lain seperti Bapensi, yang masing-masing berupaya merebut pengaruh sebagai induk pembinaan pencak silat di Indonesia.

Sementara itu IPSI harus berjuang keras agar pencak silat dapat masuk sebagai acara pertandingan di Pekan Olahraga Nasional. Hal serupa juga dilakukan oleh PPSI yang setiap menjelang PON juga berusaha untuk memasukkan pencak silatnya agar dapat ikut PON. Namun Pemerintah, yang pada tahun 1948 juga ikut berperan mendirikan IPSI, hanya mengenal IPSI sebagai induk organisasi pencak silat di Indonesia.

Kala itu induk organisasi olahraga yang ada adalah KOI (Komite Olimpiade Indonesia) diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat.Di tahun 1951, PORI melebur kedalam KOI. Tahun 1961 Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia menghadapi Asian Games IV di Jakarta. Kemudian di tahun 1962 Pemerintah untuk pertama kalinya membentuk Departemen Olahraga (Depora) dan mengangkat Maladi sebagai menteri olahraga. Selanjutnya di tahun 1964 Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), yang mana semua organisasi KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.

Pada tanggal 25 Desember 1965, IPSI ikut membentuk Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga, yang kemudian mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik, yang kemudian kelak pada 31 Desember 1966 KONI dibentuk dengan Ketua Umum Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Maka kala itu IPSI juga ikut memegang peranan penting dalam sejarah pembentukan KONI sehingga kelak menjadi induk organisasi olahraga di Indonesia.

Menjelang Kongres IV IPSI tahun 1973 beberapa tokoh Pencak Silat yang ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru, karena kondisi Mr. Wongsonegoro yang pada saat itu sudah tua sekali. Salah satu nama yang berhasil diusulkan adalah Brigjen.TNI Tjokropranolo (terakhir Letjen TNI) yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sekalipun kelak kemudian pada Kongres IV ini beliau terpilih sebagai Ketua Umum PB IPSI, namun jalan bagi Brigjen.TNI. Tjokropranolo tidaklah semudah yang dibayangkan. Masih banyak tugas dan tanggung jawab  PB IPSI yang kelak harus dihadapi dengan serius. Disamping itu PB IPSI pun perlu merumuskan jati dirinya secara lebih aktif, disamping merumuskan bagaimana mempertahankan eksistensi dan historis IPSI dalam langkah pembangunan nasional.






Karena itu kemudian Brigjen.TNI. Tjokropranolo dibantu oleh beberapa Perguruan Pencak Silat yaitu:





  • dari Tapak Suci Bapak Haryadi Mawardi, dibantu Bpk. Tanamas;

  • dari KPS Nusantara Bp. Moch Hadimulyo dibantu Bp. Sumarnohadi, Dr. Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo;

  • dari Kelatnas Perisai Diri Bp. Arnowo Adji HK;

  • dari Phasadja Mataram Bp. KRT Sutardjonegoro;

  • dari Perpi Harimurti Bp. Sukowinadi;

  • dari Perisai Putih Bp.Maramis, Bp. Runtu, Bp. Sutedjo dan Bp. Himantoro;

  • dari Putera Betawi Bp.H. Saali;

  • dari Persaudaraan Setia Hati Bp. Mariyun Sudirohadiprodjo, Bp. Mashadi, Bp. Harsoyo dan Bp.H.M. Zain;

  • dari Persaudaraan Setia Hati Terate Bp. Januarno, Bp. Imam Suyitno dan Bp. Laksma Pamudji.






 
Salah satu tantangan yang cukup berarti saat itu adalah belum berintegrasinya PPSI ke dalam IPSI. Kemudian atas jasa Bapak Tjokropranolo berhasil diadakan pendekatan kepada 3 (tiga) pimpinan PPSI yang kebetulan satu corps yaitu Corps Polisi Militer. Sejak itu PPSI setuju berintegrasi dengan IPSI, kemudian Sekretariat PB IPSI di Stadion Utama dijadikan juga sebagai Sekretariat PPSI. Pada Kongres IV IPSI itulah kelak kemudian, H. Suhari Sapari, Ketua Harian PPSI datang ke Kongres dan menyatakan bahwa PPSI bergabung ke IPSI.

 
Kongres IV IPSI tahun 1973 menetapkan Bp. Tjokropranolo sebagai Ketua PB. IPSI menggantikan Mr. Wongsonegoro. Mr. Wongsonegoro telah berjasa mengantarkan IPSI dari era perjuangan kemerdekaan menuju era yang baru, era mengisi kemerdekaan. Saat inilah seolah IPSI berdiri kembali dan lebih berkonsentrasi pada pengabdiannya, setelah sebelumnya melalui masa-masa perang fisik dan diplomasi yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Di bawah kepemimpinan Bapak Tjokropranolo ini IPSI semakin mantap berdiri dengan tantangan-tantangan yang baru sesuai perkembangan zaman. Pada Kongres IV IPSI itu pun sepuluh perguruan yang menjadi pemersatu dan pendukung tetap berdirinya IPSI diterima langsung sebagai anggota IPSI Pusat, dan kemudian memantapkan manajemen, memperkuat rentang kendali PB IPSI sampai ke daerah-daerah, dan mempersatukan masyarakat pencak silat dalam satu induk organisasi. Untuk selajutnya Bapak Tjokropranolo menegaskan bahwa 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebutlah yang telah berhasil bukan sekedar menyusun bahkan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan berkesinambungan.

Maka selanjutnya yang dimaksud dengan sepuluh perguruan tersebut adalah:

  1. Tapak Suci,

  2. KPS Nusantara,

  3. Kelatnas Perisai Diri,

  4. Phasadja Mataram,

  5. Perpi Harimurti,

  6. Perisai Putih,

  7. Putera Betawi,

  8. Persaudaraan Setia Hati,

  9. Persaudaraan Setia Hati Terate,

  10. Persatuan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI).





Pada waktu kepemimpinan Bapak. H. Eddie M. Nalapraya nama kelompok 10 (sepuluh) Perguruan Silat anggota IPSI Pusat tersebut diubah menjadi 10 (sepuluh) Perguruan Historis, setelah sebelumnya sempat istilahnya disebut sebagai  Top Organisasi, atau Perguruan Induk kemudian menjadi Perguruan Anggota Khusus karena keanggotannya di IPSI Pusat menjadi anggota khusus. Di dalam setiap Munas IPSI maka Perguruan Historis ini selalu menjadi peserta dan memiliki hak suara di dalam Munas.

Selasa, 24 Mei 2005

MENGATASI HIDUNG TERSUMBAT SECARA ALAMI



Ketika menderita pilek atau alergi, seringkali orang mengalami kesulitan bernapas karena sinusnya terganggu atau akrab disebut hidung mampet. Hampir semua orang pernah mengalami hal ini.

Sinus adalah rongga pada tulang di sekitar hidung. Rongga-rongga ini terus menerus menghasilkan lendir yang dialirkan ke hidung. Gangguan aliran lendir karena berbagai sebab akan menyebabkan penumpukan lendir di rongga sinus. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala juga dapat menutup sinus dan menyebabkan penyempitan sinus yang bertahan lama atau bahkan permanen.

"Untuk mengatasinya, banyak orang menggunakan semprotan hidung untuk meredakan hidung tersumbat (dekongestan) tanpa resep dokter. Namun, obat ini tidak untuk semua orang dan ada beberapa risiko kesehatan karena meminum obat tertentu, terutama obat semprotan hidung dan dekongestan," kata Chris Kilham, pemburu obat alami dan dosen etnobotani di University of Massachusetts Amherst.

Cedera yang menyebabkan penyempitan sinus biasanya memerlukan pembedahan. Namun hidung mampet karena pilek, flu, alergi atau konsumsi makanan tertentu dapat dihilangkan dengan obat-obatan alami.

Seperti dilansir FoxNews, Selasa (18/2/2012), cara-cara alami untuk meredakan hidung mampet adalah sebagai berikut:

Larutan Air Garam
Mengaliri sinus dengan larutan air garam encer seringkali efektif untuk mengatasi sinus mampet. Sebuah wadah kecil serupa seperti teko mini yang disebut 'neti pot' seringkali digunakan untuk mengalirkan larutan garam ke hidung. Banyak orang yang telah mencobanya, dan hasilnya cukup memuaskan.

Menghirup Zat Aromatik atau Inhaler
Cara lain untuk mengusir hidung mampet adalah dengan menghirup uap zat aromatik seperti mentol atau kayu putih. Produk inhaler yang mengandung mentol, minyak peppermint, dan Cajeput eucalyptol, komponen dari kayu putih cukup mujarab. Cukup letakkan inhaler tepat di bawah hidung, kemudian dihirup, maka uap dari inhaler akan melonggarkan sinus.

Produk aromatik lain dari bahan-bahan yang sama juga dapat membantu. Jika mengalami hidung mampet, isilah bak mandi dengan air panas, teteskan 4 - 5 tetes minyak aromatik, masuklah ke bak mandi, dan hirup uapnya.

Minyak dan Suplemen Kayu Putih
Cara lain untuk mengatasi hidung mampet adalah menghirup obat batuk berbahan dasar kayu putih. Ketika obat ini dihirup, maka sinus akan terbuka. Produk suplemen berbahan dasar kayu putih juga efektif. Kapsul kecil yang mengandung ekstrak kayu putih dapat membersihkan hidung tersumbat. Produk ini baik untuk mengatasi gangguan sinus yang lebih parah.

Menthol
Peppermint mengandung mentol, dan ketika minum teh peppermint, mentol dalam teh akan menyebar sampai ke dalam sinus dan membantu untuk melebarkan sinus. Peppermint tidak sekuat kayu putih, tetapi seringkali bekerja dengan baik.

Hindari Susu
Banyak orang yang tidak dapat mentoleransi produk susu, namun sering tidak menyadarinya dan mengalami sinus tersumbat selama bertahun-tahun pada suatu waktu. Jika menderita sinus tersumbat yang kronis, hindari semua produk susu, keju, dan krim untuk sementara waktu. Jika menghindari susu dapat membuat sinus lebih lega, maka besar kemungkinan penyebab sinus tersumbatnya disebabkan oleh konsumsi susu.

Hindari Penyebab Alergi
Zat penyebab alergi dari lingkungan seperti debu, ragi dan jamur juga dapat menyebabkan gangguan pada sinus. Penyaringan udara yang tidak memadai di kantor atau lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan gangguan sinus yang tidak berhenti meskipun telah mencoba berbagai upaya.

Senin, 18 April 2005

Keyakinan Serta Cita-cita Hidup Muhammadiyah

1.  Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.

3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;
b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:

a. 'Aqidah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.

b. Akhlak

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia

c. Ibadah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.

d. Muamalah Duniawiyah

Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.

5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:
"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"

(Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo)

Catatan:
Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah:

1. Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta;
2. Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta.

Selasa, 08 Juli 2003

SISWA DASAR

 SISWA DASAR


 

  1. I.                  BENTUK KUDA-KUDA DASAR


    1. 1.                 Kuda-Kuda Berat ditengah

    2. 2.                 Kuda-Kuda Berat dibawah

    3. 3.                 Kuda-kuda Berat didepan

    4. 4.                 Kuda-Kuda Berat dibelakang

    5. 5.                 Kuda-Kuda satu kaki

    6. 6.                 Kuda-Kuda Segaris Menghadap





  1. II.               CARA MELANGKAH


    1. 1.                 Melangkah maju 3x, mundur 3x

    2. 2.                 Menggeser Maju 3X, mundur 3X

    3. 3.                 Menggeser Samping kanan 3X, kiri 3X

    4. 4.                 Langkah DEDET maju 3X, mundur 3x




  1. III.           KUDA-KUDA BALIK


    1. 1.                 Balik 1

    2. 2.                 Balik 2

    3. 3.                 Balik 3

    4. 4.                 Balik 4




  1. IV.             HINDARAN


    1. 1.                 Rajawali Terbang

    2. 2.                 Tangkai Mawar Layu tertiup angina




  1. V.                JURUS DASAR


    1. 1.                 Katak Melempar Tubuh

    2. 2.                 Mawar Mekar

    3. 3.                 Mawar Layu

    4. 4.                 Naga Terbang dalam

    5. 5.                 Naga Terbang Luar

    6. 6.                 Tandukan Naga Jantan

    7. 7.                 Ikan Terbang menjulang angkasa

    8. 8.                 Ikan Terbang Menggoyang sirip

    9. 9.                 Rajawali Mengibas sayap atas

    10. 10.             Rajawali Mengibas sayap Bawah

    11. 11.             Rajawali Mengibas sayap Luar

    12. 12.             Rajawali Mengibas sayap Dalam

    13. 13.             Harimau Membuka Jalan

    14. 14.             Harimau Menutup Jalan




  1. VI.             RANGKAIAN JURUS


    1. 1.                 Bunga Rampai Putih Dasar




  1. VII.         TEKNIS PRAKTIS


    1. 1.                 Katak Melempar Tubuh VS Mawar Mekar

    2. 2.                 Naga Terbang dalam VS Rajawali Mengibas sayap luar

    3. 3.                 Ikan Terbang menggoyang sirip VS Rajawali Mengibas sayap bawah

    4. 4.                 Ikan Terbang Menjulang angkasa VS Mawar Layu





    • VIII.      FISIK




      • 1.                 Push Up Putra 10X Putri 5X

      • 2.                 Sit Up Putra 10X Putri 5X

      • 3.                 Back Up Putra 10X Putri 5X



Selasa, 10 Juni 2003

Tenaga dalam Ajian Gelap Ngampar

Tenaga dalam Ajian Gelap Ngampar

 tenaga dalam Ajian Gelap Ngampar merupakan lanjutan dari tenaga dalam sebelumnya.

tenaga dalam Ajian Gelap Ngampar berfungsi meningkatkan pukulan 10 kali
lipat saat menghadapi musuh, jadi jika agan menghadapi 2 musuh maka
kekuatan agan berlipat menjadi 20 kali, perlu di ingat pukulannya tidak
membuat musuh pingsan namun bisa berujung maut, jadi waspada dan hati
hatilah dalam menggunakannya, beda halnya dengan aji lembu sekilan hanya
membuat pingsan aja.



setelah ane membuka jasa pembukaan tenaga dalam seperti pada thread ini kini ane membuka program lanjutan yakni membuka jasa pengisian ajian Ajian Gelap Ngampar.

system pengisian keilmuan ini bisa datang langsung ke tempat ane bisa juga transfer energi jarak jauh hingga ke seluruh negara.



nb:


  1. program tenaga dalam Ajian Gelap Ngampar merupakan program lanjutan
    dari tenaga dalam sebelum nya, jadi yang sudah pernah di isi bisa
    langsung meng upgrade.

  2. tenaga dalam Ajian Gelap Ngampar merupakan ke ilmuan paling tinggi dari sejenis nya, sehingga power nya lebih kuat dan mumpuni.


sejarah dari tenaga dalam Ajian Gelap Ngampar

Salah satu orang Jawa yang terkenal kesaktiannya adalah Raden Rangga.
Siapa dia? Raden Rangga adalah anak satu-satunya Panembahan Senopati dan
Ratu Kali Nyamat. Sejak kecil hingga remaja, Raden Rangga sudah bakat
menjadi pendekar sakti dan tangguh. Sayangnya, dia memiliki watak buruk
yaitu pemarah dan suka memukul.



Suatu ketika seorang pendekar pilih tanding dari Banten datang untuk
menantang adu kesaktian Panembahan Senopati, sang ayah yang juga pendiri
dinasti Mataram ini. Raden Rangga tahu kedatangan pendekar Banten ini
dan meminta pada Panembahan Senopati agar dirinya saja yang menghadapi.
Permintaan dari sang anak pun dituruti sekaligus untuk mengetahui sampai
seberapa hebat ilmu kesaktian Raden Rangga.



Adu kekuatan pun terjadi antara Raden Rangga vs Pendekar Banten. Mulai
menggunakan tenaga biasa hingga tenaga dalam tingkat tinggi. Akhirnya,
dengan pukulan tenaga dalam, sang pendekar Banten tewas berkalang tanah.



Raden Rangga memiliki segudang ilmu kesaktian. Salah satunya adalah
kekuatan jari tangannya untuk menusuk-nusuk batu. Batu yang keras terasa
oleh Raden Rangga seperti menusuk tanah lunak. Suatu ketika, dia
diperintahkan oleh sang ayah untuk berguru ke Ki Juru Martani. “Aku ini
sudah sakti mandraguna, tapi kenapa masih diperintahkan untuk berguru ke
eyang Juru, saya akan mendapatkan apa?” begitu katanya dalam hati.



Singkatnya, Raden Rangga pun menurut dan pergi menghadap Ki Juru
Martani. Sesampai di depan rumah Ki Juru yang ada masjid kecil di teras,
dia terpaksa menunggu. Sebab Ki Juru sedang sholat dhuhur. Raden Rangga
pun duduk di trap mesjid yang terbuat dari batu kumalasa dan iseng
jarinya ditusuk-tusukkan. Batu itu pun berlobang-lobang.



Usai sholat, Ki Juru keluar masjid. Dia langsung menyapa Raden Rangga.
“Cucuku, apa jarimu tidak sakit menusuk batu yang keras itu?” Seketika
itu pula, batu itu menjadi keras dan kesaktian Raden Rangga hilang
seketika. “Benar kata ayah bahwa saya harus berguru pada panjenengan
eyang Juru Martani. Saya sadar, orang muda seperti saya tidak boleh
menyombongkan ilmu kesaktian pada orang yang lebih tua”



Ki Juru Martani kemudian mengajari raden Rangga berbagai ilmu kesaktian.
Salah satu yang diajarkannya adalah Aji Lembu Sekilan. Ajian ini untuk
menghadapi lawan di dalam peperangan. Senjata tajam dan tumpul tidak
akan mampu melukai tubuh bagi pemilik ajian ini. Untuk melakukan
penyerangan pukulan, aji lembu sekilan sangat efektif karena bisa
melipat gandakan tenaga ratusan kali tenaga biasa.



Bagi para pendekar yang ingin memiliki ajian ini, dia tidak boleh
memanggil lembu (sapi) dan tidak diperkenankan memakan dagingnya. Dia
harus menjalani laku berupa puasa 40 hari hanya makan dedaunan yang
dikulup dengan bumbu garam. Minumnya air kendi dan apabila sudah selesai
40 hari lalu dia kemudian erlu nglowong tiga hari tiga malam mulai hari
Kamis Wage. Cara matek aji ini yaitu membaca mantra di bawah ini:



Niat ingsun amatek ajiku si lembu sekilan,

Rosulku lungguh ibrahim nginep babahan,

Kep karekep barukuut kinemulan wesi kuning,

Wesi mekakang, secengkang sakilan sadepo,

Sakehing brojo ora nedhasi bedil pepet mriyem

Buntu tan tumomo songko kersaning Allah.



Seketika itu pula daya gaib ajian ini bekerja.



Raden Rangga juga dibekali ajian penutup yang sangat hebat. Nama ajian
pemberian Ki Juru Martani ini adalah Ajian Gelap Ngampar. Ajian yang
konon milik salah seorang sahabat Rasulullah, yaitu Baginda Ali ini
untuk menghadapi peperangan massal. Sekali matek aji dan berteriak maka
nyali musuh akan ciut dan mereka akan buyar lari tunggang langgang
ketakutan. Pendekar pemilik Ajian Gelap Ngampar sangat ditakuti karena
tubuhnya kebal senjata dan memiliki mata yang bisa memancarkan sinar
sangat kuat sampai yang dilihat terbakar.



Cara mendapatkan Ajian Gelap Ngampar ini dituturkan Ki Juru Martani sebagai berikut:

“Puasa mutih 40 hari, makan hanya sekali tiap 12 malam. Setelah puasa
selesai, maka dia harus nglowong (tidak tidur dan begadang di luar
rumah) selama 7 hari 7 malam dan mulai puasa pada hari sabtu Kliwon”
Ajian ini otomatis bekerja bila dalam peperangan sang pendekar membaca
mantra di bawah ini:



“Niat ingsun amatek ajiku si gelap ngampar,

gebyar-gebyar ono ing dadaku,

ulo lanang guluku

macan galak ono raiku

suryo kembar ono netraku

durgodeg lak ono pupuku,

gelap ngampar ono pangucapku

gelap sewu suwaraku

yo aku si gelap ngampar”



Demikian sedikit sejarah dua ajian dahsyat unggulan para pendekar Jawa
masa silam ini. Tidak salah kita belajar berbagai ilmu kesaktian dengan
harapan agar kita semakin bijaksana bahwa samudra ilmu Tuhan begitu
luasnya. Sementara ilmu manusia hanya memiliki sedikit ilmu seperti
setitik air saja. Namun, setitik air ilmu itu pun bila dimanfatkan
secara optimal dengan tujuan luhur akan mendatangkan berkah. Berbagai
ilmu ajian warisan para leluhur ini pun bisa mendatangkan manfaat yang
besar. Misalnya, untuk menghadapi kejahatan yang ki




meskipun dalam sejarahnya ada ritual puasa namun agan gak perlu
melakukan ritual puasa, krn melakukannya pun tampa ane isi gak bakalan
berhasil jadi percuma. jd proses pengisiannya TAMPA PUASA ATAU SEJENISNYA

mahar 150rb (khusus upgrade) dan bagi pemula dan belum pernah di isi
tenaga dalam sebelumnya mahar 350rb nanti dapat tenaga dalam tingkat 1
dan juga gelap ngampar (masih tahap promo, sewaktu waktu naik)

bagi yang berminat silahkan sms/wa/line ane di 082341055555




Ilmu ini sebetulnya sangat berguna untuk seorang pemimpin atau orang
yang punya bawahan, karena ajian ini punya fungsi suara yang menggelegar
bagaikan petir yang menyambar mangsanya,padahal dalam bicaranya sangat
pelan, akan tetapi berkat ajian gelap ngampar suaranya mampu
menggetarkan hingga yang mendengar tidak berdaya bahkan akan diam dan
bergetar dan terpaku karena rasa takutnya

Kamis, 01 Mei 2003

Tenaga dalam sebagai media penyembuhan



Tenaga dalam seringkali dimanfaatkan sebagai media penyembuhan meskipun sangat sedikit penelitian yang membuktikan bahwa hal tersebut bekerja. Pada kenyataannya tenaga dalam telah digunakan selama ribuan tahun di berbagai komunitas budaya untuk menyembuhkan gangguan fisik dan mental. Hanya baru-baru ini mereka berada di bawah pengawasan arus metode ilmiah Barat.

Pengamatan dari 1980 sampai 1992 yang dilakukan di Amerika Serikat dan Jepang menunjukan bahwa dari tangan seorang penyembuh tenaga dalam (prana) terpancar medan biomagnetik dengan frekuensi dari 0,3 – 30 hz dengan rata-rata kegiatan disekitar 7-8 hz. Seorang ahli Q-Gong dapat memancarkan medan cukup besar yang dapat deteksi melalui dua kumparan dengan 80.000 putaran lilitan. Pengamatan berkembang ke pengamatan medan akustik (suara) dan medan panas, selanjutnya melalui temuan-temuan ini mendorong ilmu kedokteran mulai mempelajarinya. Banyak kemanfaatan dalam penyembuhan dengan medan biomagnetik ini baik yang dihasilkan oleh praktisi prana ataupun yang dihasilkan oleh peralatan elektromagnetik.

Jumat, 18 April 2003

BUDAYA UNTUK APA?

Jika orang ditanya; apakah budaya itu? Sebagian oang menjawab ludruk, wayang, reog, tandak, tari pendet. Sebagian lagi (kaum intelek) menjawab bahwa budaya itu adalah ‘kebiasaan’ yang meliputi kebiasaan ekonomi, politik, sistem kepercayaan, sistem matapencaharian, bahasa dan seni dalam lingkungan masyarakatnya.

Tetapi ketika ditanya untuk apa budaya itu, semua orang terdiam.

Memang budaya itu bukan sebuah alat. Tetapi jika dengan sedikit mengkaji, mengidentifikasi budaya yang hidup di lingkungan masyarakat maka akan diperoleh manfaatnya. Konflik-konflik yang terjadi di banyak daerah karena lebih disebabkan oleh seringnya kita mengabaikan fakta budaya setempat. Contoh, konflik berdarah di Sampit Kalimantan.

Pasuruan adalah kota multi kultural, artinya, di kota ini terdapat banyak adat kebiasaan, sistem nilai, norma yang satu sama lain berbeda-beda. Secara garis besar budaya Pasuruan itu saya bagi –meminjam trikhotominya Clifford Geertz-  budaya santri, priyayi, abangan, dan Cina. Banyak orang yang tidak sepakat dengan kategorisasi ini. Memang dalam tataran manifest (lahir) kategorisasi budaya di Pasuruan batas-batasnya telah ambruk. Dalam mengkonsumsi makanan misalnya, kaum santri suka sekali makan cap cay, koloke, bihun goreng, fuyung hay, bak pao. Dengan catatan yang dimakan itu tidak diharamkan dalam agama (baca:Islam).

Orang Cina Pasuruan (sekarang) maupun komunitas priyayi (juga sekarang) amat suka melahap makanan ke- arab-araban (santri) yang di masa yang lalu amat dibencinya seperti; sate kambing, gule kacang ijo, dhobi, maraq, kebuli, dan lain sebagainya. Begitu juga dalam hal cara berpakaian, hubungan intrapersonal, apalagi hubungan bisnis sudah tidak ada batas lagi.Tetapi dalam tingkat sistem nilai budaya terdapat perbedaan.

Plural adalah kenyataan perbedaan yang ada di masyarakat, dan kewajiban yang diperintahkan Allah kepada kita adalah untuk saling kenal mengenal. Sedangkan pluralisme adalah faham ideologi yang menafikan perbedaan. Semua agama sama saja, agamamu agamaku, agamaku agamamu.

Perbedaan bukanlah laknat.

Inna kholaqnakum min dzakarin wa untsa wa jaalnakum syu’uban wa qobailan li ta’arofu (Al Qur’an: Al Maidah:9).

Perjalanan budaya di kota Pasuruan sama panjangnya dengan kehadiran manusia itu sendiri. Periodeisasi morfologi budaya Pasuruan berurutan mulai dari pertama, kedatangan tiga agama; Hindu, Budha, dan Islam pada abad ke-9. Setelah berlabuh di Tanjung Tembikar (muara sungai Kraton Pasuruan), komunitas Hindhu dan Budha melanjutkan pengembaraan spiritualnya ke arah gunung-gunung dalam rangka meraih nirwana. Sedangkan komunitas Muslim (Muslim Timur Tengah maupun Muslim Siam, Cina) menetap di daerah pesisir yang kemudian berkembang menjadi sebuah kota yang diberi nama Pasuruan (Memerlukan penelitian lebih lanjut, yang jelas bukan tanggal 8 Pebruari 1686) .

Kedua, kedatangan komunitas priyayi yang menaklukkan Pasuruan pada tahun 1617. Istilah priyayi berasal dari lingkungan keluarga kerajaan Mataram yaitu, poro-yayi, artinya ‘para adik’ yang kemudian budaya priyayi berkembang di kota Pasuruan.

Ciri-ciri priyayi yang paling menonjol adalah pemakaian gelar-gelar bangsawan Jawa. Secara berjenjang gelar-gelar itu dimulai dari; putra raja bergelar Kanjeng Gusti Pangeran; cucu raja bergelar Kanjeng Pangeran Haryo; buyut dalem (cicit) bergelar Bandara Raden Mas Harya; canggah dalem (piut raja) bergelar Raden Mas Panji; dan wareng dalem (oneng-oneng raja) bergelar Raden. (Susuhunan Amangkurat I (1645-1677), Serat Angger-Angger Papangkat, dalam Kraton Surakarta dan Yogyakarta, 1769-1874, hal. 459-462).

Ketiga, komunitas abangan. Istilah ini berawal dari zaman Sunan Kalijaga. Islam terbelah mendjadi dua, Islam futi’ah dan Islam aba’ah kemudian menjadi islam-abangan. Kaum ‘abangan’ sebenarnya penghuni awal Pulau Jawa sebelum kedatangan orang India. Sistem kepercayaannya adalah animisme-dinamisme. Walaupun demikian kedatangan mereka di kota Pasuruan secara besar-besaran mejelang G.30.S. PKI 1965.

Jadi budaya itu untuk apa, atau lebih jelasnya meneliti, memahami, mengenli, respek terhadap budaya setempat sebetulya untuk apa?

Jawabnya adalah seperti telah ditegaskan dalam Al’Quran dalam Surat Al Maidah ayat 9 tersebut di atas. Kewajiban kita bukan harus menceburkan diri menjadi satu ke dalam ke anekaragaman, tetapi kata kuncinya adalah ‘agar kita saling megenal’, agar kita tidak berubah muka menajdi sinkretisme budaya yang pada gilirannya menjadi sikretisme agama. Agamamu agamaku, agamaku agamamu. Semua agama sama saja.

Keengganan semua orang terhadap kata budaya disebabkan oleh pertama, pertarungan budaya pada zaman Orde Lama. Seni dipakai sebagai alat propaganda PKI dengan LEKRA-nya. Melalui lakon sandiwara ludruk: Matinya Gusti Alloh, matinya Malaikat, PKI memposisikan ideologinya sebagai musuh agama (Islam). Gayungpun bersambut sampai pada hari ini bahwa segala sesuatu yang ada ning, nong, ning, gong-nya dianggap sebagai musuh agama dan seyogyanya dijauhi. Jangan berharap apabila ada pagelaran wayang di kota Pasuruan penontonnya sampai berjubel-jubel.

Kedua, kita tidak berani beranjak dari pengertian bahwa budaya itu bukan hanya menggarap bidang seni.pertunjukan saja. Padahal budaya itu meliputi segala aspek perilaku manusia dalam menerjemahkan perannya dalam kehidupan lingkungannya. Ketua PP Muhammadiyah Dyn Syamsudin, pernah mencanangkan metode da’wah melalui pendekatan da’wah cultural, tetapi tidak direspon oleh warga Muhammadiyah karena mereka heran dan protes keras:. Wong Muhammadiya kate dikongkon ludrukan ta? (Apakah warga Muhammadiyah disuruh main ludruk?). Salah satu sebab mengapa ketika Amien Rais mencalonkan diri sebagai Presiden banyak warga Muhammadiyah yang tidak memilih, adalah karena Pak Amien membuat langkah blunder. Pak Amien jadi dalang wayang kulit yang disiarkan di salah satu tv swasta. Pak Dien, dan Pak Amien tidak di hawwil (tidak digubris) apalagi saya yang berambut panjang, selalu pakai celana jeans, jangan harap diminta jadi penceramah atau sekedar diberi kesempatan membacakan susunan acara.

Pertanyaan budaya untuk apa, juga melanda komunitas ‘non santri’. Awalnya, budaya dipakai sebagai alat ideology dan nyaris bahwa budaya itu ideology. Kemudian ada reaksi dari kaum ‘santri’ (Islam), dan reaksi itu di reaksi balik oleh komunitas ‘non santri’. Masih segar dalam ingatan kita di zaman Orde Baru sebelum Pak Harto dan Ibu Tien beribadah haji (Orde Baru ada dua jenis: Orde Baru sebelum dan sesudah Pak Harto beribadah Haji), wanita Islam dilarang memakai jilbab. Di sekolah, ibu Dharmawanita, Ibu PKK, PNS maupun –dan apalagi- karyawan swasta. Karir saya macet, gara-gara karena istri saya ndlurung pakai jilbab. Kelas yang berkuasa sebelum Pak Harto ‘masuk islam’ beranggapan bahwa jilbab adalah budaya arab, bukan budaya asli Indonesia.

Nampaknya, kesalah-fahaman terhadap budaya akan terus berlanjut apabila tidak ada usaha-usaha dari para pemuka masyarakat maupun elite politik untuk ‘menyudahi’ pertikaian ini. Bagi kaum Muslimin sudah jelas bahwa Allah menjadikan manusia ini laki-perempuan, bersuku-suku , berabangsa-bangsa agar saling kenal mengenal. Saling mengenal antara laki-laki dan perempuan, ‘saling’ menganal masing-masing suku, ‘saling’ mengenal bangsa, ‘saling’ mengenal budaya dapat menyelamatkan bumi tetap dalam garis edarnya. ‘Kenali’ mengapa orang Islam itu wajib menjalankan ‘syari’at Islam, mengapa perempuannya mengenakan jilbab sehingga kita akan faham (karena berusaha mengenali) bahwa mereka melakukan hal yang demikian karena perintah agamanya. Mengenal akan menghindarkan kita dari kebencian, dan kebencian akan membuat kita tidak berlaku adil. Akibatnya, kita akan berusaha untuk ‘memusnahkan’ suku tertentu, agama tertentu, bangsa tertentu.

Budaya priyayi, santri, abangan, dan cina adalah bunga-bunga warna-warni yang ada di taman Pasuruan. Syah-syah saja bila seni reog-Ponorogo, wayang, seni-mataraman sering dipentaskan di Kota Pasuruan, tetapi menjadi kurang-ajar jika seni khas kota Pasuruan dipaksa jadi penonton. Mengeleminasi budaya asli sembari memanjakan seni tamu adalah perilaku ‘kolonialis-imperialis budaya’

Budaya untuk apa?

Agar kita saling kenal mengenal, sesudah itu timbul rasa memahami masing-masing komunitas, mengindarkan diri dari rasa kebencian, kemudian akan tergerak hatinuraninya untuk berlaku adil kepada diri sendiri maupun adil kepada orang lain..

Agar kita faham mengapa ada sebuah jalan sempit di atasnya bertuliskan: Turun!!! Dan di bawahnya ada gambar ‘clurit’ yang berlumuran darah, dan sebaliknya ada sebuah gang bertuliskan: Maaf terpaksa Anda menuntun kendaraan Anda, karena banyak anak kecil..

Gambar ‘clurit’ dan tulisan ‘maaf’ sudah cukup bagi sampean untuk bertindak lebih arif dalam menata kembali kesantunan etika agama. Komunitas ‘clurit’ akan menghargai, menghormati, tidak adigang, adigung , adiguna terhadap komunitas ‘maaf’, apalagi komunitas ‘maaf’ lebih berhati-hati terhadap komunitas ‘clurit’. Semoga. Amin!.